13 : Kilas Balik 2012 (Hilang Rasa)

13 3 0
                                    

Selepas kejadian itu, Mahesa mulai kembali mengintropeksi dirinya. Dan ini untuk ke sekian kalinya. Dia ingin menghapus rasa lain terhadap Anindita.

Dia tidak mau merusak semuanya. Takut membuat mereka berdua canggung.

"Mahesa, motor lo udah balik nggak?"

Mahesa berbalik. Ada Anindita yang menjaga warung Bu Laila. Ya, Mahesa datang untuk makan. Karena cuma warung itu yang cukup dekat.

"Motor udah balik."

"Wah, jadi bisa pakai lagi nih."

"Hm. Mau gue antar pulang lain kali?"

"Boleh aja sih, kalau nggak keberatan."

"Nggak bakal kok."

Anindita memberikan sepiring nasi kuning dan gorengan, sesuai pesanan Mahesa. Kebetulan lagi mau makan gorengan.

"Neng, bisa bantu Teteh nggak buat masak bakwannya?"

"Iya, Bu. Gue tinggal bentar ya."

Mahesa mengangguk. Dan Anindita ke dapur belakang untuk masak. Mahesa menghentikan makannya. Rasanya jadi tidak lapar.

"Oit, udah datang aja. Si Anin mana?"

Ratih datang dan duduk di kursi dekat Mahesa. Biasa, langganan kalau libur begini. Pagi-pagi buta sudah datang untuk makan.

Maklum, dua anak rantau.

"Tadi sih bantuin Bu Laila buat goreng bakwan. Mau makan juga?"

"Yoi. Lapar."

"Nih, makan aja."

Mahesa memberikan nasi kuningnya pada Ratih. Tapi Ratih menolak. Katanya sudah di makan Mahesa.

"Nggak, itu udah lo makan. Yakali gue makan bekas orang."

"Dih, songong amat."

"Kenapa? Nggak suka?"

Anindita muncul dari dapur. Tapi Mahesa dan Ratih sibuk beradu mulut, entah karena apa itu.

"Ratih."

"Eh, Anin! Mau pesan kayak biasa."

"Oke."

Anindita memberikan nasi kuning juga pada Ratih. Dan sudah kenal dengan pesanannya. Kalau makan nasi kuning kudu banyak tempe dan sambalnya.

"Udah kenyang, Mahesa?"

"Belum."

"Terus kenapa nggak di makan?"

"Makan gorengan dulu, hehe."

Ratih berdehem di dekat mereka. Kejadian uwu semacam ini dia pasti saksikan.

"Udah kayak istri nanya suami aja deh. So sweet."

"Ratih, jangan ngomong gitulah. Kan cuma teman."

Mendengar Mahesa bilang begitu, Anindita mengangguk. Ratih sedikit terkejut. Yakinkah mereka berteman?

"Masa sih? Lengket gini kok bisa nggak saling suka?"

"Ada deh."

"Yeu."

Ratih kembali melanjutkan makan. Kalau begini jadinya, sudah tidak ada harapan untuk Mahesa dekat lagi. Pdkt pun sudah susah.

Anindita itu menganggapnya teman, dan tidak ada rasa sama sekali untuk dia.

"Anin, lo suka sama siapa sekarang?"

Ratih melongo. Mahesa to the point sekali. Apa jangan-jangan mau jujur ke Anindita?

TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang