GELAP.
ALWAYS tidak bisa merasakan apapun. Sel saraf dari mata, telinga, tangan, dan sekujur tubuh seperti tersesat mengantarkan rangsangan dari dunia luar. Atau, jangan-jangan dia sudah tidak berada di dunia ini? Akan tetapi, rasa itu datang lagi. Sepertinya, dia masih hidup. Masih hidup untuk merasakan rasa sakit yang berdenyut menyakitkan pada bagian kepalanya.
Awes merintih. Perlahan membuka kedua kelopak mata meski terasa begitu berat. Samar-samar, dia bisa melihat ruangan yang serba putih dan tampak kosong. Di mana dia sekarang? Awes mengerjapkan matanya. Masih samar. Namun, kini dia bisa melihat sosok seorang gadis berada di sampingnya. Gadis itu bak bidadari yang tampak tersenyum menatapnya. Kendati begitu, Awes sangat mengenal siapa sosok itu, yang tidak lain ialah Happy Lovinta.
Astaga, di mana Awes sekarang? Pertanyaan itu kembali hadir dan bersarang di dalam kepalanya. Mungkinkah dia benar-benar sudah mati dan telah berada di surga? Entahlah.
"Wes, kamu udah sadar?"
Suara itu ... Awes mengerjapkan kedua matanya berkali-kali. Dia merintih kala merasakan kepalanya yang terasa begitu sakit layaknya sedang dipukuli oleh beberapa orang dengan menggunakan tongkat besi. Namun, tidak lama setelahnya, penglihatan Awes yang samar berubah normal.
Seketika Awes termangu. Dia membisu kala maniknya benar-benar melihat sosok Happy yang ada di sampingnya. Akan tetapi, dia tidak sedang bermimpi, kan?
"Syukurlah, kamu udah sadar." Gadis itu tersenyum hangat sembari mengembuskan napas lega saat melihat temannya telah sadar.
"Happy."
Awes tidak bisa lagi menampung luapan rasa bahagia ketika melihat Happy. Oleh sebab itu, secepat kilat dia terduduk di atas ranjang dan mendekap tubuh gadis itu dengan erat. Sementara Happy mematung. Dia merasakan sesuatu yang asing menjalar di seluruh tubuhnya. Hal yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya pada siapa pun. Termasuk Raja. Lucunya lagi rasa itu menghangatkan Happy. Persis seperti dulu ketika mendapatkan dekap hangat dari mendiang sang bunda.
Awes melepas pelukannya dengan kedua tangan yang masih berada di bahu Happy. Matanya berbinar senang sembari menyusuri wajah cantik gadis itu. Membuat Happy tersipu, sebab laki-laki itu menatapnya tak ragu. "Kamu baik-baik aja, kan, py? Aku senang banget bisa ketemu lagi sama kamu," lontar Awes girang.
Happy tersenyum kikuk. Namun, Awes seperti bisa melihat seluruh tubuh Happy ikut tersenyum. Happy pun mengangguk. "Aku baik-baik aja, Wes," jawabnya sembari duduk di samping ranjang laki-laki beriris mata cokelat itu.
Happy menggamit lengan kanan Awes. Meluruskannya, kemudian menempelkan sesuatu pada tangan laki-laki itu yang terluka akibat terkena cakaran.
Nyes! Perlahan, rasa dingin mulai merambat pada bagian tangan Awes saat sesuatu berwarna hijau itu tertempel pada tangannya. Membuat kening Awes tertaut heran. "Apa ini?" tanyanya.
"Lumut organik. Bagus buat luka kayak gini."
Awes manggut-manggut. Pandangannya pun mulai menjelajah ke sekitar ruangan. Sebuah ruangan yang kurang lebih berukuran lima kali enam meter itu memiliki dinding bercat putih tetapi warnanya telah pudar. Debu dan juga sarang laba-laba mendominasi pada bagian lantai dan juga sudut langit-langit. Agaknya ruangan ini sudah tidak terawat. Beralih ke sisi kiri, ada dua buah lemari kaca dengan penutup yang telah rusak berdiri di pojok ruangan. Dari ranjang, Awes bisa melihat berbagai macam jenis obat-obatan berserak di sana. Mungkinkah dia berada di rumah sakit?
"Kita ada di mana?" kepo Awes dengan beralih menatap Happy di sisi kanan.
"Kita ada di tempat yang aman, Wes. Jadi, kamu nggak perlu khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Monkeys Attack
Adventure[18+] ADVENTURE - MISTERI - THRILLER Always dan Happy terpilih bersama delapan siswa elite untuk mengikuti study tour ke Dream Island. Sebuah pulau terpencil, yang belum terpetakan dan terjamah oleh manusia, akan tetapi ditinggali oleh primata. Hing...