Bab 11 - Stalker

373 64 0
                                    

Stalker


Sudah seminggu berlalu sejak Vienny dan Revan membuat kesepakatan, dan sudah seminggu Killa menghabiskan sebagian besar waktunya dengan Vienny. Rasanya benar-benar seperti mimpi.

"Ini ... bukan mimpi, kan?" Killa tanpa sadar sudah melontarkan kata-kata itu.

Vienny yang duduk di sebelah Killa, sedang memeriksa katalog pilihan lokasi pesta pernikahan Killa, menoleh padanya.

"And what kind of dream is this? A good one? A bad one?" tanya Vienny dengan nada geli.

Killa bisa merasakan wajahnya memanas karena malu. "Ma-maaf, aku ..."

"You don't have to say sorry to me," sela Vienny. "That's the last word I wanna hear. I prefer a thank you, anyway."

"Ah ... kalau gitu, makasih ..." Killa tersenyum pada Vienny.

"Makasih buat apa?" tanya Vienny, mengejutkan Killa.

Terima kasih ... untuk apa? Killa tak bisa langsung menjawab. Ia tak mungkin mengatakan jika dirinya ingin belajar lebih banyak tentang cinta untuk membuat Revan jatuh cinta padanya.

"Aku ... itu ... makasih, udah bantuin aku sama Kak Revan nyiapin pernikahan kami," Killa menyebutkan.

"Well, that's a deal. Lo nggak perlu berterima kasih." Vienny mengibaskan tangan.

Killa menatap Vienny, penasaran. "Tapi ... apa untungnya kesepakatan ini buat kamu?"

Vienny mengangkat alis. "Isn't it fun?" balasnya dengan santai.

Apa Killa salah dengar? "Maksudnya ...?" Killa salah dengar, kan?

Vienny tersenyum miring. "To beat someone as crazy as your fiancée is fun, don't you think?"

Killa mengerjap terkejut. Apa ... katanya?

"Gue tahu, kalian akan menikah karena perjodohan. Lo dijodohin sama dia sejak lo masih bayi. Dan orang yang ngatur hidup lo selama ini bukan orang tua lo, tapi justru orang yang bakal jadi suami lo itu. Sementara itu, lo cuma nurut aja sama dia dan ngelakuin apa pun yang dia suruh." Vienny melirik Killa. "Benar, kan?"

Killa mengatupkan bibir rapat, tak bisa membantah itu. "Um ... aku boleh manggil kamu Kak Vie?" Killa meminta izin.

Vienny tersenyum geli. "Why not?" sahutnya santai.

Killa tersenyum lega mendengar jawaban itu. Wanita ini ... sepertinya benar-benar bukan orang jahat, terlepas dari cara bicaranya dan sikapnya.

"Ah, satu lagi." Vienny menelengkan kepala.

Killa mengerutkan kening. Apa lagi ...?

"Semacam novel roman picisan, lo jatuh cinta sama cowok itu," tembak Vienny. "Right?" Vienny tersenyum miring.

Killa menahan napas saking kagetnya. Apakah tampak sejelas itu perasaan Killa pada Revan?

"Gi-gimana Kak Vie bisa tahu?" tanya Killa tergagap.

Vienny mendengus geli. "Well, I'm not blind," tandasnya. "Dan satu-satunya hal yang bisa bikin cewek sepintar elo bertingkah sebodoh itu di depan tunangan lo, cuma itu alasannya."

Killa semakin terkejut mendengar itu.

"Gue udah sering ketemu macam-macam orang dan situasi aneh mereka. Bahkan nggak sekali-dua kali gue ketemu orang-orang pintar yang harus pura-pura bodoh buat bertahan hidup," urai Vienny. "Tapi di kasus lo, lo jelas-jelas pintar, masa depan lo cerah dan terjamin, keluarga lo ngasih fasilitas terbaik buat lo. Tapi, semua itu lo serahin ke tangannya Revan, tanpa perlawanan. Kalau mau, lo udah cukup kuat buat ngelawan Revan, tapi lo justru membabi-buta ngikutin Revan ke mana pun."

I Love U and U Know It (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang