10

22 3 0
                                    


Selesai acara pernikahan itu Kanigara berlari di koridor hotel untuk pergi ke kamar putri tercintanya.

Dia panik bukan main saat dia dengar putrinya batuk-batuk tak berhenti, di belakangnya ada sepupunya yang mengikuti nya yaitu Bramaty.

Mereka berdua berlari hingga berdiri di depan hotel 164 dia memencet bel nya dan saat di buka pintu Kanigara melihat keponakannya yang berkaca-kaca.

Mereka berdua masuk ke dalam kamar dan Tisya menutup pintunya, "Paman tadi kak Vishaka batuk-batuk sampai keluar darah aku ga tau kenapa terus dia merintih kesakitan aku ajak ke rumah sakit dia ga mau" dan berujung tangisan Tisya pecah.

Bramaty memeluk Tisya dan menenangkannya, sedangkan Kanigara pergi ke arah kasur di mana putrinya sedang terbaring di situ.

Dia membuka selimut yang menutupi kepala putrinya dan betapa terkejutnya dia saat melihat garis merah-merah yang ada di leher Vishaka.

Kanigara terduduk dan memegang rambutnya yang sedikit dia Jambak, "Bramaty, putri ku putri ku Bramaty" Kanigara menangis.

Tisya yang melihat paman nya menangis dan dia juga ikutan menangis, Bramaty melepaskan pelukannya dan melihat ke arah Vishaka yang tertidur.

Tampak wajah tak percaya yang ada di raut wajahnya, dia mendudukkan dirinya di tepi kasur menunduk masih tak percaya apa yang dia lihat.

"Paman kakak kenapa kok paman nangis sih" tangis Tisya semakin kuat apa lagi saat tak ada tanggapan dari kedua pamannya.

Tisya gemeteran hingga dia terduduk di lantai sambil menangis tak tau apa yang  terjadi dan perasaan khawatir yang menghantuinya.

Tak berapa lama bel kamar berbunyi, Tisya segera membuka pintu dan mempersilahkan Kaivan dan kakeknya yaitu Wedanta masuk ke dalam lalu dia menutup kembali pintu nya.

"Ayah sedikit menghilangkan sakit nya dan Ayah tak bisa melakukan apapun lagi, Kanigara" Wedanta duduk di sofa sambil memandang Vishaka yang tertidur.

Kaivan hanya berdiri melihat sepupunya itu, "Kaivan pegang pipi Vishaka dan menepuk-nepuk nya pelan" perintah Wedanta dan di lakukan oleh nya.

Vishaka membuka matanya dan melirik ke arah Wedanta, "Lama tak bertemu, Cornelia"

"Aku akan membuat anak ini lebih menderita dari yang lain" ucap Vishaka yang raga nya di pakai oleh Cornelia.

Wedanta hanya tersenyum, "Kau mengatakan hal yang sama seperti 25 tahun yang lalu".

"Kali ini dia akan lebih tersiksa, Wedanta" setelah mengatakan itu Vishaka teriak dan setelahnya dia batuk-batuk kembali.

Vishaka melihat ke arah Kanigara, dia menangis bukan main dan memeluk papa nya itu.

Kanigara juga membalas pelukan dari putri nya sambil mengatakan maaf yang terus menerus.

"Aku akan menceritakan bagaimana kedua saudara Tiebout itu bisa marah hingga merenggang nyawa anak tunggal perempuan di keluarga kita" semua yang ada di ruangan melihat ke arah Wedanta yang sudah memperbaiki duduk nya.

"Semua berawal dari pertemuan kakek buyut terdahulu yang" Wedanta menghela nafas kasar dengan wajah yang sudah ia kerutkan.

"Yang..."


Come With Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang