Bab 5 - Memahami Bocah SMA

537 78 1
                                    

Memahami Bocah SMA


Asistennya, Timothy, dan sekretarisnya, Rika, saling berpandangan setelah mendengar pertanyaan Revan barusan. Hening selama beberapa saat.

"Kalau kalian nggak tahu jawabannya, cari tahu sampai kalian dapat," perintah Revan akhirnya. "Entah itu kalian survei langsung atau tanya ke ahlinya."

"Um ... maaf Pak Revan, tapi saya khawatir kalau saya salah dengar," aku Rika.

Tentu saja, itu bukan reaksi berlebihan. Sepanjang sejarah Revan mengenal asisten dan sekretaris yang menemaninya sejak ia pertama bergabung di perusahaan, Revan tak pernah menanyakan masalah pribadi pada mereka. Terlebih, ini tentang ...

"Pak Revan tadi tanya, tentang anak SMA yang tiba-tiba berubah sikap dan berubah penampilan," terang Tim, seolah itu yang dibutuhkan Rika.

"Aku juga dengar," desis Rika pada Tim. "Aku cuma khawatir kalau aku salah dengar atau Pak Revan salah tanya aja."

"Kamu nggak salah dengar, soalnya aku juga dengarnya gitu," tukas Tim dengan entengnya.

Timothy adalah asisten pribadi yang merupakan tangan kanan Revan, orang kepercayaannya. Dia adalah pria yang punya pendirian, tidak punya takut, cerdas, kuat, tapi ... terlalu jujur.

"Satu-satunya anak SMA yang ada di sekitar Pak Revan cuma Nona Killa," tandas Tim. "Dan akhir pekan kemarin, jadwal Pak Revan seharian bersama Nona Killa. Jadi, ini tentang Nona Killa, kan, Pak?"

Revan memijat pangkal hidungnya. "Kalau kamu udah tahu, kenapa kamu masih tanya?"

"Maaf, Pak. Saya hanya merasa perlu memastikan biar Rika nggak salah paham," Tim beralasan.

Rika lebih pintar dari Tim mengenai hal seperti itu, jadi itu benar-benar tidak perlu, sebenarnya. Bahkan terkadang, dalam situasi seperti ini, ia merasa seolah Tim sengaja meledeknya.

Revan menghela napas. "Ya, ini tentang Killa," akunya. "Kupikir, tanya ke kalian lebih baik daripada aku tanya ke Reva."

Tim manggut-manggut. "Bu Reva pasti akan ngeledek Pak Revan habis-habisan, seperti biasanya."

"Kalau perintahku udah jelas, kalian cuma perlu ..."

"Tunggu, Pak." Tim mengangkat tangan, menghentikan kata-kata Revan.

Revan menatap Tim. Jika dia akan meledek Revan lagi, bahkan meski dia melakukannya tanpa sadar, Revan tidak akan tinggal diam. "Kenapa?" sengit Revan.

Tim menunjuk Rika. "Rika punya adik perempuan yang masih SMA. Mungkin, dia punya jawabannya, Pak."

Revan menoleh pada Rika. Benar juga. Ia hanya ingat jika Rika punya satu adik perempuan, tapi tidak ingat berapa umurnya.

"Adik saya berbeda jauh dengan Nona Killa, Pak," ucap Rika tiba-tiba. "Dia nggak tumbuh di lingkungan seperti Nona Killa. Dia juga nggak sepintar Nona Killa. Hal seperti itu tentunya juga mempengaruhi ..."

"Tapi, mereka tetap anak SMA," tukas Tim. "Apa bedanya anak SMA satu sama yang lainnya? Mereka tetap aja anak-anak."

"Hei, jangan ngeremehin ..."

Revan mengangkat satu tangan, memotong kalimat Rika. "Apa adikmu juga ngalamin hal kayak Killa?" tanya Revan tanpa basa-basi.

"Ya, Pak, tapi ..."

"Dan kamu tahu apa alasannya adik perempuanmu tiba-tiba berubah sikap dan penampilan?" tanya Revan lagi, mengabaikan sanggahan yang coba diucapkan Rika.

I Love U and U Know It (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang