22 - Sang Ilmuwan

41 6 2
                                    

Monkeys Island, Kalimantan Selatan.

2015

MONKEYS Island merupakan sebuah pulau misterius yang tidak ada di dalam peta modern Indonesia. Namun, pada tahun 2010, berdasarkan informasi yang beredar, seorang nelayan mengaku pernah terdampar di pulau tersebut setelah berhari-hari terkepung oleh kabut nan tebal saat mencari ikan. Di mana, dia menyebutkan jika terdapat banyak spesies primata di sana. Kabar tersebut membuat para ilmuwan dan zoologist mencari keberadaan Monkeys Island. Sayangnya, tidak ada satu pun dari mereka yang berhasil menemukan keberadaan pulau tersebut. Sehingga menganggap jika cerita sang nelayan adalah kebohongan belaka.

Namun, rumor kebohongan itu kini terpatahkan ketika Benjamin yang seorang ilmuwan dan Ilham, berhasil menemukan Monkeys Island.

Seperti saat ini, Ilham memandang takjub sebuah pulau di hadapannya. Sebuah pulau dengan hutan lebat yang dikelilingi oleh kabut. "Waah ... it's cool, Ben. Pulau ini beneran ada," katanya, "nggak sia-sia selama berbulan-bulan kita mempertaruhkan nyawa dari badai dan kabut buat cari pulau ini," lanjutnya lagi.

Benjamin mengangguk. Pria yang juga merupakan ketua umum Perhimpunan Ahli dan Pemerhati Primata Indonesia (PERHAPPI) itu, tersenyum dengan mata berbinar senang. "Hahaha. Kita berhasil, Yam. Kita berhasil menemukan pulau ini," katanya dengan bangga.

"Ayo, cepat. Kita harus kasih tahu dunia, kalau kita berhasil menemukan pulau ini," tutur Ilham antusias. Pasalnya, dia yakin jika pulau ini akan menciptakan sejarah baru.

Seluruh dunia pun pada akhirnya mengakui keberadaan Monkeys Island. Mereka berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk melakukan observasi. Begitu pula Benjamin dan Ilham yang memiliki tujuan utama, yaitu untuk mencari spesies primata baru. Keduanya memilih untuk bekerja sama dengan ilmuwan dan peneliti asal Jepang melakukan observasi terhadap primata di pulau ini. Mereka membangun sebuah laboratorium di tengah hutan sebagai tempat observasi.

Sayangnya, melihat keindahan pulau yang hanya bisa dinikmati oleh orang-orang dari kalangan mereka saja, membuat Ilham memiliki sebuah ide cemerlang.

"Bagaimana kalau kita juga membuat tempat konservasi di pulau ini? Selain melakukan penelitian, kita juga bisa mendapatkan keuntungan, bukan?" Pria berperawakan tinggi itu adalah seorang Zoologist.

Shinohara Key, seorang donatur asal Jepang yang membiayai observasi mereka. Menyetujui ide tersebut. Dia tidak ingin membuang kesempatan besar itu yang diyakini akan memberi keuntungan untuk mereka dan juga dirinya. Namun, tidak dengan Benjamin. Pria berusia 40 tahun itu menolak ide sang partner.

"Tidak bisa, Yam." Ben mengutarakan penolakannya kepada semua yang hadir di ruang rapat. "Aku rasa kamu lebih paham. Kalau kita membangun tempat konservasi, bukannya itu akan mempengaruhi perilaku primata?" jelasnya.

Tatapan Ben beralih ke arah seorang wanita yang merupakan asistennya. "Bagaimana menurutmu, Magdalena? Kamu pasti setuju, kan?" tanyanya.

Magdalena yang selalu disapa Lena mengangguk. "Ya, Prof. Aku setuju."

"Kamu benar, Profesor Ben." Shinohara menyahut. "Tapi, bukankah kita bisa membagi dua sisi pulau ini? Di mana sisi kiri, kita bisa gunakan untuk observasi, sementara sisi kanan kita bisa membangun tempat konservasi. Kita bisa membangun penginapan, restoran, kebun binatang khusus primata, dan masih banyak lagi. Aku rasa keindahan pulau ini bisa menjadi daya tarik wisatawan nanti. Dan ... udah pasti akan menguntungkan kita," usulnya.

Ben mengerutkan kedua alisnya, heran. "Membagi dua sisi? Bagaimana maksudmu?"

"Kita bisa membangun dinding raksasa di tengah hutan." Kali ini, Ilham memberi usul dengan antusias.

Monkeys AttackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang