9 : Kilas Balik 2010 (Terima Kasih)

9 2 0
                                    

Berbulan-bulan kini berlalu. Anindita mulai terbiasa dengan tingkah Mahesa. Dan ada pula kabar baik.

Kini, Binar sudah bisa bersosialisasi dengan teman sekelasnya. Dulunya dia di anggap ketus. Namun nyatanya, Binar ini orangnya cerewet dan ramah.

"Anin, Mahesa nyariin lo tuh."

Binar menunjuk ke arah pintu depan kelas. Ada Mahesa yang melambaikan tangan padanya. Sudah jadi kegiatan rutin bagi Mahesa buat ke kelas Anindita.

"Pagi, Anin. Gue mau ngasih ini."

Mahesa menyerahkan sebuah surat dan kado kecil.

"Buat apa?"

"Gue lupa kalau kemarin lo ulang tahun. Ini sih nggak seberapa ya, tapi setidaknya bisa jadi hadiah lah."

"Sok baik aja dah lo mah."

"Kan emang baik. Gue cabut ya, di cariin sama Adit."

"Titip salam si Binar buat Adit."

Binar yang pendengarannya tajam langsung meninju bahu Anindita. Dan Mahesa pun melangkah pergi.

"Di kasi apa tuh? Cincin nikah?"

"Bukan. Nggak tau ini apa. Katanya kado ulang tahun."

"Oh, benar juga. Kan lo kemarin ulang tahun. Dianya lupa."

"Kejam ya, dia lupa.."

Binar yang mendengar lirih suara Anindita yang seperti itu hanya terkekeh kecil.

"Mungkin dia lupa karena ada urusan. Mahesa kan sekarang kerja di bengkel bokapnya Setya. Ya, pasti sibuk terus tuh."

"Hah? Dia kerja bengkel?"

"Iya. Dia nggak ngasih tau? Ya, mungkin sih. Gue juga taunya dari si Setya."

Anindita menggaruk lehernya. Ternyata Mahesa yang belakangan ini sibuk setelah pulang sekolah ada di bengkel.

"Ulululu, kepikiran ya?"

"Kepikiran apaan?"

"Kepikiran sama si Mahesa lah. Khawatir si dia kecapekan?"

"Mana ada. Gue cuma kaget, ada juga yang mau nerima dia kerja."

"Ngeles."

"Gue ngomong fakta."

###

"Mahesa. Mau ke mana?"

Anindita menghampiri Mahesa yang terlihat buru-buru pergi.

"Mau pergi dulu ya, Nin. Ada urusan."

"Urusan apa? Penting banget?"

"Banget lah, Nin. Maaf ya, nggak bisa anterin lo dulu. Pulangnya ama Binar aja, naik angkot."

Mahesa menancapkan gas motornya lalu pergi dari hadapan Anindita. Ya, harusnya Anindita tahu kalau dia sibuk untuk kerjanya.

Dia teringat saat sebelum Mahesa sesibuk ini. Dulu dia sering menyempatkan diri untuk mengantarnya pulang sekolah. Bahkan kadang mengajaknya ke warung.

Dan sekarang berbeda. Dia hanya bisa menemaninya di sekolah. Di luar sekolah pun sudah tidak seperti dulu.

"Anin! Pulang yuk. Kita naek angkot!"

Binar langsung menarik Anindita untuk ikut dengannya. Ya, lebih baik sama Binar saja.

"Bang, depan warung Bu Mawar ya! Mau jajan dulu."

"Oke, Neng."

Anindita hanya mengikuti kemauan Binar untuk mengajaknya makan di warung. Tapi tiap ingat warung pun, dia ingat Mahesa.

TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang