Sesuai jadwal, kini Anindita dan Setya sudah tiba di sekolah. Menunggu teman-teman lainnya datang.
"Anin."
"Apa?"
"Lesu amat. Semangat dong."
"Nggak. Dan lagi, gue males jadi ketua."
"Malah bagus, tau. Gue aja mau jadi ketua."
"Ya, terus kenapa nggak ngajuin diri kemaren?"
"Soalnya orang-orang langsung milih lo. Kalah mutlak deh."
Anindita hanya menghela napas berat. Dia mending jadi anggota daripada ketua. Bisa-bisa suaranya habis karena teriak.
"Yuk, kita ke lapangan. Kak Rena sama kak Adnan udah di sana."
Setya langsung berjalan ke lapangan, menghampiri Rena dan Adnan. Mau tidak mau, Anindita harus ikut. Karena dia ketuanya.
"Oke, sebelum pertandingan nanti di mulai, kalian bakal laporan dulu ke panitia. Tapi, yang bicara harus Anin, ya. Sebagai ketua kelompok."
Mampus, Anindita malas kalau urusan seperti ini. Bisa-bisa gugup duluan dirinya. Apalagi harus melihat perwakilan dari kelas lain.
"Nggak bisa si Setya ya, Kak?"
"Nggak bisalah, Nin. Lo kan ketuanya. Masa gue." timpal Setya lalu mengejeknya.
"Benar, Anin. Harus ketua yang bicara. Setya harus di barisan buat ngatur teman-teman kamu."
"Mampus gue" ucap batin Anindita.
"Kita tunggu yang lainnya. Kalau ada yang datang, langsung suruh ke lapangan."
"Baik, Kak."
Rena dan Adnan langsung pergi. Mereka ingin menghampiri panitia untuk membahas beberapa hal soal pertandingan.
"Mana sih yang lain. Udah mau masuk coba."
Setya mondar-mandir di depan kelas. Sudah ada teman mereka yang datang. Tapi belum semua. Padahal pertandingan akan di mulai.
"Langsung baris aja, Set. Kalau nunggu gini bakal lama. Kelas lain udah pada baris."
"Dasar teman sekelas, baru juga hari pertama udah telat gini."
"Setidaknya lo khawatir sama mereka pas MOS aja."
Anindita langsung memandu teman-temannya agar berbaris. Setya mencari teman sekelasnya. Susahnya lagi karena dia belum kenal nama dan wajah.
"Udah lengkap, belom?"
"Anggap lengkap aja, Nin."
Sebelum memulai pertandingan, ada pidato dari Rena dan Adnan sebagai ketua OSIS dan wakil ketua OSIS. Dan hari ini, full siswa, tidak ada guru.
Dan saat tiba waktunya melapor, Anindita langsung maju ke depan, menyusul ketua kelompok kelas lain.
"Lapor, saya xxxx, sebagai ketua dari kelas X.I, menyatakan akan ikut pertandingan."
Terus menerus hingga tiba giliran Anindita.
"Lapor.. saya Anindita Winata, sebagai ketua dari kelas X.IV, menyatakan akan ikut pertandingan."
Anindita bernapas lega karena dia berhasil lolos dari laporan. Tapi ada satu hal yang menarik perhatiannya.
Pandangannya tertuju pada satu cowok yang sepertinya adalah ketua dari kelas paling akhir.
"Itu... dia?"
"Masa sih?" batin Anindita terus mengatakan seolah-olah dia mengenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temu
Genç Kurgubxg Jaehyuk x Yuri [with local name] [End] Anindita tidak pernah menyadarinya. Dan itu membuatnya terlambat. © neozonesure