"Males bercanda sama kamu.
Kamu-nya ketawa, aku-nya jatuh cinta."☘️☘️☘️
Di malam hari nya Vanilla tengah duduk di meja belajarnya sambil menatap fokus kearah layar laptopnya. Dirinya sedang mencari informasi tentang kecelakaan ayahnya beberapa tahun lalu. Sedari tadi dia bergumam sambil membaca setiap informasi yang muncul.
"Januar Aldinata seorang pengusaha batu bara yang terkenal di Asia maupun di Eropa, mengalami kecelakaan dan mengakibatkan korban tewas di tempat. Di duga mobil yang di kendarai oleh Januar mengalami blong, polisi belum menemukan siapa dalang yang melakukan ini semua." Itu lah informasi yang Vanilla dapat, dia pernah mencari rekaman cctv yang berada di perusahaan ayahnya tetapi petugas penjaga cctv bilang rekaman tersebut sudah tidak ada alias sengaja di hilangkan.
Vanilla memijat pangkal hidung nya. "Siapa sih dalang di balik tragedi ini? gue harus cari dalangnya karena dia udah buat ayah pergi selama-lamanya. Apa gue minta tolong sama orang suruhan ayah Aiden buat selidiki kasus ini?"
Gadis tersebut mengacak rambutnya dan menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya.
Drrtt Drrtt
Ponsel yang tergeletak di samping nya bergetar lalu membaca kontak siapa yang menelepon nya.
"Aiden? Ngapain dia telepon?" Lalu Vanilla segera memencet tombol hijau. "Hallo? Ngapain lo telepon gue?" Tanya Vanilla to the point.
"Enggak ada. gue lihat lo lagi serius amat lihat laptop nya, lagi lihat apa hayoo,"
Vanilla berdecak. "gue bukan kaya lo yang suka lihat yang berdosa."
"Heh enggak sadar apa isi perpustakaan wattpad lo juga berdosa semua." ucap Aiden tak mau kalah.
Gadis tersebut membulatkan matanya. "gue kan cuman baca! setiap baca juga gue baca istighfar Mulu."
"Iyain dah nanti Lo nangis lagi. Jadi lo ngapain tadi?"
"Itu tadi gue lagi cari informasi kecelakaan ayah gue. gue lagi cari siapa dalang nya."
"Ouh, nanti gue bakal bantu cariin. Dan gue bakal nyuruh orang suruhan ayah gue yang biasa tangain masalah ini. Lo tenang aja,"
"Makasih ya Aiden bestot tersayang gue." ucap Vanilla.
"Iya masama. Coba deh lo nengok ke balkon."
Vanilla mengikuti apa yang di katakan oleh Aiden. Terlihat Aiden melambaikan tangannya.
"Sekarang lo keluar,"
Dia segera membuka pintu balkon dan menyangga tubuhnya di pagar balkon. Sambungan telepon belum mereka putuskan.
"Coba deh lo lihat keatas, banyak bintang."
Vanilla mendongak menatap langit malam yang di penuhi oleh bintang.
"Lo cari salah satu bintang yang paling bersinar,"
Kedua mata Vanilla mencari bintang yang paling bersinar dari yang lain lalu ia menemukan bintang tersebut.
"Bintang yang bersinar itu ayah lo,"
Vanilla masih setia mendengarkan ucapan Aiden, dia masih setia menatap bintang tersebut. Jujur dirinya sangat merindukan sosok ayah, apalagi sebentar lagi dia akan berulang ulang. Setiap merayakan nya ada yang kurang yaitu sosok ayah.
Satu tangan Vanilla mencengkram erat besi pagar.
"Jangan nangis, gue enggak suka lihat lo nangis. Nanti tambah jelek."
Vanilla lantas melotot kesal kearah Aiden. "Lo kali yang jelek!"
Aiden hanya terkekeh geli.
Lalu keduanya bercanda lewat sambungan telepon sambil menatap satu sama lain, terkadang Aiden memberikan lawakan kepada Vanilla.
Vanilla menatap wajah Aiden dari seberang sana yang sedang tertawa. Jujur sedari tadi jantung nya berdetak kencang, ada perasaan aneh saat menatap wajah Aiden. Perasaan sayang dan suka kepada Aiden muncul. Ya memang sejak lama Vanilla menyukai Aiden, tetapi dia menyembunyikan nya. Dia tak mau pertemanan nya dengan Aiden rusak, meskipun sakit menahan tapi ini demi kebaikan.
"Aiden kapan Lo peka sama perasaan gue? gue suka sama lo, tapi gue ingat kita cuman teman. Lihat lo ketawa bahkan senyum aja udah buat gue jatuh cinta sama Lo."
☘️☘️☘️
Para murid perempuan SMA Taruna bakti saat ini sedang menonton latihan para anggota club' basket karena seminggu lagi mereka akan bertanding.
"KAK LEON GANTENG BANGET!!"
"SUMPAH HAIKAL MINTA GUE NIKAHIN!"
"SEMANGAT KAK AIDEN!"
"AIDEN CAKEP BANGET YA TUHAN!"
"LEON GUE KASIH LOPE SEKEBON BUAT LO!!"
teriakan demi teriakan terus terdengar sampai teriakan terakhir membuat Vanilla seketika menyumpal mulut Aurel dengan roti.
"Berisik banget Lo! suara lo cempreng. gue jadi malu di lihatin sama mereka bahkan di lihatin sama kakel!"
Aurel mengunyah roti yang berada di mulutnya. "Bodo amat! Yang penting gue kasih sport sama Leon. Lope sekebon buat dia,"
Vanilla mendengus mendengar ocehan dari Aurel. "Lo kemarin malam kemana? gue ajak lo keluar lo nya sibuk."
"Ouh itu, kemarin malam Leon ngajakin gue nonton bioskop sama jalan-jalan. Heh, Lo tau enggak? Semalam Leon manis banget!" Pekik Aurel.
"Yang benar?"
Aurel mengangguk semangat. "Iya! Dia beliin gue boneka."
"Jadi kalian udah pacaran belum?"
"Belum sih,"
"Semangat bestot gue!"
Aurel hanya mengangguk semangat saja lalu kembali memberikan sport kepada Leon. Mereka berdua ikut menonton, dan mencari tempat duduk yang teduh.
Oh ya masalah percintaan antara Leon dan Aurel terbilang sulit. Di karenakan mereka berdua memiliki perbedaan, mereka saling menyukai. Tetapi ada tembok yang begitu tinggi di antara mereka. Aurel terkadang sedih dengan kenyataan tapi ini sudah takdir.
"Meskipun aku menyukai lelaki yang memiliki perbedaan dengan ku tapi aku sangat menyukai nya. Tuhan kita berbeda, apakah tuhan kita merestui hubungan kita berdua?"
🐝🐝🐝
TBC
Jangan lupa votmen ya
Next part selanjutnya?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone (On Going)
Teen Fictionbagaimana kamu menyukai seseorang tetapi dia hanya menganggap mu hanya sebagai teman saja? pasti sakit. sama halnya dengan Vanilla Aldinata, gadis cantik itu sudah lama menyukai seorang Raiden Dewangga Smith. Aiden belum mengetahui perasaannya, mesk...