14 : Kilas Balik 2012 (Lulus)

13 2 0
                                    

Waktu berlalu begitu cepat. Bahkan tak sadar kini kelas 12 sudah lulus. Bahkan sekarang adalah pengumuman kelulusan.

Nama mereka satu per satu pun di sebut. Hingga ada yang menitikkan air mata karena bangga telah lulus.

Dan ada pula yang menangis karena melepas masa SMA yang begitu berharga, dan teman-teman berharga.

"Siswi atas nama Nadindra Binar, di nyatakan telah lulus."

Binar bertepuk tangan dengan bangganya. Namanya yang pertama di sebut di kelas. Dan itu momen langka.

"Silahkan maju ke depan. Ambil ijazahnya."

Saat Binar siap naik ke panggung, kadang dia tebar pesona dengan melambaikan tangan pada orang-orang seperti pada ajang fashion show.

"Dia yang berbuat, gue yang malu."

Anindita dan Ratih menutup wajah mereka saat beberapa pandangan menatap ke arah mereka. Jelas, karena mereka teman akrab. Bahkan Dinara pun jadi korbannya.

"Selanjutnya, siswi atas nama Anindita Winata, di nyatakan telah lulus. Silahkan maju ke depan untuk mengambil ijazah."

Anindita langsung memperbaiki rambutnya. Dan naik ke panggung sekolah. Tapi sesaat dia harus berpose karena adanya kamera.

Setelahnya itu giliran Ratih. Tapi kejadian memalukan sempat terjadi karena dia hampir terjatuh dari tangga panggung.

Ratih menepuk dahinya berkali-kali karena menahan malu. Apalagi ini depan publik, hampir jatuh. Masih beruntung belum jatuh.

Dan setelahnya itu, giliran kelas Mahesa. Tapi, nama Adit dahulu yang di sebut. Lalu Setya, dan Mahesa.

Dan sorakan pun kebanyakan dari kaum wanita. Terutama Mahesa. Dan yang paling keras suaranya ya si Zhena, wanita yang terus memaksa Mahesa pacaran dengannya.

Tapi sejauh ini dia jarang menguntit, gara-gara Dinara.

"Cie, SMA sendirian nih."

Setya mengolok-olok Dinara. Nasib karena tidak sekelas dengan temannya ini, membuat dia harus di tinggal lulus.

"Tunggu aja gue lulus."

"Awas nggak tamat-tamat."

"Berisik."

Adit dan Binar saat ini foto bersama. Mereka menggunakan kamera dari salah satu teman Adit. Bayarannya adalah uang kalau fotonya sudah jadi.

Ratih hanya duduk di kursi. Dia memilih makan.

"Anin. Nilai ijazah lo dapat apa?"

"Dapat A dong."

Anindita menunjukkan nilai ijazahnya yang kebanyakan nilai A+ atau A- itu. Mahesa mengakui jika Anindita itu memang pintar.

"Gue rendah juga ya. Banyakan dapat B."

"B itu sama dengan bagus."

"Terus A?"

"Entah."

"Gue tonjok lo."

Anindita mencubit pinggang Mahesa begitu keras. Siapa yang tidak sebal kalau mau di tonjok orang.

"SAKIT TAU ANJIR!"

"Makanya, jangan suka bikin emosi. Masih pagi lho ini."

"Aduh! So sweet terus deh pasangan depan gue nih!"

Dari jauh, Ratih berteriak mengatakan itu. Dari jauh saja rasanya dia seperti menjadi nyamuk.

"EH! FOTO BARENG YUK!"

TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang