15 : Bertemu

19 2 0
                                    

Anindita menatap jam tangannya. Menunjukkan pukul 06:15 pagi. Dia ingin ke warung seblak Bu Laila. Bukan hanya untuk memesan, tapi dia ingin menunggu Mahesa.

Kapan lagi dia bisa bertemu dengannya. Dia takut pertemuannya hari itu adalah pertemuan terakhirnya.

"Anin!"

Dan saat dia duduk di depan warung, ada Mahesa yang menyapanya. Anindita tersenyum lebar. Mereka bertemu, benar-benar bertemu.

"Pagi-pagi udah pesan seblak aja, toh."

"Iya. Takut ramai nanti, jadinya ngantri."

Mahesa duduk di samping Anindita setelah memesan seblak.

"Kamu apa kabar?"

"Baik. Kamu?"

"Baik juga. Nggak kangen nih? Udah lama lho, kita nggak ketemu. Di telepon juga nggak aktif."

"Maaf ya, aku ganti nomor soalnya. Aku mau telepon kamu juga, tapi malah nggak aktif."

"Hp lamaku rusak soalnya."

Hening sejenak. Entah apa lagi yang ingin dia bicarakan lagi. Anindita bingung mencari topik.

"Oh ya, aku lupa hari itu buru-buru amat. Sampai lupa minta nomor kamu. Gapapa kan?"

"Iya. Hari itu juga mau sempatin minta nomor, eh malah kabur aja."

Anindita lalu memberikan nomor WhatsApp nya itu pada Mahesa. Dan menyimpan nomor Mahesa yang sudah di berikan.

"Ngomong-ngomong, pernah dengar kabar Setya sama Adit, nggak nih?"

"Iya. Ada lho, nomor mereka."

"Serius?!"

Mahesa mengangguk. Di berikannya nomor WhatsApp Setya dan Adit pada Anindita. Setelah sekian lama mencari, akhirnya bisa di temukan juga.

"Mereka berdua pada kangen kalian, sih. Hampir mikirnya kita bakal lost contact selamanya."

"Siapa suruh, kuliah pada misah. Bukannya di kampung malah nyebar."

Mahesa tertawa. Di ingatnya lagi saat kuliah mereka waktu itu. Anindita memilih kuliah di Bandung, sesuai perkataannya.

Mahesa sendiri kuliah di kampung halamannya, Yogyakarta. Setya sendiri kuliah di Jakarta bersama Ratih waktu itu.

Dan Adit berkuliah di Malang. Dan Dinara berkuliah di luar negeri, tepatnya berkuliah di LA karena ikut dengan orang tuanya.

Dan setelah masing-masing telah lulus, mereka lalu mencari pekerjaan. Mahesa yang bekerja pun tetap di Yogyakarta.

Anindita hanya di Jakarta bersama Binar dan Dinara. Tapi sayangnya, Ratih bekerja di Banjarmasin.

"Jangan lupa, chat mereka nanti. Kangen berat katanya."

"Terutama si Adit. Katanya kangen sama Dinara."

Anindita terkekeh kecil. Terputarnya kenangan lama di otaknya itu. Namun sayang, kini dia harus berangkat bekerja.

"Gapapa, aku tinggal?"

"Iya. Duluan aja."

Anindita segera pergi dengan motornya. Hatinya terasa senang karena bisa bertemu Mahesa lagi. Dan Mahesa pun senang. Bisa bertemu dengan Anindita.

"Lho, Binar? Tumbenan pagi-pagi buta datang."

"Iya dong. Biar nggak telat."

"Dinara udah datang?"

"Lagi otw dianya."

Anindita langsung duduk di kursinya. Meregangkan jemarinya yang sedikit pegal karena terus mengetik semalam.

TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang