4 - Study Tour

228 33 37
                                    

SELEPAS menyantap menu sarapan yang dihidangkan oleh koki terbaik pulau, para siswa diberikan waktu sampai pukul 8.30 WITA untuk mempersiapkan diri sebelum study tour dimulai. Dua buah bus elektrik telah menanti di bawah bukit, siap mengantar mereka semua, termasuk turis asal Jepang, ke kebun binatang khusus primata. 

Lain hal dengan Awes, laki-laki itu  telah rapi mengenakan seragam yang dibalut dengan jaket biru kesukaan di bagian luar, memilih untuk lebih dulu pergi ke bus tanpa teman-temannya.

"Selamat datang. Tujuan wisata kita hari ini adalah Kebun Binatang Primata. Silakan duduk di kursi Anda masing-masing. Bus akan berangkat pukul sembilan. Semoga Anda selamat sampai tujuan dan hari Anda menyenangkan." 

Memasuki bus, sambutan hangat datang dari seorang wanita berbentuk hologram yang mengenakan pakaian seperti pramugari. Tersenyum ramah menyapa kedatangan Awes. Menjejak lebih ke dalam, pemandangan interior yang elegan langsung memanjakan mata Awes. Ada karpet berwarna krem yang digelar sebagai alas, lima belas kursi yang terdiri dari lima pasang double chair di sebelah kanan. Sedangkan lima singel chair di sebelah kiri. Kursi-kursi itu didesain layaknya bangku pesawat, di mana pada setiap kursi dilengkapi oleh meja lipat. Tidak hanya itu, juga terdapat toilet pada bagian belakang bus. 

Awes memilih duduk di singel chair paling depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awes memilih duduk di singel chair paling depan. Tidak ada alasan untuk seorang jomlo sepertinya untuk duduk di double chair. Mengenakan headphone yang sedari tadi dilingkarkan di leher. Bersiap untuk memutar dan mendengarkan musik kesukaan melalui ponsel jadulnya. Hingga selang tidak lama setelahnya, satu persatu siswa berdatangan dan memenuhi bus tanpa supir ini.

Bus mulai bergerak. Harapan terbesar, supaya study tour di hari pertama mereka akan menyenangkan. Tujuan mereka berada sekitar sepuluh kilometer dari penginapan. Pemandangan pohon pinus langsung menyapa manik mata mereka. Tidak hanya itu, burung-burung juga terbang mengepakkan sayapnya dengan bebas. Kicauannya yang saling bersahutan terdengar begitu syahdu. 

Awes menengok ke atas melalui kaca jendela, memastikan cuaca hari ini cukup cerah. Lalu, beralih ke samping kanan dan menemukan Happy yang sedang tersenyum manis bersama Raja di sana. Awes menatap nanar kebersamaan mereka yang terekam oleh maniknya. Ingin rasanya Awes berlari dan menyeret Happy, kemudian menyembunyikan gadis itu hanya untuk dirinya sendiri. Namun, Awes cukup tahu diri untuk tidak melakukan hal bodoh itu. Happy bukan miliknya! Dia menegaskan kata itu berulang kali di dalam hatinya.

Pepohonan pinus masih mengiringi perjalanan mereka. Sekitar lima meter jaraknya, berdiri sebuah bangunan yang mirip menara yang tingginya kurang lebih sepuluh meter. Siapa pun pasti bertanya-tanya bangunan jenis apa itu, termasuk Happy.

"Itu menara apa, Ja?" Happy menunjuk ke arah menara yang atapnya berbentuk kerucut.

Pandangan Raja tertuju ke arah tempat yang ditunjuk oleh jari telunjuk Happy. "Itu menara pengendali pusat listrik di pulau ini," beritahunya. 

Monkeys AttackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang