6 : Kilas Balik 2010 (MOS)

18 3 0
                                    

Mei, 2010

Sekolah kini telah terbuka kembali. Murid-murid akhirnya telah naik satu tingkat di sekolahnya. Jangan lupa, kelas 12 yang kini sudah lulus, tergantikan dengan kelas 11 yang sekarang sudah naik ke kelas 12.

Dan kelas 10 yang lalu pun naik tingkat ke kelas 11. Dan yang serunya, kini kelas 10 sudah mendapatkan murid-murid terbaik untuk bisa masuk ke sekolah yang di tuju.

Contohnya, SMA Bhayangkara 22 di Sukabumi ini.

"Assalamualaikum! Neng Anin!"

Anindita bangun dari tidurnya. Padahal waktu masih menunjukkan pukul 5.00 pagi.

"Siapa pagi-pagi buta gini bertamu?"

Segera dia bangkit dari kasurnya dan menuju ke pintu depan. Namun saat dia buka, ternyata itu Bu Laila.

"Neng Anin udah bangun, toh? Nih, Teteh bawa rantang isinya makanan."

Di berikannya rantang besar itu pada Anindita.

"Dapat darimana, Bu?"

"Dari kakak Teteh. Semalam baru tiba dari Jakarta. Kebetulan makanannya kebanyakan, jadi Teteh siapin buat Neng aja."

"Wah, padahal Bu Laila nggak perlu repot-repot. Semalam udah ada niatan buat ke pasar abis pulang sekolah."

"Jangan nolak dong, Neng. Kalau di bawa pulang, malu."

"Y-ya..."

"Terima ya, Neng. Enak nih makanan. Jarang di jual di kampung, lho."

Ya, siapa sih yang tidak mau menolak makanan gratis yang harumnya juga mengenakkan. Tapi, rasanya memalukan baginya jika menerimanya pula.

"Neng mah gitu toh. Padahal Teteh udah berekspektasi kalau Neng Anin bakal terima."

"Yaudah deh, Bu. Anin terima. Hehe, sayang juga kalau nggak di terima."

"Nah, gitu Neng. Rantangnya titip aja dulu ya. Teteh mau berangkat ke warung."

Anindita mengangguk paham, dan menatap punggung Bu Laila yang kini berlalu pergi.

"Ini hari Senin kan?"

Rasanya ada yang kurang dari dirinya. Sampai dia sadari jika benar adanya bila hari ini hari Senin.

Hari pertama dia masuk ke jenjang SMA.

"BUSET!"

Anindita tergesa-gesa menuju ke kamar mandi. Daripada dia terlambat ke sekolah. Dia ingin menghilangkan kebiasaan buruk itu.

"Sarapan sarapan! Nanti gue telat!"

Heboh sendiri. Padahal dia hidup sendiri, tapi rasanya seperti tinggal beramai-ramai.

Dia menyantap makanan yang Bu Laila berikan padanya, namun dia tidak bisa tenang.

"Kaos kaki kaos kaki! Lo di mana pas gue butuh sih!"

"Kenapa deh, barang-barang kalau di butuhin pasti hilang!"

Anindita mengotak-atik lemarinya untuk mencari kaos kaki yang sudah dia cuci kemarin.

"Yaelah, kaos kakinya nyempil di mana sih."

"Apa di jemuran belakang rumah kali ya."

Segera dia berlari ke belakang rumah untuk mengecek jemurannya. Dan untungnya, kaos kakinya benar-benar masih ada di sana.

TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang