Taksi yang membawa Tay serta New pergi dari toko tempat mereka bertemu itu akhirnya berhenti di depan puskesmas yang letaknya tak begitu jauh dengan tempat mereka berada tadi.
Ya, tadi New membawa Tay pergi menggunakan taksi. Dan disinilah mereka sekarang berada, di sebuah puskemas.
"Ayo turun," ujar New setelah membayar uang taksi itu dan keluar dari taksi.
Tay mengerjap bingung dan hanya bisa mengikuti kemauan New dengan turun dari taksi.
"Gabriel, kita dimana?" Tanya Tay yang kini menatap bangunan di depannya dengan bingung.
"Kamu gak tau puskesmas?" Tanya New sarkas.
Tay yang mendengar itu pun menggeleng pelan.
New sontak menutup mulutnya dengan tangan saking tak percayanya. Tadi ia hanya ingin sarkas, tapi ternyata Tay memang tak tau puskesmas.
"Tay, ini puskesmas. P-U.. PU, S-K-E-S.. SKES, M-A-S.. MAS. PUSKESMAS. Gak tau?" Tanya New lagi dengan heran.
Tay mengerjap dan kembali menggeleng.
New yang melihat itu pun menganga lebar, namun detik berikutnya berdeham.
"Hm, saya lupa kamu anak orang kaya yang sudah pasti gak pernah ke tempat seperti ini. Kamu pasti punya dokter pribadi yang akan datang ke rumah kapanpun kamu panggil," ujar New pelan.
"Jadi? Ini tempat apa?" Tanya Tay akhirnya.
New menghela nafasnya panjang, "ini namanya Puskesmas. Sama seperti rumah sakit. Tapi lebih kecil. Seperti — klinik,"
"Oh, klinik," gumam Tay.
New mengangguk, "ya, klinik."
"Untuk apa kita kesini?" Tay menatap New dengan menaikkan satu alisnya.
"Untuk numpang BAB. Ya untuk ngobatin luka kamu lah. Nih ngaca dulu deh, liat betapa mengerikannya wajah kamu!" New mengeluarkan handphonenya dan mengarahkan layar handphone itu ke arah Tay.
Tay menatap layar itu dan akhirnya mengerti maksud New.
Senyuman Tay langsung mengembang, "lo mau ngobatin luka gue? Cie."
New mengerutkan keningnya tak suka, "apaan sih? Yang ngobatin luka kamu tuh dokternya, bukan saya."
"Tapi Lo yang bawa gue kesini," balas Tay.
"Karna saya gak suka liatin wajah jelek itu."
"Oh ya? Bukan karena lo tertarik dan khawatir sama gue?"
New yang mendengar itu pun langsung mendorong kepala Tay dengan kesal.
"Dasar bocah, otaknya gak jelas banget. Ayo cepetan masuk!" New menarik tangan Tay dengan kesal menuju dalam puskesmas.
Dan kini Tay terkekeh melihat wajah kesal New. Entah sejak kapan wajah itu menjadi wajah yang ingin selalu Tay lihat.
***
Tay memperhatikan New yang kini sedang berdiri di sampingnya saat ia sedang di periksa oleh seorang dokter.
Tay tak bisa berhenti tersenyum melihat wajah cemberut New itu.
"Senyum terus, gak sakit memangnya ini?" Tanya dokter yang sedang memeriksa Tay.
Tay menggeleng, "gak."
"Bohong dia dok. Itu pasti sakit. Gak usah sok kuat Tay. Kalau sakit ya bilang sakit, biar dokternya gak salah kasih obat nanti," omel New.
Dan ucapan itu berhasil membuat senyuman Tay semakin melebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cutie Tea(cher) | End✓
Fanfic⚠️ BOYSLOVE ⚠️ TAYNEW💙 "Buka buku kalian halaman lima belas." "Buka hati Pak New untuk saya aja gimana?" "Tay, saya mohon diam." "Sudah pak. Saya sudah diam, diam-diam mencintai bapak." "Tay! Kamu saya hukum ya?!" "Siap pak! Mau hukum pakai apa? Bo...