Happy reading ❤️
☘️☘️☘️
Sesampainya di taman hiburan keempat nya langsung membeli tiket.
"Mau naik wahana apa dulu nih?" Tanya Cheryl.
"gimana kita naik wahana halilintar aja?" Saran Citra.
"Wahh ide bagus,"
Lalu keempatnya langsung menaiki wahana tersebut, posisi nya Cheryl, Citra tepat di belakang Vanilla dan Aiden. Teriakan pengunjung terdengar, Berbeda dengan Aiden ia malah mempererat pegangan nya kedua matanya tertutup rapat.
Setelah turun dari wahana halilintar mereka lanjut menaiki wahana histeria, awal nya Aiden menolak untuk naik tapi karena di ejek oleh Cheryl akhirnya ia mau menaikinya.
Jantung Aiden berdetak cepat keringat dingin mulai membasahi kening nya apalagi dia sangat takut ketinggian. Selama wahana berjalan Aiden tampak sesekali berteriak, Cheryl yang tepat di samping Abang nya itu tertawa melihat wajah pucat Abang nya. Setelah wahana tersebut selesai Aiden buru-buru ke kamar mandi, Vanilla yang melihat itu langsung mengikuti Aiden.
Tampak Aiden mengeluarkan makanan pagi tadi, ia memuntahkan semuanya. Vanilla memijat tengkuk Aiden dan memberikan minyak telon.
"Ini ga ada minyak kayu putih apa?" tanya Aiden sambil mengangkat botol tersebut.
"enggak ada. udah enakan belum?"
Aiden hanya mengangguk lemah lalu bersandar di dinding kamar mandi.
"Makanya kalo lo takut naik begituan ngapain ikutan naik!" Omel Vanilla.
"ck, gue di ejek sama Cheryl,"
Vanilla menghembuskan nafasnya. "Nih lo makan Roti punya gue, karena tadi lo muntahin semuanya pasti lo lapar lagi." Untung saja Vanilla membawa Roti di tas selempang nya.
"Thanks,"
Akhirnya keduanya keluar dari kamar mandi dan segera menghampiri Citra dan Cheryl.
"Aiden, lo ga papa kan?" Tanya Citra, Dari nada bicara nya saja Citra sangat khawatir dengan adik nya.
"enggak papa ko kak,"
Cheryl yang sedari tadi diam akhirnya bicara. "Maafin Caca ya bang, gara-gara aku Abang jadi muntah-muntah." Kedua mata gadis itu berkaca-kaca.
"Eh ko nangis? Lo ga salah," ucap Aiden segera memeluk tubuh Cheryl.
Lalu tak lama Cheryl melepaskan pelukannya dan menatap Aiden.
"Badan bang Aiden bau minyak telon, penasaran tadi wangi cowok sekarang wangi kek bayi."
Aiden berdecak. "Tadi pakai minyak telon punya Vanilla,"
Cheryl hanya mengangguk.
"Oh, ya, mau naik wahana apa lagi?" Tanya Citra kepada mereka bertiga.
Dengan cepat Aiden menggandeng tangan Vanilla."gue sama Vanilla mau berduaan, kak Citra sama Cheryl aja."
Cheryl tak terima, padahal ia ingin bersama Vanilla. "loh kok gitu sih bang?!"
"Udah biarin, ca. Mungkin aja Aiden enggak mau di ganggu, ayoo kita pergi." Ucap Citra, setelah itu keduanya langsung pergi meninggalkan Aiden dan Vanilla.
"Ayoo lo mau naik wahana apa?"
Vanilla langsung menunjuk keberadaan wahana bianglala. "gue mau naik wahana itu, boleh kan?"
Aiden mengacak rambut Vanilla dengan gemas. "Boleh, ayo!"
Keduanya mengantri untuk bisa menaiki wahana tersebut, beberapa menit menunggu giliran akhirnya keduanya menaikinya.
"Kenapa mata lo di tutup? Takut? Lah tadi ngajakin naik ini," ledek Aiden.
Kedua mata Vanilla terbuka. "Ihh gue takut aja, takut lihat ke bawah."
Aiden menarik tubuh Vanilla agar mendekat. "Enggak usah takut, lo nikmatin pemandangan di atas nanti."
Vanilla sebisa mungkin tetap tenang dan jangan melihat kebawah. Hingga mereka sekarang berada di atas, pemandangan kota Jakarta terlihat apalagi melihat keberadaan Monas.
"Foto yuk!" Aiden sudah menyiapkan kamera milik nya, ia sengaja membawa nya.
Vanilla terlihat antusias, semua gaya pose ia tunjukkan. Lalu ia memakaikan bando telinga tikus, dan memakainya juga kepada Aiden. Tadi sempat membelinya waktu masuk, bedanya Aiden bando kucing.
"Lucuu banget lo, hahah," Vanilla mentertawakan Aiden, tapi di sisi lain ia gemas dengan Aiden.
"Enggak ada harga dirinya gue sebagai lakik," ucap Aiden pelan.
Lalu keduanya berpose ria lebih tepatnya Vanilla, Sambil menikmati pemandangan kota Jakarta dari atas.
Setelah mereka turun dari bianglala lanjut menaiki wahana lain. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang, tak terasa sudah lama mereka bermain di sini.
"Den, gue laper,"
"Sama, kita cari restoran di sini."
Keduanya menemukan restoran dan segera memesan makanan.
"Seneng enggak hari ini?" Tanya Aiden.
"Seneng banget! Kapan lagi coba ke sini,"
Pelayan restoran datang membawa makanan pesanan mereka, setelah mengucapkan terimakasih kepada pelayan, mereka langsung menyantap makanan masing-masing.
"Ahh kenyang banget," ucap Vanilla seraya mengelus perutnya yang sedikit membuncit.
"Habis ini kita pulang," kata Aiden.
"Cheryl sama Citra gimana?"
"Mereka katanya naik taksi online aja,"
Vanilla hanya mengangguk saja, dirinya memainkan ponselnya melihat-lihat foto yang tadi ia ambil. Dia berniat mengunggah foto dirinya tadi di media sosial.
"Kakak-kakak itu kelihatan serasi ya, sama-sama cakep." Ujar seseorang dari seberang meja Vanilla dan Aiden.
"Iya, kapan yah gue bisa kaya mereka." Sahut temennya.
"Kapan-kapan,"
"Lo mah,"
Vanilla mendengar percakapan mereka berdua, ia tau tadi dirinya dan Aiden di bicarakan oleh keduanya.
Dia menghela nafasnya. "padahal aslinya mah kita cuman sahabat aja, miris banget percintaan gue ya,"
Ya dirinya mengakui bahwa dia menyukai Aiden sejak lama, entah kapan perasaan tersebut datang. Tapi dia harus menjaga perasaannya dan Aiden tidak boleh tau perasaannya.
🌸🌸🌸
Yuhuuu ada yang kangen sama cerita ini?
Jangan lupa vote dan komen ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone (On Going)
Teen Fictionbagaimana kamu menyukai seseorang tetapi dia hanya menganggap mu hanya sebagai teman saja? pasti sakit. sama halnya dengan Vanilla Aldinata, gadis cantik itu sudah lama menyukai seorang Raiden Dewangga Smith. Aiden belum mengetahui perasaannya, mesk...