Jodoh Anak SMA
Revan tak pernah mengerti tentang kebiasaan Killa yang satu ini. Sudah sepuluh menit sejak pesanan mereka datang tadi dan gadis itu masih belum menyentuh makanannya karena sibuk memotretnya dari berbagai sudut. Foto itu nantinya akan muncul di page media sosial Killa.
Revan tahu Killa selalu sibuk dengan media sosialnya. Namun, sejauh ini gadis itu hanya mengunggah gambar-gambar di sana. Mulai dari tempat-tempat yang mereka kunjungi bersama, hingga segala jenis makanan. Revan membiarkan gadis itu dengan hobinya itu karena gadis itu tidak mengunggah hal-hal aneh dan kegiatannya itu sama sekali tak mempengaruhi prestasi Killa di sekolah.
Hanya satu yang paling dibenci Revan dari hobi Killa ini. Gadis itu menjadi luar biasa berisik ketika sedang fokus memotret. Seperti saat ini.
"Kak Rev, tolong gelasnya Kak Revan pinggirin, dong. Masuk ke frame, nih."
"Kak Rev, aku pinjam tangan Kak Revan sebentar, ya?"
"Kak Rev, bisa mundur sedikit, nggak, biar Kak Revan nggak masuk ke fotonya?"
Begitulah, kesabaran Revan diuji setiap kali Killa sedang begitu fokus dengan kegiatan memotretnya itu. Beginilah jika gadis yang dijodohkan dengannya adalah anak SMA.
Ah, tidak. Itu pernyataan judgemental. Karena bukan hanya anak SMA saja yang heboh ketika memotret seperti Killa ini. Meski, Revan masih tak tahu apa alasan Killa melakukan ini.
Dia tidak melakukan ini untuk popularitas meski dia mendapat banyak followers di media sosialnya berkat hasil jepretannya itu. Bahkan meski ini hanyalah sekadar hobi, tapi tidakkah gadis itu terlalu berlebihan? Sampai kapan dia akan terus memotret makanannya? Apa dia memesan makanannya hanya untuk difoto?
"Kamu mau berapa lama lagi kayak gitu?" Revan tak tahan untuk berkomentar.
Makanan pesanan gadis itu bahkan sudah dingin. Apa dia bahkan bisa menikmati itu?
Namun, Killa masih asyik memotret sambil membalas, "Bentar lagi, Kak."
Revan menarik napas dalam, lalu dengan suara dingin, dia berbicara tegas, "Berhenti ganggu acara makanku dan taruh HP-mu. Sekarang."
Pandangan Killa teralih dari ponselnya dan tertuju pada Revan. Gadis itu tak mengatakan apa pun lagi dan segera duduk di kursinya, lalu meletakkan ponselnya di tepi meja.
"Maaf, Kak," ucap Killa sembari menunduk. "Aku nggak bermaksud ganggu makannya Kak Revan ..."
"Jangan ngomong lagi dan buruan makan," sela Revan.
Killa menutup mulut dan mengangguk, lalu mengangkat sendok. Revan masih menatap gadis itu hingga memasukkan suapan pertama makanannya ke mulut. Barulah setelahnya Revan melanjutkan makan siangnya.
Gadis itu yang meminta mereka memesan makanan ini, tapi dia bahkan tak bisa menikmatinya karena terlalu sibuk memotret. Apa dia bisa kenyang hanya dengan memotret? Makanannya juga pasti sudah dingin dan rasanya pasti sudah berbeda.
Sungguh, Revan tidak bisa mengerti Killa. Apa mungkin karena gadis itu masih anak SMA?
***
Revan membenci Killa. Kenyataan itu kembali menyadarkan Killa akan apa yang ada di depan matanya. Revan mungkin adalah jodohnya, tapi pria itu tidak mencintainya.
Dan itu yang membuat Killa semakin bertekad untuk masuk ke kampus yang disebutkannya pada Revan tadi. Killa ingin belajar lebih banyak tentang cinta dan membuat Revan jatuh cinta padanya.
Namun, bagaimana caranya membuat orang yang begitu membenci Killa jatuh cinta padanya?
Killa hati-hati mengangkat tatapannya untuk menatap Revan. Pria itu menunduk menatap piring makan siangnya, tanpa bicara ia melahap makan siangnya. Killa tak tahu kenapa pria itu memutuskan untuk memesan makanan yang direkomendasikan Killa. Apa dia juga penasaran?
Namun, pria itu tak tampak menikmati makanannya. Dia tampak seolah hanya memasukkan makanan di piringnya ke mulut, tanpa benar-benar merasakannya. Pria itu mungkin tak menyukainya.
Killa menghela napas sembari menyuapkan sesuap makanan ke mulutnya. Lalu, didengarnya Revan berbicara,
"Rasanya nggak enak, kan?"
Killa mengernyit. Sebenarnya, rasanya enak menurut Killa. Namun, sepertinya ini bukan selera makanan Revan. Killa hanya mengangguk tanpa kata.
"Makanya, lain kali jangan ngabisin waktu buat foto-foto kayak tadi. Kita datang ke sini buat makan, tapi kamu selalu ngabisin waktu buat foto-foto. Kamu selalu kayak gitu," rentet Revan.
Ah ... jadi, selama ini Revan sangat terganggu dengan kegiatan foto-foto Killa itu? Seharusnya pria itu mengatakannya sejak awal. Ketika Killa meminta izin dulu, pria itu memberinya izin. Setelahnya pun, dia tidak pernah mengatakan apa pun setiap kali Killa sibuk mengambil gambar makanan atau pemandangan ketika mereka bersama.
Namun, sekarang Killa tahu, Revan membenci itu. Killa dalam hati berjanji, dia tidak akan menunjukkan hal seperti ini lagi di depan Revan. Dia tidak ingin Revan semakin membencinya.
***
Malam itu, ketika Revan memeriksa kampus yang disebutkan Killa saat mereka makan siang tadi, ia menyadari jika itu bukan sekadar kampus elit biasa. Seperti yang dikatakan Killa, kualitasnya juga bagus. Namun, ternyata itu adalah kampus tempat Wiki bekerja.
Wiki adalah salah satu teman dekat Nugie, suami Reva, saudari kembarnya. Dia juga banyak membantu Reva dan Nugie. Revan mungkin bisa bertanya-tanya lebih banyak tentang kampus itu pada Wiki. Namun ... tidak, Revan tidak bisa melakukan itu. Ini adalah masalahnya. Ia tidak akan melibatkan orang lain. Ia akan mencari tahu sendiri. Ia punya cukup kemampuan untuk itu.
Sejak kapan Revan membutuhkan bantuan orang lain? Apa dia mulai tertular saudari kembarnya? Huh. Revan akan mencari tahu sendiri. Terlebih, ini adalah hal penting menyangkut Killa.
Killa selalu fokus pada study-nya. Jadi, ketika gadis itu tiba-tiba mengubah kampus tujuannya, Revan tak bisa membiarkannya begitu saja sampai dia memastikan sendiri kampus tujuannya itu. Revan juga akan mencari tahu kalau-kalau ada murid satu sekolahnya yang pergi ke kampus itu. Siapa tahu, Killa pergi ke kampus itu karena teman-temannya.
Usai membaca informasi tentang kampus itu, Revan menyandarkan tubuh di kursi kerjanya dan memijat pangkal hidung. Semakin Killa dewasa, semakin banyak yang harus diperhatikan Revan.
Selama ini, Revan selalu memastikan gadis itu tumbuh di lingkungan terbaik. Revan selalu memastikan gadis itu baik-baik saja di mana pun dia berada. Tidak ada yang bisa mengganggunya, tidak ada yang bisa mengusiknya, tidak ada yang bisa mengaturnya. Kecuali Revan.
Maka dari itu, fakta bahwa gadis itu tiba-tiba berubah pikiran seperti ini, tidak seperti Killa yang biasanya. Jika ada hal lain yang menjadi alasannya, Revan harus tahu.
Karena Revan harus tahu segala hal tentang Killa. Sekecil apa pun itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love U and U Know It (End)
عاطفيةDijodohkan dengan gadis yang pertama kali ditemuinya ketika dia berumur tiga belas tahun. Itulah takdir Revan. Sejak pertama kali Revan melihat bayi itu, ia langsung dinobatkan sebagai calon suami bayi itu. Delapan belas tahun berlalu, bayi itu tum...