13 - Monkeys Attack (Part 2)

90 7 34
                                    

SOROT penerangan pada layar ponsel, menemani Rindu yang sedang membersihkan wajah berpoles masker dengan air mengalir di wastafel. Sebelumnya, gadis itu sempat panik saat mendapati lampu kamar mandi yang mendadak padam. Kendati begitu, Rindu memilih untuk tidak peduli dengan tetap melakukan rutinitasnya, membersihkan wajah di malam hari.

Rindu menatap pantulan dirinya yang terpancar lebih segar di depan cermin. Mengambil handuk kecil, lalu mengeringkan wajahnya. Setelah itu, berjalan ke arah depan dengan ponsel yang masih menyala terang.

Merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Menarik selimut hingga sampai ke dada. Malam ini begitu kelam dengan angkasa yang dihiasi oleh derasnya hujan. Oleh sebab itu, tidur lebih cepat adalah pilihan. Berharap esok, dia akan kembali bertemu dengan indahnya sang mentari.

Namun, belum ada sedetik Rindu menutup kedua mata, dia tercekat dan kembali membuka kelopak mata saat mendengar lolongan orang-orang meminta pertolongan.

"Aaarrggghhh!"

"Tolooong!"

Secepat kilat, Rindu terduduk di atas ranjang. Pekikan itu terlalu keras, hingga dia bisa menebak dari mana sumber suara tersebut berasal. Yang tidak lain dari arah depan pintu kamarnya.

Rindu beringsut turun dari ranjang. Menyalakan kembali penerangan pada layar ponsel yang sempat dipadamkan. Berjalan menuju ke arah pintu dengan tujuan mencari tahu siapa orang yang telah membuat keributan. Sayangnya, belum jauh Rindu melangkah, dia berjengkit kaget kala rungunya mendengar suara ketukan—ah, tidak—lebih tepatnya suara seperti benturan di depan pintu.

Buukk ... Buukkk ....

"Si-siapa?" tanyanya.

Kening Rindu langsung tertaut heran ketika tidak ada sahutan dari luar. Sialnya lagi, pintu tersebut masih saja diketuk. Semakin keras, hingga menimbulkan getar pada permukaan pintu.

Langkah Rindu tidak cukup lambat untuk dibilang takut, tetapi tidak lantas cepat untuk dibilang berani. Menjadi seorang penyendiri rupanya membawa berkah tersendiri untuknya. Rindu tidak punya banyak referensi cerita seram yang bisa membuatnya ngeri berlebihan dalam situasi seperti ini. Tebakan di kepala Rindu hanya terbatas pada temannya yang berada di balik pintu.

Rindu sampai di depan sumber suara. Tangan Rindu menggapai gagang pintu. Memutarnya ke bawah dan membuka pintu tersebut.

"Apaan, sih? Beris—" Dia hendak akan mengumpat. Namun, kata-kata itu harus kembali tersendat di tenggorokan. Mata Rindu kini telah terbelalak, tubuhnya kaku seketika. Ternyata Rindu salah duga. Bukan temannya yang mengetuk pintu, melainkan tiga ekor monyet mengerikan yang bertandang ke kamarnya.

"AAAAARRRGGHH!" Detik itu pula, Rindu memekik histeris bersamaan dengan makhluk-makhluk itu yang dengan cepat menerjang tubuhnya.

Rindu terpelanting ke atas lantai dengan tiga ekor monyet berada di atas tubuhnya. Dengan liar, monyet-monyet itu tidak segan mencakar wajah Rindu. Tidak hanya itu, dua monyet lain bahkan telah menggigit kaki dan tangan gadis itu dengan gigi tajam mereka. Sementara Rindu, masih menjerit-jerit histeris. Berusaha kuat untuk menjauhkan hewan itu darinya.

Hingga, tiba-tiba ....

Buuugghh !

Satu persatu monyet berhasil lepas dari tubuh Rindu dan terpelanting jauh ke atas lantai. Sebuah suara seorang laki-laki yang sangat familiar sudah lebih dari cukup untuk menenangkannya.

"Ndu, kamu nggak apa-apa?"

•••••

Susi membungkam mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangan. Air mata ketakutan, keringat, serta darah bercampur menjadi satu dan mengalir deras. Dia terisak, merasakan perih luar biasa pada wajah serta tubuhnya yang terkena cakaran. Namun, sebisa mungkin dia tidak boleh menimbulkan suara sekecil apapun, jika tidak ingin mati.

Monkeys AttackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang