Tujuh belas

88 4 1
                                    

Vanilla mendekati sebuah sepeda yang terparkir di belakang rumah, sepeda ini tampak familiar.

"Ini kan...." Vanilla menjeda ucapannya saat menyadari sesuatu.

"Gimana sepeda nya bener belum? gue ganti ban sepeda nya, semoga aja masih bener." Aiden datang membuat Vanilla menoleh.

"sepeda ini lumayan lama, dari jaman SMP dulu."

"Bener, sepeda ini banyak kenangan nya. lo baru bisa mengendarai sepeda pas SMP dulu, Lo liat ini." Tangan Aiden menunjuk jok belakang sepeda yang tampak melupas. "gue ingat banget dulu gue suka pegangin ini biar lo ga jatuh."

Mereka berdua seakan di tarik ke masa lalu.

"Aiden aku takut jatuh," ucap seorang gadis berseragam sekolah SMP dengan raut takut. Dia Vanilla.

"Enggak perlu di takutin, aku bakal pegangin kamu. Ayo belajar naik sepeda ntar biar berangkat ke sekolah bareng naik sepeda." seorang anak laki-laki tampak menyemangati sahabat nya, tangan nya mengelus rambut gadis di depannya.

"Aiden pegangin yang bener! Jangan di lepas dulu."

Anak laki-laki masih setia memegangi belakang sepeda, keduanya berlatih di taman. Langit sore tampak cantik di tambah pemandangan keduanya.

"Aiden aku akhirnya bisa naik sepeda!!" Sahut Vanilla dengan raut senang.

Aiden tampak senang akhirnya sahabat nya bisa mengendarai sepeda. Vanilla memiliki rasa takut dengan sepeda, karena dulu ia pernah terjatuh dan mendapatkan luka parah.

Vanilla turun dari sepeda dan berlari menghampiri Aiden.

"Aiden, aku senang sekali!" seru Vanilla dengan senyum manisnya.

"Benarkah?" Aiden mengelus rambut Vanilla di sertai senyuman.

Keduanya berdiri saling bertatapan, mungkin jika pandangan orang-orang mereka terlihat seperti di sebuah drakor. Sunset menghiasi langit tampak indah.

Vanilla tersenyum saat mengingat nya kembali. "Bahkan sampai saat ini gue masih mengingat kejadian itu."

"Mau nyobain naikin sepedanya?"

🌱🌱🌱

"Apa yah? Pas lulus SMA aku harus keluar negeri? Ayah bercanda?" ucap seorang anak laki-laki kepada ayahnya.

"Buat apa ayah bercanda. kakek ingin kamu kuliah di sana nemenin dia."

"Tapi Aiden..."

Raja menatap wajah anaknya yang tampak bingung. "Kenapa? Apa kamu suka dengan gadis itu? Dan enggak bisa tinggalin dia?" Tebak Raja. "gini...
Semisal kamu dah mapan, kamu bisa langsung lamar dia."

"ayah, kasih Aiden waktu buat jawab pertanyaan itu." ucap Aiden.

"Baiklah, ayah kasih waktu kamu 1 Minggu. Padahal jika kamu Nerima kuliah di sana, ayah akan memberikan perusahaan yang ada di sana." ujar Raja.

"yaudah Aiden keluar dulu."

Raja menatap kepergian anaknya yang menghilang dari balik pintu. "Dasar gengsian sama perasaannya sendiri, kalau suka bilang."

🌱🌱🌱

Pagi hari nya...

Vanilla berjalan sendirian di lorong sekolah yang masih sepi, dia sengaja berangkat pagi karena sekarang ada jadwal piket. Biasanya dia selalu bersama Aiden, namun laki-laki itu ternyata masih tidur.

Friendzone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang