8 : Kilas Balik 2011 (Adik Kelas)

11 2 0
                                    

"Anin, liat deh tuh siswi. Sombong banget nggak sih."

Binar menunjuk dengan dagunya ke arah seorang siswi yang tengah berjalan. Banyak pria-pria mengikutinya.

Dia termasuk salah satu murid kelas 10 yang famous akan kecantikannya. Tapi di mata Binar, dia termasuk siswi yang lancang.

Lancang karena sudah menaikkan nada suaranya saat pengenalan ekskul voli saat MOS mereka dulu. Karenanya itu, dia menyimpan dendam.

"Biasa aja sih. Cowok-cowok di belakangnya aja tuh yang bikin rese. Halangin jalan aja."

"Tapi siapa yang bikin mereka ngalangin jalan? Tuh cewek kan. Kesel gue, ingat-ingat waktu itu sok tau soal voli."

"Itu udah lama banget, Bin. Udah sebulan yang lalu, lho."

"Dendam gue mau gue balas deh, Nin. Lancang banget ngomong di depan kakak kelas. Nggak sopan amat."

"Kekanak-kanakan malah kalau orang liat tingkah lo kayak gitu, Bin. Nanti di kira alay."

"Oh, lo belain tuh cewek caper di bandingkan teman lo sendiri? Wah, nggak benar lo, Nin."

Binar langsung melangkah pergi dari samping Anindita. Ingin mengejar pun percuma. Malah makin buruk yang ada.

"Lho lho. Binar ngapain, anjir."

Saat dia melihat sosok Binar yang berjalan pergi, dia tampak terus menatap wanita yang dia benci itu. Bahkan mulai berjalan ke arahnya.

"WOI, BINAR! JANGAN MACAM-MACAM LO SAMA ANAK ORANG!"

Terfokus pada Binar, kini dia menghampiri wanita yang selama ini dia ingin lampiaskan dendamnya.

"Lo, ikut gue."

Di tariknya tangan wanita itu tanpa izinnya sekali pun. Dia sudah menyimpan rasa kesalnya dan perlu dia keluarkan semuanya.

"Apa, si senior?"

"Masih lancang lo ya, sama gue."

"Gue nggak ngapa-ngapain tuh."

"Nggak ngapa-ngapain lo bilang?"

Tiba-tiba Binar menarik rambut wanita itu. Ingin menjambaknya hingga rambutnya rontok.

"ADUH ADUH! LEPASIN NGGAK!"

"Lo nggak usah ya, sok jago depan gue. Sok cantik depan anak-anak lain. Sok caper sok perhatian dengan orang!"

"APAAN SIH! IH!"

Giliran wanita itu menarik rambut Binar pula. Dan akhirnya, mereka mulai menjambak rambut satu sama lain. Dan jadi pertontonan orang-orang yang lewat.

"LEPASIN NGGAK LO?!"

"LO DULUAN YANG LEPASIN, ANJ*NG!"

"LO DULUAN YANG JAMBAK RAMBUT GUE YA!"

"LO DULUAN YANG BIKIN GUE KESAL PAS MOS!"

Orang-orang yang ada pun tidak ingin terus membiarkan pertengkaran mereka berlanjut. Langsung mereka lerai.

"BINAR! LO NGAPAIN ANJIR?!"

Saat Anindita tiba, dia sudah melihat Binar dengan rambutnya yang acak-acakan setelah habis menjambak rambut seseorang.

"TEMEN LO DULUAN YANG JAMBAK RAMBUT GUE!"

"LO DULUAN YANG NGESELIN! SOK JAGO SOK CANTIK CAPER ALAY!"

"DASAR KAKEL SOK BENER SOK TAU SOK KEREN!"

"BELAIN GUE DONG, ANIN! JANGAN DIAM AJA NAPA!"

Anindita pusing dengan mereka berdua. Tapi tak berselang lama, guru kini datang di saat panas-panasnya.

TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang