tiga

207 14 0
                                    

Kelas 11 IPA 1 sedang melakukan ulangan fisika, suasana kelas sangat tegang dan hening. Bu Ningsih selaku guru fisika sibuk memantau murid-murid sambil mengelilingi meja. Mereka semua tidak bisa menoleh ataupun berbisik, karena Bu Ningsih selalu membawa penggaris panjangnya.

Vanilla mengerjakan soal dengan tenang tidak seperti Aurel yang kelihatan pasrah. Tangan Vanilla terus menulis rumus-rumus di kertas lembar, untung saja dirinya hafal dengan rumus-rumus tersebut.

"Lima belas menit lagi,"

Ucapan Bu Ningsih berhasil membuat seluruh kelas kepalang panik.

"Sssttt Vanilla, jawaban nomer 9 sama 14 berapa?" Bisik Aurel.

Karena tak boleh berbicara akhirnya Vanilla menulis jawaban nya di kertas tersebut. Buru-buru Aurel menyalin jawaban dari Vanilla.

"Baik silahkan di kumpulan,"

Semua murid hanya berdoa supaya nilai mereka bagus.

☘️☘️☘️

Vanilla sedang menunggu Aiden yang katanya akan mengajaknya ke sebuah taman yang dulu mereka sering kunjungi.

"Mana, tuh, anak lama banget," gerutu Vanilla.

Tin

Sebuah motor berhenti tepat di depan Vanilla, Saat tau orang itu Aiden buru-buru Vanilla menaiki motor.

"Lama lo,"

"Ya, maaf tadi gue di panggil guru BK,"

Vanilla memicingkan matanya. "Pasti habis kena hukuman, lo bolos lagi? Atau malak adek kelas?"

"Dua-duanya,"

"Udah kaya juga masih suka malak," cibir Vanilla.

Lalu motor yang di kendarai Aiden melaju kencang menerobos setiap kendaraan. Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai di sebuah taman yang cukup ramai sejak dulu. Biasanya taman akan ramai jika waktu pagi dan sore.

Vanilla sudah turun dari motor Aiden sambil menunggu Aiden yang sedang memarkirkan motornya dia berniat untuk membeli permen kapas.

"Bang beli 2 ya," kata Vanilla Kepada sang pedagang.

"Siap neng,"

Aiden setelah selesai memarkirkan motornya berniat untuk menyusul Vanilla yang hilang entah kemana. Namun matanya tak sengaja menatap seorang gadis SMA sedang mengantri di tukang harum manis.

"Dasar bocah," gumam Aiden, lalu dia menghampiri Vanilla.

"Makasih bang," Vanilla memberikan uang tersebut kepada pedagang.

"Sami-sami neng,"

"Udah beli itu aja?" Tanya Aiden tepat di samping Vanilla.

Vanilla sontak terkejut saat kedatangan Aiden tiba-tiba. "Ngagetin. Mau beli eskrim,"

"Yaudah gue beliin, lo duduk aja sana." Aiden langsung berlalu untuk membelikan eskrim.

Vanilla menemukan bangku yang kosong dekat dengan pohon, hingga tiba-tiba dirinya terdiam saat melihat ukiran di batang pohon tersebut.

"Itu kan ukiran yang dulu gue buat sama Aiden,"

Di ukiran tersebut terdapat nama mereka dan gambaran hasil karya mereka berdua. Lalu Vanilla tersenyum membayangkan waktu mereka masih kecil, Aiden kecil sangat jail dan sangat suka menggangu Vanilla kecil hingga membuatnya kesal. Aiden juga menjadi pelindung nya saat di luar dan di sekolah.

Lalu tangan nya menyentuh pohon tersebut dan juga terdapat sebuah pita berwarna merah dan biru yang di lingkarkan di batang tersebut.

"Vanilla?" Panggil Aiden, kedua tangannya memegang 4 eskrim dengan rasa berbeda-beda.

"Ternyata ukiran sama pita ini masih ada, gue kira pohon ini udah di tebang." ucap Vanilla menoleh menatap Aiden.

"gue yang minta pohon ini ga boleh di tebang sama tukang penebang, karena pohon ini banyak kenangan nya." Kata Aiden, tangan nya memberikan dua eskrim kepada Vanilla.

Keduanya duduk di bangku tersebut.

Vanilla memakan eskrim dahulu, dirinya sangat menyukai rasa coklat, Vanilla, dan stroberi.

"Waktu cepat banget, baru kemarin gue main kejar-kejaran sama lo di sini. Sekarang udah gede aja, ga bisa kaya dulu lagi." sahut Vanilla. Matanya menatap kearah kumpulan anak kecil yang sedang asik bermain.
"Lihat mereka main langsung keinget sama dulu,"

Aiden tersenyum. "lo dulu suka kesal pas gue gangguin lo yang lagi main sama Cheryl, sama kak Citra juga."

"Haha gue inget banget sama kejadian itu,"

"lo enggak selidiki kasus kematian ayah lo, Van?" Pertanyaan Aiden sukses membuat Vanilla terdiam.

"Vanilla?"

"Eh, iya? gue belum nemuin bukti-buktinya, gue juga merasa janggal sama meninggal nya ayah gue."

"gue bakal bantu, kita bakal selidiki kasus ini,"

"Makasih, ya, Aiden, lo mau bantuin selidiki kasus ayah gue,"

"Masama. Besok ada pasar malam, mau ikut enggak? Mungkin Cheryl sama kak Citra bakal ikut." Ucap Aiden.

"Wahh gue ikut! Udah lama enggak kesana," sahut Vanilla.

"Siapp besok malam gue jemput. Buruan lo habisin eskrim nya biar enggak cair," ujar Aiden, lalu ide jail tiba-tiba saja muncul. "Vanilla lihat tuh di sana ada kucing,"

"Hah mana?! Mana puss?" Dengan polos nya ia mengikuti arah yang di tunjuk oleh Aiden.

"enggak ada tuh," lalu Vanilla kembali menatap Aiden dan beralih ke eskrim milik yang tinggal sedikit lagi. "AIDEN LO MAKAN ESKRIM GUE,"

Aiden berlari menghindari dari amukan Vanilla dengan tawa menggelegar. Mereka berdua menghabiskan waktu sore di taman.

☘️☘️☘️

Seorang gadis cantik sedang memandangi foto almarhum ayahnya.

"ayah, aku bakal ungkapin kasus ini. Ayah penasaran kan sama orang yang telah bunuh ayah? Aku secepatnya bakal cari bukti-buktinya. Oh ya, ayah, aku mau cerita. Kenapa setiap Dekat sama Aiden deg-degan terus ya?  Apa jangan-jangan? Ah enggak-enggak,"

Buru-buru Vanilla kembali meletakkan foto tersebut di nakas, ia mematikan lampu tidur dan mulai memasuki alam mimpi.

🐥🐥

Ciaww Jangan lupa vote dan komen ya

Next part selanjutnya?

Friendzone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang