Dua hari sebelumnya.
ALWAYS bersenandung kecil, menikmati semilir angin sore dengan earphone yang melekat di telinga. Duduk di atas rerumputan dengan meluruskan kedua kaki, sementara dua tangannya diletakkan di belakang tubuh. Pandangan Awes tidak luput menatap ke arah puncak pepohonan, di mana tampak burung-burung yang terbang mengepakkan sayap mereka dengan bebas, dan ada pula yang bertengger di atas dahan.
"Wah, asyik banget nih yang lagi santai."
Awes tersentak saat mendengar suara lembut Happy. Namun, buru-buru duduk dengan menyilangkan kedua kaki saat gadis itu ikut mendaratkan bokong di sampingnya. Gadis itu tampak tersenyum manis dan menatap ke arahnya, membuat Awes sedikit merasa canggung.
Happy mendesah ringan. Pandangannya pun ikut menatap puncak pepohonan di hadapan. "Coba kalau HP aku masih nyala, aku pasti bakalan dengerin musik juga kayak kamu, Wes. Sayang banget di sini nggak ada charger yang cocok sama HP aku," keluh Happy. Gadis itu tampak memberenggut, yang justru membuat Awes terkekeh.
Mendengar kekehan laki-laki di samping, Happy langsung kembali menoleh. "Ih, kok kamu malah ketawa gitu, sih, Wes. Emangnya ada yang lucu, ya?" protesnya.
Awes mengangguk yang masih diiringi oleh kekehan kecil. "Iya, lucu banget," akunya.
"Apanya yang lucu?"
"Kamu. Ternyata kalau lagi cemberut gitu, kamu ngegemesin banget. Dan ...." Awes menghentikan tawa, sementara maniknya tidak lepas menatap wajah ayu Happy yang saat ini tampak tertaut bingung, menatapnya.
"Dan ... apa?" tanya Happy hati-hati.
"Cantik."
Deg! Happy mengerjapkan bulu matanya. Tersanjung dengan perasaan membuncah luar biasa. Perlahan pipinya memanas dan irama detak jantungnya berubah lebih kencang. Aduh, bagaimana ini? Happy baper.
Ditambah lagi, Awes menatapnya tidak ragu-ragu, membuat Happy tersipu. Ada getar yang aneh saat melihat iris cokelat itu menatapnya. Meski ribuan kali Happy menjaga agar hatinya tidak menggila, tapi jantungnya tetap berdebar untuk laki-laki itu. Astaga, perasaan aneh macam apa ini?
Happy berdeham sebentar, menetralisir serbuan perasaan deg-degan dan kata-kata yang tersendat di tenggorokan. Ditambah lagi, dia yakin sekali jika pipinya itu sudah merah padam seperti kepiting rebus. Oleh karenanya, Happy tidak ingin Awes melihat rona kemerahan pada pipinya itu dan memilih mengganti topik pembicaraan. "Ka-kamu lagi dengerin lagu apa, Wes? Aku boleh ikutan denger?" tanyanya.
"Oh, ini." Pandangan Awes beralih ke arah ponselnya yang telah redup di pangkuan. Mengambil benda pipih itu, lalu kembali menghidupkannya. "Kamu yakin juga mau denger lagu ini?" Awes bertanya untuk memastikan gadis itu. Sementara Happy mengangguk.
Awes melepas earphone yang terpasang di telinga sebelah kanan. Lalu, memasangkannya pada telinga kanan Happy. Untuk sesaat, Happy tertegun saat sebuah lagu romantis tengah didendangkan oleh Awes yang diiringi oleh petik senar gitar, mengalun begitu indah di telinganya. Suara Awes yang begitu merdu, menambah Happy hanyut ke dalam tiap bait lirik yang disenandungkan. Sebelum kemudian, Happy termangu. Maniknya langsung menatap ke arah Awes dengan penuh tanda tanya kala mendengar lirik lagu yang menyebut nama lengkapnya, Happy Lovinta.
"Wes, ini lagu ...." Happy menggantungkan ucapannya, masih belum percaya.
Awes tersenyum kecil. "Itu lagu buat kamu, Py. Aku sengaja bikin lagu itu khusus buat kamu," aku Awes kemudian, yang justru membuat Happy membisu.
Sesaat kebekuan melingkup dan tidak ada satu pun yang mau membuka suara, hingga lagu itu berhenti dengan sendirinya.
"Aku boleh pinjam HP kamu sebentar?" pinta Happy saat tidak terdengar lagi suara musik di rungunya. Awes pun memberikan. Sementara Happy berniat untuk memutar lagu lain supaya bisa menghilangkan kecanggungan di antara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monkeys Attack
Adventure[18+] ADVENTURE - MISTERI - THRILLER Always dan Happy terpilih bersama delapan siswa elite untuk mengikuti study tour ke Dream Island. Sebuah pulau terpencil, yang belum terpetakan dan terjamah oleh manusia, akan tetapi ditinggali oleh primata. Hing...