17

11 1 0
                                    

Malam ini beberapa keluarga Pramadana sedang berapa di kamar Vishaka, mereka duduk sambil melihat ke arah anak itu.

Elina duduk tepat di samping ranjang Vishaka, dia mengelus pelan tangan putri nya dan menciumnya lembut.

Kanigara duduk di samping istrinya sambil mengelus rambut putrinya pelan dan memandangi nya.

"Kaivan dan Tisya dengar dik, hidup kalian lebih lama ketimbang diri ku masa depan akan berada di depan kalian" tarikan nafas berat terdengar dari mulut Vishaka

Dia melanjutkan kalimatnya, "Adik, masa depan dan dewasa sangat sulit banyak sekali kesulitan yang harus kau lewati sedih, marah, perjuangan, dikhianati, pengorbanan, dan masih banyak lagi dik, semua itu harus kau lewati dengan hati yang bersih dan tenang jangan sesekali kamu memakai cara tak baik"

Kaivan dan Tisya mengangguk mengiyakan perkataan Vishaka, mereka melihat ke arah kakak sepupu nya itu terlihat letih tapi masih bisa tersenyum.

Hujan turun dengan sangat deras, mata Vishaka sudah sendu tak sabar untuk menutup.

"Terima kasih, aku akan melanjutkan perjuangan ku" Di akhir kalimat Vishaka tersenyum cerah.

Semua yang di dalam kamar menangis sambil memandangi wajah Vishaka yang sudah tertidur.

Langit pun ikut menangis seakan kehilangan sang penikmat dan pengagumnya.

Hujan tak kunjung reda, malam ini banyak orang yang sedang membacakan doa di depan tubuh Vishaka.

Ardhani datang dan dia terduduk di samping tubuh kekasihnya, membuka kain yang menutupi wajahnya.

Dia seperti sedang tertidur pulas, Ardhani menangis tapi dia tak bisa berbuat apapun.

Mengapa Vishaka tak bilang kalau itu akan membuat nya tiada, dia menangis dan mulai membuka buku Yasin.

Semakin di pertengahan semakin air matanya tak bisa berhenti mengalir, semua seperti mimpi yang tampak nyata.

Rasa tak percaya muncul di dalam dirinya, rasa menyesal menggebu-gebu di hatinya.

Wedanta duduk di samping Ardhani dan mengelus punggungnya, "Jangan seperti itu tak baik nak, ikhlaskan dia"

Malam ini langit benar-benar menangis, bunyi gemuruh terdengar jelas seakan langit sedang meraung-raung.

~~~


Mentari mulai menampakkan diri, langit mulai terang oleh sinar mentari pagi yang menyejukkan hati.

Tapi suasana duka masih menyelimuti keluarga Pramadana, salah seorang putri mereka meninggal dunia.

Kanigara dan Elina sedang memandikan tubuh Vishaka, orang-orang mulai mengkafani nya, satu persatu keluarga mencium kening Vishaka.

"Nak kamu pacar nya kan, ini liat dulu mukanya untuk yang terakhir kali nya ya sebelum kita tutupi" kata salah seorang warga.

Wajah Ardhani sudah di basahi oleh air matanya, sesakit itu kah di tinggal orang terkasih?.

Dan setelah itu tubuh yang sudah terbaluti kain putih di angkat ke keranda dan menuju masjid untuk di sholat kan.

Hingga beberapa proses dan akhirnya tubuh itu sudah di tutupi oleh tanah seutuhnya, tak ada lagi yang tersisa lagi hanya gundukan tanah yang di taburi bunga dan batu nisan yang bertuliskan 'Vishaka Pramadana Binti Kanigara Pramadana'.

Satu persatu orang mulai meninggalkan makam dan hanya tersisa Ardhani yang masih setia berdiri disana.

Langit mulai menangis lagi tampaknya ia tak tahan untuk membendung air yang membebaninya.

Di balik derasnya hujan ada seorang pria yang sedang menangis terisak-isak, kali ini Ardhani berterima kasih kepada langit karena telah menutupi kesedihannya.

Come With Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang