Bab 3 - Gadis Paling Cerewet

587 92 0
                                    

Gadis Paling Cerewet


"Kak Rev, geser ke sini dikit, dong! Biar kelihatan bunganya," rengek Killa sembari menarik lengan Revan ke arahnya.

Revan tak protes dan hanya mengikuti arahan gadis itu. Ini adalah liburan untuk hadiah ulang tahun ketujuh belas Killa, sekaligus untuk perayaan usai pesta pertunangan mereka. Selama liburan sekolah Killa, Revan harus meninggalkan kantornya demi menemani gadis itu berlibur.

Revan kali ini menuruti Killa karena memang gadis itu berhak mendapatkannya. Karena di tahun-tahun sebelumnya, setidaknya lebih dari separuh liburannya digunakan untuk les dan kegiatan tambahan. Anggap saja ini reward untuk gadis itu.

"Kak Rev, tangan Kak Revan taruh di bahuku, dong," pinta gadis itu.

Revan menuruti Killa dan meletakkan tangannya di bahu Killa. Namun, Killa kemudian protes,

"Bukan gitu, Kak. Tapi, rangkul bahuku. Kalau kayak gini malah kayak sama tukang ojek."

Revan berdehem. Dan di tengah keraguannya itu, Killa sudah menarik tangan Revan untuk melingkar di bahunya. Lalu, gadis itu mengambil selfie mereka berdua dengan berlatar taman bunga di belakang mereka.

"Kak Rev, senyum dikit, dong," keluh Killa.

Revan menarik kedua sudut bibirnya melengkung ke atas, memaksakan sebuah senyuman. Namun, Killa tidak mengeluh tentang itu. Dari layar ponsel Killa yang menangkap gambar mereka, Revan bisa melihat senyum lebar gadis itu.

"Kak Rev, makasih," ucap gadis itu ketika dia memeriksa hasil jepretan ponselnya beberapa waktu kemudian. "Aku punya tambahan foto selfie sama Kak Revan lagi." Gadis itu terkikik senang.

"Wah, yang ini Kak Revan ganteng banget!" Gadis itu heboh sendiri. "Tapi, aku di sini kelihatan pendek banget. Ini gara-gara Kak Revan tinggi banget."

Revan terkejut ketika tiba-tiba kedua tangan Killa mendarat di bahunya dan gadis itu melompat-lompat di depannya.

"Menyusut, menyusut, menyusut!" Gadis itu merapal sembari melompat-lompat, seolah membaca mantra.

Revan mendengus pelan. Tidak pernah sehari saja dilewati Revan dengan tenang jika dia bersama Killa. Gadis itu adalah gadis paling cerewet yang pernah dia temui.

***

Ya, dulu Killa seperti itu. Dia secerewet itu. Dia selalu seperti itu.

Bahkan, hingga minggu lalu, dia masih seperti itu. Lalu, apa yang terjadi setelah mereka tidak bertemu selama seminggu karena Revan harus pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan?

Ketika mereka bertemu untuk makan siang bersama, sejak pertama Revan menjemputnya hingga mereka tiba di restoran, gadis itu tak mengatakan apa pun. Biasanya, dia akan bertanya tentang bagaimana perjalanan bisnis Revan, dan sebagainya. Atau minimal, dia akan membicarakan tentang kesibukannya sendiri.

Bahkan, ketika pesanan mereka datang pun, gadis itu tidak heboh mengambil gambar makanan pesanan mereka seperti biasanya. Apa sesuatu terjadi?

Revan mencondongkan tubuh dan mengulurkan tangan untuk mengecek suhu tubuh Killa. Gadis itu menatap Revan kaget.

"Kamu nggak demam," sebut Revan.

"A-aku emang nggak demam," jawab gadis itu, tampak bingung.

Lalu, kenapa dia bersikap tidak seperti biasanya? Apakah ada masalah?

Namun, Revan tak mendapatkan laporan apa pun dari orang-orang yang mengawasi keseharian Killa. Apakah Revan melewatkan sesuatu?

Revan harus mencari tahu jika sesuatu terjadi tanpa sepengetahuannya, atau jika Killa menyembunyikan sesuatu darinya. Revan yakin, pasti ada sesuatu yang disembunyikan gadis itu.

***

Killa langsung berteriak sepuasnya begitu ia masuk ke kamarnya. Wah, rasanya ia benar-benar nyaris tak bisa bernapas karena harus menahan diri seperti tadi di depan Revan.

Namun, ini demi masa depannya. Ia tidak ingin suami masa depannya membencinya, jadi Killa harus melakukan ini. Ia akan berubah. Ia akan menadi seorang lady yang tidak akan mempermalukan Revan di mana pun mereka berada.

Killa tahu, dia masih kurang dalam banyak aspek jika dibandingkan Revan. Di mata Killa, tak ada yang tak bisa dilakukan Revan. Dia adalah sosok yang sempurna. Kelemahan? Tentu saja Revan tidak punya.

Tidak seperti Killa. Pertama, pencapaian prestasi Killa tidak sebanyak Revan. Kedua, Killa tidak sedewasa Revan. Ketiga, Killa tidak seberbakat Revan. Keempat, Killa tidak sesempurna Revan. Kelima ...

Cukup! Killa sudah merasa cukup tidak percaya diri selama ini. Jika terus seperti ini, Killa hanya akan semakin banyak menemukan kekurangannya sendiri.

Untuk saat ini, Killa harus fokus untuk mengubah dirinya. Ini adalah kesempatan terakhir Killa. Mulai sekarang, dia akan menjadi orang dewasa yang pantas bersanding di sebelah Revan.

Oke, hal pertama yang harus dia lakukan untuk mengubah dirinya adalah mengubah penampilannya. Killa pergi ke walk in closet-nya dan duduk di depan meja rias di pojok ruangan.

Pertama, Killa harus melakukan sesuatu dengan rambut lurusnya yang tampak membosankan ini. Ia akan membuat rambutnya bergelombang agar tampak lebih dewasa dan seksi. Lalu ...

Ah! Yang paling penting adalah ini!

Killa membuka laci meja riasnya dan menarik keluar beberapa bandana dari dalamnya. Killa menggulung salah satunya dan melesakkannya ke balik kaus, menempatkannya di dada.

Hm ... sedikit lebih baik. Dengan begini, tubuh Killa jadi sedikit lebih berisi. Setahu Killa, ada bra khusus untuk ini. Killa segera mengambil ponselnya dan menghubungi butik langganan tempat dia biasa memesan pakaian. Ia harus menyiapkan banyak hal untuk makan siangnya dengan Revan besok.

***

Adel yang datang ke butik Lucy untuk mengambil pesanan gaun dan stelan pesta suami dan putranya, heran mendapati betapa sibuknya butik Lucy meski itu masih jam tujuh pagi.

"Apa ada VVIP yang mau datang?" tanya Adel pada Lucy.

Lucy meringis dan mengangguk. "Dia masih anak SMA, tapi dia putri tunggal AR Group," terangnya.

"AR Group?" Adel mengerutkan kening. Jika tidak salah, grup perusahaan itu dekat dengan grup perusahaan Adhiatama milik keluarga Reva, istri Nugie.

"Honestly, aku ngerasa kasihan sama anak itu," ungkap Lucy. "I mean, dia kelihatannya masih polos banget. Dan dia anak tunggal. Gimana dia menjalankan perusahaan sebesar AR sendirian, coba?"

"Dia mungkin nggak harus ngurus perusahaan itu sendirian kalau cowok yang dijodohin sama dia punya cukup kemampuan buat ngurus perusahaan itu buat dia," sahut Adel.

"Ah, you're right!" Lucy menjentikkan jari. "Dia udah dijodohin sama anak dari perusahaan besar juga. Dengar-dengar, saudarinya nggak tertarik sama perusahaan, jadi dia bisa ngambil alih perusahaan keluarganya tanpa perebutan kekuasaan yang berarti. Ah, itu pun kalau dia nggak harus berebut sama orang tuanya sendiri."

"Tapi ... kamu bahkan sampai tahu siapa cowok yang dijodohin sama anak SMA itu?" dengus Adel.

Lucy mengangguk. "Karena cowok itu dari perusahaan keluarga Adhiatama. You know how big the deal is."

Adel mengerjap. Ah, jadi alasan AR Group dan Adhiatama dekat itu karena perjodohan itu? Dan itu berarti, anak SMA yang disebutkan Lucy itu ... adalah jodoh dari adik kembar Reva, sekaligus anak laki-laki satu-satunya di keluarga utama Adhiatama, Revanno Adhiatama?

Wow. Sekarang, Adel jadi merasa ikut kasihan pada anak itu. Kembar Adhiatama itu terkenal tidak punya akhlak. Well, seburuk Adel, bisa dibilang.

***

I Love U and U Know It (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang