37. Epilog

3K 279 25
                                    

"Bodoh."

Seorang laki-laki yang cukup tua sekitar usia akhir empat puluhan tahun kini menatap tajam Bright yang sedang duduk di depannya dengan pakaian tahanan berwarna oranye.

Bright yang mendengar itu pun terdiam.

Sudah biasa. Bright sudah terbiasa dengan segala makian yang bahkan lebih menyakitkan dari ini. Setiap hari hidupnya dipenuhi oleh kata umpatan, kalian dan segala jenis ucapan yang menyakitkan.

"Apa susahnya menjadi anak yang baik? Apa susahnya diam dan lakukan semua sesuai perintah papa?!"

Bright hanya diam tanpa berniat membalas ucapan ayahnya itu. Bright benar-benar lelah.

"Kenapa kamu selalu bodoh? Kamu sama persis seperti mama mu. Bodoh, lemah, memalukan."

"Papa bilang jadilah anak yang baik. Jadilah contoh yang baik, jadilah yang nomor satu, jadilah yang terbaik. Tapi kamu malah menjadi yang terburuk."

"Kenapa bisa kamu dikalahkan oleh Tay?! Bodoh!"

"Pa! Cukup! Aku rasa udah cukup!" Teriak Bright akhirnya.

Tadinya Bright pikir, ia bisa menahannya karna sudah terbiasa, namun nyatanya, hatinya masih cukup lemah.

"Berhenti meminta aku untuk ini dan itu! Berhentilah menaruh ekspektasi tinggi padaku! Berhentilah membandingkan aku dengan Tay!!"

Bright menatap ayahnya dengan tajam dan dengan dada naik-turun karna menahan emosinya.

"Ayah yang bersaing dengan ayah Tay, kenapa aku yang disuruh mengalahkan Tay?!! Kalau papa memang sehebat itu, maka kalahkan ayah Tay! Jangan memintaku untuk melakukannya!"

"Ya! Aku memang bodoh, tidak seperti ayah yang sangat pintar sehingga kalah di pemilihan gubernur dua kali," ucap Bright dengan sarkas.

Plakk

Ayah Bright menampar pipi Bright dengan sangat keras hingga meninggalkan tampak merah yang cukup besar disana.

"Lancang sekali kau! Dasar pria bermulut besar!" Maki ayah Bright.

"Papa malu punya anak seperti kamu. Kalau papa bisa, papa ingin menghapus nama kamu dari kartu keluarga. Kamu hanya bisa membuat malu keluarga saja. Habiskan waktumu di penjara dan jangan pernah kembali lagi ke rumah." Ayah Bright langsung melenggang pergi meninggalkan Bright.

"Ya.. lebih baik aku disini. Setidaknya disini aku tidak mendapat hinaan dari orang yang seharusnya menjadi panutanku," ucap Bright dengan lemah.

Sebuah bulir air mata jatuh dari ujung mata Bright.

"Woy, tahanan juga?"

Suara seorang laki-laki membuat Bright menghapus air matanya dan menoleh.

"Kasus apa, bro?" Tanya laki-laki itu lagi.

Bright hanya diam, tak menjawab pertanyaan laki-laki itu.

"Hm, kenalin gue Win. Win metawin. Tahanan disini juga," ujar Win dengan cengiran lebar di wajahnya.

Bright hanya mengangguk sebagai balasan.

"Lo kasus apa?" Tanya Win lagi.

"Penculikan, percobaan pembunuhan," jawab Bright ketus.

"Wih, serem amat," gumam Win.

"Lo kasus apa?" Tanya Bright balik.

"Pencurian," jawab Win.

"Nyuri apa lo?"

"Nyuri hati lo," jawab Win sambil menaik-turunkan alisnya.

Bright yang mendengar itu pun berdecak dengan kesal dan bangun dari kursinya meninggalkan Win.

My Cutie Tea(cher) | End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang