TEKAD Always benar-benar telah bulat untuk menyelamatkan Happy. Oleh sebab itu, Awes sama sekali tidak peduli dengan ancaman Lena dan akan tetap membobol paksa pintu digital itu dengan bantuan Teddi. Kendati begitu, teringat ucapan Lena, membuat Awes khawatir. Jika memang di hutan sana terdapat makhluk buas, lalu bagaimana dengan kondisi Happy saat ini? Sungguh, Awes tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu kepada gadis yang disukainya itu.
Awes mulai membongkar isi di dalam tas ransel yang sebelumnya telah rapi. Mengeluarkan seluruh pakaiannya ke atas ranjang. Lalu, menggantinya dengan segala hal yang dibutuhkan selama pergi ke hutan nanti. Dia tidak ingin membawa semua pakaian yang akan memberatkan tasnya. Oleh sebab itu, dia kembali menata ulang tas ranselnya dan memasukkan beberapa setel pakaian saja. Tidak lupa, Awes juga memasukkan beberapa makanan dan minuman ke dalam sana. Setidaknya, dua hal itu jauh lebih penting ketimbang pakaian, bukan?
Awes menutup risleting tas saat telah memasukkan semua kebutuhannya. Menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya pelan. Lalu, menatap ranselnya itu. Ada semangat yang berkobar kuat di dalam dada. Meski hanya secuil. Dia pasti bisa menemukan Happy. HIDUP-HIDUP. Harapnya.
Di tempat yang berbeda, Ardi juga tampak mempersiapkan kebutuhan di kamarnya. Bahkan, dia juga memasukkan quadcopter kesayangan ke dalam tasnya. Sementara, Susi terlihat memeluk bonekanya di dalam kamar. Punggungnya bersandar pada dipan ranjang, sedangkan kedua kaki diluruskannya. Pandangan Susi tampak sendu menatap dinding putih di hadapannya dengan benak yang telah menerawang jauh, mengingat ucapan Lena.
"Kalian tidak akan bisa kembali hidup-hidup ke tempat ini, jika pintu itu berhasil dibuka."
Susi mengembuskan napas beratnya. Lalu, pandangan Susi beralih ke arah boneka Sally dan mengelus puncak kepala smart doll tersebut. Seketika boneka itu bergerak dan bersuara.
"Halo. Aku Sally. Apa Susi ingin bermain denganku?"
"Sally, apa menurut ko Happy baik-baik saja?" curhat Susi.
Sally mengangguk. "Susi tidak perlu khawatir. Sally yakin Happy akan baik-baik saja," sahut boneka itu.
Susi mengangguk lesu. "Aku harap Awes dan Ardi bisa menyelamatkan Happy," harapnya kemudian.
•••••
Semburat cahaya keorengan di langit. Semilir angin yang tenang menambah nikmatnya waktu menjelang malam bagi sebagian penghuni pulau. Cuaca panas perlahan mendingin. Sinar mentari kian redup dan siap menghilang dari balik punggung bukit.
Dengan menggendong tas ransel, Awes beserta Ardi telah berada di depan pintu besi digital. Menunggu Teddi yang saat ini tengah fokus menatap layar laptop. Laki-laki itu duduk lesehan di atas lantai. Sementara jari-jemarinya tampak mengetikkan sesuatu pada keyboard. Dia sedang berusaha untuk membuka pintu tersebut dengan menggunakan akses kode Bluetooth, yang akan disambungkan ke dalam ponsel pintar miliknya. Pasalnya, pintu tersebut tidak dapat diretas. Ditambah, tidak ada sinyal sehingga Teddi tak bisa menggunakan internet di pulau ini.
Besar harapan apa yang dilakukan Teddi akan berhasil. Meski tidak menyalonkan diri untuk ikut pergi ke hutan, setidaknya Teddi bisa membantu teman-temannya itu dengan keahliannya ini.
Ardi menilik arloji yang melingkar di tangan kanannya. Pukul 18.20 WITA yang tertera di sana. Dia berdecak pelan. Maniknya beralih ke arah Teddi di hadapannya.
"Lama kali kau, Ted. Sebenarnya, kau bisa atau tidak?" oceh Ardi tidak sabar.
"Sabar, atuh. Saya teh masih berusaha, Ar," balas Teddi santai dengan tatapan tertuju ke arah layar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monkeys Attack
Aventura[18+] ADVENTURE - MISTERI - THRILLER Always dan Happy terpilih bersama delapan siswa elite untuk mengikuti study tour ke Dream Island. Sebuah pulau terpencil, yang belum terpetakan dan terjamah oleh manusia, akan tetapi ditinggali oleh primata. Hing...