Tangan Aksata mengepal kuat dan rahangnya mengeras saat mendengar apa yang diceritakan oleh Gata, bagaimana dia bisa bertemu dengan Zefen sampai kenapa Zefen bisa meminta nomor teleponnya.
Sejak awal Gata bercerita sampai selesai Aksata tidak mengeluarkan suaranya, ia hanya menatap Gata intens dengan wajah yang sulit diartikan dan sesekali beralih memandang Gata sambil menghela nafasnya.
"lo inget hampir setahun yang lalu Xion pernah bilang soal Turks? Dan ketuanya yang masuk rumah sakit karna luka parah?" tanya Aksata yang hanya dijawab anggukan oleh Gata.
Aksata menghela kembali nafasnya sebelum mengeluarkan suara. "itu Zefen ta, cowo yang minta nomor telepon lo kemarin, musuh terbesar gue." Ucap Aksata dengan nada yang terbilang amat sangat tenang.
Gata tidak mengeluarkan suaranya tetapi raut wajah kagetnya mengisyaratkan agar Aksata melanjutkan untuk menceritakan mengenai hal itu.
"hampir satu tahun lebih Turks gamuncul ganggu Bruiser, itu karna Zefen sempet dirawat karena luka parah dan gue ga pernah liat muka dia bahkan sekalipun gue ga pernah liat dia semenjak dia masuk rumah sakit. Sampe akhirnya gue liat dia kemarin di sekolah." Ucapan Aksata terputus sambil menatap kedua mata Gata intens.
"gue kaget, jujur. Tapi yang gue heran kenapa dia bisa minta nomor telepon lo" lanjutnya.
Kepala Gata menunduk, wajahnya berubah resah, ia merasa seharusnya ia menceritakan semuanya sejak awal bertemu Zefen kepada Aksata.
"kamu marah yaa?" tanya Gata yang sudah menatap mata Aksata kembali.
"aku uda ngehindarin dia kemarin, tapi dia tetep nahan aku," lanjut Gata.
Kening Aksata terlihat mengkerut. "kenapa gue harus marah? Gue cuma heran aja" jawab Aksata sembari membenarkan posisi duduknya dan memalingkan wajahnya tidak menatap Gata.
Benar yang diucapkan Aksata, ia tidak merasa marah sedikitpun karena Zefen meminta nomor teleponnya, ia tahu jika Gata akan selalu menjadi miliknya, tetapi ia khawatir Gata akan terluka jika berhubungan dengan Zefen.
"sataaa tapi aku ga ngasih nomor aku kok," lanjut Gata sembari memeluk bagian lengan atas Aksata dari pinggir.
"jangan deket deket dia, ga aman buat lo" ucap Aksata dengan nada dinginnya.
Gata menganggukkan kepalanya.
>-<
Bel tanda istirahat sudah berbunyi, Gata dan Wilo segera merapihkan peralatan yang berserakan di atas meja. Dan segera berjalan keluar kelas.
Seperti biasa, keenam anggota inti Bruiser sudah berada dikelas mereka."bu ida atau kantin?" tanya Aksata saat gadisnya sudah berdiri dihadapannnya.
Gata tampak berpikir sebentar sembari mengerucutkan bibirnya. "kantin aja deh, aku Cuma pengen donat" jawabnya.
Aksata dengan cepat mengangguk dan menggandeng tangan Gata berjalan kearah kantin diikuti oleh teman-temannya dibelakang.
Dikantin mereka duduk dimeja yang sudah biasa mereka tempati, meja yang tidak akan ditempati oleh siswa lain selain anggota inti Bruiser.
"sinii" ucap Aksata mengulurkan tangannya untuk membantu Gata melangkahi bangku yang berbentuk panjang itu.
"makasihh sataa" ucapnya dengan senyum yang sangat manis dan dijawab dengan anggukan oleh Aksata, senyum nya juga merekah melihat kecantikan gadis disebelahnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GATAKSA (On Going)
Teen FictionSetelah 2 tahun menjalin hubungan dengan Aksata, Anagata menjadi sasaran balas dendam karena hal yang sudah Aksata lakukan kepada Musuhnya. Walaupun begitu, Aksata akan selalu menjaga Anagata seperti yang sudah ia lakukan selama Dua tahun ini. Anag...