Anindita duduk sejenak di kursinya. Apa yang sedari tadi dia pikirkan? Tidak, dia hanya ingin sendiri. Bukan marah pada yang lain, tapi dia hanya ingin waktu sendiri.
"Anin kemana?"
"Kelas, Dit. Kenapa tuh?"
"Di cariin Mahesa."
Binar berniat memanggil, tapi takut mengganggu Anindita. Jadinya dia hanya bisa meminta Mahesa untuk mengajaknya lain kali.
"Kenapa sih, sama Anin? Lo berantem ama dia?"
"Enggak kok. Kita nggak berantem. Cuma dia masih sendiri dulu, yaudah."
"Mikirin apa emang?"
Binar mengangkat bahunya. Dia juga kurang tahu. Soalnya jika dia tanya, pasti bilangnya tidak tahu dia pikir apa.
"Ke kantin deh kalau gitu. Lo lapar kan?"
"Bayarin tapi?"
"Nggak."
Adit berjalan meninggalkan Binar, tapi sudah jelas Binar akan mengejarnya. Sudah di ajak ke kantin, masa mau di tinggal lagi.
Kembali pada Anindita, dia hanya menekuk wajahnya di tangannya itu. Dia menatap kosong papan tulis, seolah-olah dia berpikir.
Padahal dia sendiri tidak tahu memikirkan apa. Tapi sejak kemarin, dia mulai begini.
Apa gara-gara Ratih bilang dia ini calon pacar Mahesa?
Tapi mereka berdua hanya teman. Dan teman akan selalu menjadi teman.
"Lah, nggak ke kantin? Di cariin Mahesa."
Ratih muncul di hadapannya. Anindita langsung sadar sejenak. Mahesa mencarinya.
"Mahesa nyari gue?"
"Iya, tadi nggak sengaja ketemu di kantin."
"Hm.."
"Kenapa? Ada masalah?"
Anindita terdiam dan menunduk. Ratih di buat bingung olehnya. Entah apa yang Anindita pikirkan, itu membuatnya khawatir.
"Mikirin apa? Coba cerita sama gue. Siapa tau bisa bantu."
"Gue juga nggak tau, mikir apa."
"Lho, bisa gitu."
Anindita menggigit kukunya. Rasanya dia terus ingin mengatakan suatu hal, tapi dia juga tidak tahu apa itu.
"Daripada di sini, bikin beban pikiran nambah, mending kita keluar deh."
"Nggak. Mau di sini aja. Malas."
"Ah, lo mah. Malas mulu. Ayo deh."
Ratih menarik tangan Anindita untuk keluar dari kelas. Dan tiba di luar, dia di suguhi pemandangan Adit dan Binar berantem di dekat mereka.
"DUIT GUE LO KEMANAIN, ANJ*NG?!"
"NGGAK TAU! KAN LO YANG PEGANG!"
"MAMPUS! GUE MAU PAKE UANGNYA BUAT BELI BENSIN!"
"YA, JANGAN MARAH-MARAH DONG!"
Ratih dan Anindita memandang mereka dengan tatapan datar.
"Memang salah gue ajak lo keluar."
"Kan, gue bilang juga apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Temu
Ficção Adolescentebxg Jaehyuk x Yuri [with local name] [End] Anindita tidak pernah menyadarinya. Dan itu membuatnya terlambat. © neozonesure