11. Dia Sakit?

64 13 0
                                    

•••••

Halaman pertama di bulan ini di sambut dengan turunnya hujan. Hujan pertama setelah memasuki bulan februari. Meski berupa tetes kecil namun udara begitu dingin serta suhu di sekitar menurun pesat.

Hal yang Rain suka saat memasuki puncak musim hujan antara januari dan februari ketika anggrek milik mama yang menggantung di teras rumah mulai bermekaran. Anggrek kesayangan mama yang di bawa serta saat pindahan dari Malang.

Melamun sambil menikmati pemandangan indah dengan background rintik hujan yang turun teratur di sela genting rumah.

Seketika ia terkesiap dan menurunkan kedua tangan dari dekapan dada ketika mama memanggilnya untuk sarapan.

Satu rangsang penuh nasi hangat, telor masak balado, tak lupa makanan favorit keluarganya berupa tahu dan tempe goreng. Tiga cangkir teh hangat di sisi masing-masing serta secangkir kopi hitam milik papa yang masih mengepulkan asap. Sederhana namun begitu istimewa jika semua itu hasil eksperimen dan jerih payah tangan renta milik mama.

"Yakin hari ini mau sekolah?" Tanya papa saat Rain baru saja duduk.

"Iya, tapi nunggu reda dulu." Sahutnya sambil melirik jendela kaca di dapur yang sudah basah akibat rinai hujan di terpa angin.

"Lebih baik izin dulu ya, istirahat di rumah! Tadi malam kamu flu dan demam waktu pulang hujan-hujanan. Mama khawatir tubuh kamu bakal drop kalo pagi ini di paksain sekolah dengan cuaca hujan seperti ini." Sela mama dengan raut khawatir yang begitu kentara tergambar di wajahnya.

"Rain gak papa, ma. Hujannya gak deras, palingan bentar lagi juga reda." Sanggahnya keras kepala. Membuat mama menghela napas berat, begitu pula papa. Sementara Kak Abel tetap cuek seperti biasanya.

"Yaa sudah. Tapi jangan lupa minum obat yang mama kasih kemaren ya! Biar imun tubuh kamu gak gampang lemah." Ujar mama menutup perbincangan mereka di pagi hari dan memulai sarapan dengan di awali doa keberkahan.

Sementara itu, hal yang paling Kevin syukuri saat malas-malasnya sekolah adalah turunnya hujan di pagi hari. Ia tak perlu ribet dengan jas hujan dan sebagainya. Apalagi udara dingin serta tubuh yang sudah pasti kebasahan saat di perjalanan. Lebih baik tetap mendekam di dalam kamar dengan remote tv sebagai saksinya.

Tapi sekhidmat apapun ia berdoa pagi ini agar hujan jangan berhenti, akhirnya reda juga saat waktu menunjukkan pukul 7 lewat beberapa menit.

Dengan berat hati ia langkahkan kaki dari tempat ternyamannya dan mulai menyantap sarapan yang di sediakan mama cantik sejak subuh tadi. Di temani si kecil Rico yang sama sekali tidak cerewet mengoceh seperti pagi biasanya. Sementara mama sedang berada di teras demi mengantar kepergian suami tercinta untuk berangkat kerja.

Suasananya dingin sedingin cuaca di luar dan terasa ada yang kurang jika ia tidak berbuat ulah pada adik kesayangan satu-satunya ini. Sehingga di tengah-tengah sarapan ia menukar gelas susu miliknya yang sisa sedikit dengan gelas susu adiknya yang masih penuh saat Rico lengah.

"Kakkkkk, susu aku!" Teriak Rico marah nyaris menangis melihat susu miliknya di tenggak habis oleh Kevin.

"Anak kecil minum susunya dikit aja ya! Gak boleh banyak-banyak nanti cepet gede, cepet dewasa. Dewasa itu gak enak loh, gampang stres terus bisa gila. Emang Rico mau jadi orang gila?" Tanya Kevin menjahili adiknya dengan alis yang naik turun dan tersenyum setan.

Desember, hujan, dan lukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang