Bab 9 - The Deal

464 72 0
                                    

The Deal


Revan berdehem setelah berhasil mendapatkan ketenangannya lagi. "Maaf kalau aku udah bikin kamu salah paham. Ini Killa, tunanganku. Kami lagi nyiapin pernikahan kami dan kami seharusnya ketemu di butik tempat kami mau fitting pakaian. Aku cuma kaget karena dia tiba-tiba ngabarin kalau dia udah di sini. Itu pun, dari tadi."

"Bukan berarti lo punya hak buat bersikap kasar ke dia," sengit Vienny. Wanita itu lantas menatap Killa. "Kalau gue jadi elo, udah gue buang cowok kayak gini. Cowok yang nggak bisa ngehargain cewek tuh, sama aja kayak sampah."

Revan memperhatikan keterkejutan Killa. Gadis itu menoleh pada Revan, lalu menatap Vienny dan membalas,

"Maaf, Kak Revan mungkin bersikap kasar dan dingin, tapi dia bukan orang jahat. Selama ini, Kak Revan juga yang selalu jagain dan ngelindungin aku."

Vienny mengangkat alis meragukan. Uh, wanita itu bisa membawa pengaruh buruk bagi Killa.

"Aku nggak peduli apa yang kamu pikirin tentang aku, tapi jangan coba-coba bawa pengaruh buruk buat Killa," tandas Revan tanpa basa-basi.

Vienny tertawa. "Bawa pengaruh buruk?" Wanita itu mendengus sinis. "You're being the toxic here, Dude."

"Vienny, cukup," Steven tiba-tiba menengahi.

"Steve!" Vienny melotot protes pada pria itu.

"Kamu terlalu menghakimi dan menyudutkan dia tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi," Steven berkata. "Kenapa anak itu sampai ngomong kayak gitu tentang dia, pasti ada alasannya."

Vienny mendengus kasar dan melengos. Sementara, perhatian Revan tertuju pada Steven. Inikah pria yang disukai Killa? Sejujurnya, dia tidak tampak begitu buruk. Dia tampak tenang bahkan dalam situasi seperti ini.

Steven menatap Revan dan tersenyum kecil. "Maaf, Vienny emang selalu kayak gini. Tapi, dia sama sekali bukan orang jahat, kok."

Revan mengangguk. "Aku juga minta maaf kalau aku udah bikin dia tersinggung," Revan berkata.

"Lo minta maaf ke orang yang salah," desis Vienny sinis.

"Vienny," tegur Steven lagi.

Vienny kembali melengos. Sementara, Wiki berbicara,

"Tapi, kalian udah mulai nyiapin pernikahan? Aku nggak dengar apa-apa dari Nugie. Kalau kalian butuh bantuan, aku bisa bantu. Kakakmu juga udah banyak bantuin aku."

Revan terkejut mendengar tawaran tak terduga itu. Ia berusaha mempertahankan ekspresi tenang.

"Pesta pernikahannya masih beberapa bulan lagi. Mungkin sekitar liburan semester kuliah Killa berikutnya," Revan memberitahu. "Karena begitu Killa kuliah nanti, dia pasti akan sibuk, dan aku juga sibuk sama kerjaanku, jadi kami berusaha ngeberesin sebanyak mungkin apa yang harus kami lakuin sebelum kuliahnya dimulai."

"Man, she's gonna have to diet for those months," dengus Vienny.

"Apa kamu punya solusi yang lebih baik?" Revan menantang Vienny.

Vienny mengangkat alis. "And if I have?" balas wanita itu dengan menantang. "Lo bakal ngasih cewek itu ke gue?"

Revan mengernyit. "Jangan ngomong sembarangan! Killa bukan barang!" geram Revan.

"Vie, ya ampun!" Wiki kali ini tampak kesal dan melotot pada kakaknya itu. "Revan, sori. Sebenarnya, Vienny ..."

"Hei, let's make a bet," Vienny menyela.

I Love U and U Know It (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang