MATAHARI tersenyum hangat. Kilauannya berhasil memancar di sebagian sudut hutan Dream Island. Sebuah hutan yang terkenal dengan kelembabannya yang cukup tinggi.
Suara gemericik air sungai menemani langkah Awes dan Teddi menyusuri jalan setapak yang berlumpur. Mata mereka terus fokus melihat jalan supaya tidak terpeleset akibat tanah yang licin.
Awes menenteng sebuah jala yang berisi beberapa ekor ikan berukuran sedang di tangan kanan. Sementara kuyup menghiasi pakaian yang mereka kenakan. Pasalnya, mereka baru saja menangkap ikan di sungai yang jaraknya tidak jauh dengan laboratorium. Ikan tersebut akan mereka bakar untuk dijadikan menu santap makannya hari ini. Meski bosan, tetapi demi melanjutkan kelangsungan hidup, mereka rela setiap hari menjadikan ikan segar sebagai makanan utamanya.
"Wes, kira-kira pak Shinohara masih hidup atau udah mati, ya?" Teddi memulai percakapan. Mengutarakan keingintahuannya yang selama ini terpendam di dalam kepala.
"Kenapa kamu tiba-tiba nanyain pak Shinohara?" Awes terheran.
"Saya teh penasaran pisan. Di video, waktu laboratorium diserang, dia nggak ada di sana. Itu berarti, seharusnya dia masih hidup, kan? Saya teh curiga kalau dia yang menutupi kasus tewasnya tim konstruksi biar bisa terus ngembangin pulau."
Awes berdesis, "Iya, seharusnya dia masih hidup. Karena profesor Ben, kan, nyuruh mulangin semua pekerja, dan nyisain tim ilmuwan dan peneliti doang. Mungkin aja dia termasuk yang dipulangkan. Kalau masalah kasus tewasnya tim konstruksi, jujur aja aku belum kepikiran siapa dalangnya. Bisa aja, kan, justru malah orang lain yang melakukannya?"
Teddi manggut-manggut. Setelahnya, tidak ada lagi bahan pembicaraan yang keluar di antara keduanya. Mereka kembali fokus melihat ke arah jalan. Hingga selang tidak beberapa lama, mereka dikejutkan oleh suara Siamang yang menggema di hutan. Belum lagi suara gemerisik dedaunan yang tiba-tiba, membuat langkah keduanya harus terhenti.
Teddi mendongakkan kepala dengan irama jantung yang berdebar kencang. Pohon-pohon seakan hidup saat sekawanan monyet-monyet tersebut bergelantungan, melompat dari dahan pohon ke dahan lain, sembari mengeluarkan suara yang cukup bising tepat di atas kepala. Tidak hanya Teddi, Awes pun sama paniknya. Pandangannya menatap penuh waspada ke arah hewan-hewan itu. Bersiap siaga, jikalau saja dirinya mendapat serangan mendadak dari makhluk itu.
Beruntung, tidak ada serangan dari primata itu. Membuat Awes dan Teddi bisa mengembuskan napas leganya. Ternyata, sekawanan monyet itu hanya numpang melintas saja. Kini, keduanya saling bersitatap, sebelum akhirnya melempar tawa.
Teddi menghentikan tawanya. "Padahal teh nggak semua monyet di sini bersifat agresif kayak makhluk itu. Tapi, nggak tahu kenapa, saya teh selalu takut kalau udah denger suara mereka," akunya. Keduanya telah kembali melanjutkan perjalan.
Awes mengangguk. "Kayak di video yang kita lihat, kalau cuma monyet jenis Macaca ekor panjang aja yang punya perilaku aneh."
Teddi ikut mengangguk. Pandangannya pun kembali beralih ke arah puncak pepohonan yang menjulang tinggi. Matanya menyipit ketika cahaya matahari tampak berkilau dan berhasil menyusup melalui celah dedaunan yang cukup rimbun. Mengirup udara sejuk lamat-lamat seiring dengan rungunya dimanjakan oleh kicau burung-burung yang bernyanyi merdu. Teddi tersenyum sembari mengembuskan napasnya perlahan.
"Jujur aja, saya teh suka sama keindahan pulau ini," celetuk Teddi.
"Hmmm ... pulau ini emang indah, tapi sayang di balik keindahannya, pulau ini menyimpan monster kecil yang cuma muncul di malam hari."
Teddi mendesah kecewa. "Kamu benar, Wes. Saya sangat menyayangkan itu."
"Eh, tapi, ngomong-ngomong ...." Teddi tiba-tiba teringat sesuatu. "Kita udah kirim pesan SOS darurat di HP kamu. Tapi, kenapa sampai sekarang teh nggak ada yang datang buat bantu kita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Monkeys Attack
Pertualangan[18+] ADVENTURE - MISTERI - THRILLER Always dan Happy terpilih bersama delapan siswa elite untuk mengikuti study tour ke Dream Island. Sebuah pulau terpencil, yang belum terpetakan dan terjamah oleh manusia, akan tetapi ditinggali oleh primata. Hing...