4 : Kilas Balik 2009 (Sekilas)

14 1 0
                                    

"Sebelum menutup pertemuan hari ini, semuanya silahkan langsung pulang, ya. Jangan keluyuran ke sembarang tempat. Sekarang lagi rawan penculikan anak."

"Baik, Pak!"

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Semuanya berhamburan keluar dari kelas untuk pulang ke rumah. Ada yang di jemput, ada pula yang pulang sendiri dengan berjalan kaki. Sisanya, menunggu angkot berlalu lalang di dekat sekolah.

"Papa nggak bisa jemput ini hari. Terpaksa naik angkot lagi."

Dia berdiri di pinggir jalan dekat sekolah, menunggu ada angkot yang lewat. Di karenakan ayahnya yang terpaksa pergi kerja melaut, dia akhirnya pulang naik angkot.

Namun sayangnya, angkot belum kunjung datang sama sekali. Padahal panas mentari sudah begitu terik.

"Panas banget yaelah. Nggak ada tempat teduh lagi."

Dia menatap seseorang di sampingnya. Jarak mereka tidak begitu jauh. Tapi, orang yang dia lihat ini terlihat menyeramkan. Layaknya preman di jalanan.

"YA ALLAH, ADA PREMAN ADA PREMAN!!!!!" teriaknya dalam hati. Tapi melihat tampilannya, dia seperti anak sekolah macam dirinya. Tapi kenapa fashion-nya seperti preman yang ingin menculik orang?

Dan tanpa di  sadari, orang yang sedari tadi dia tatap itu turut menatapnya. Dia menatapnya dengan tatapan ketakutan.

"Kenapa liat-liat?" tanya orang itu. Dia menggeleng.

"Nggak. Jangan culik gue."

Suara tawa dari orang itu terdengar begitu keras. Lalu menatapnya.

"Nggak kok. Gue bukan preman yang nyulik orang."

"Tapi gaya lo mirip preman tau nggak."

"Masa sih? Ini tuh fashion."

"Fashion apaan, bikin anak orang takut aja. Mana gue rada jijik liatnya. Model apaan coba."

Angkot berhenti di depannya. Segera dia naik, meninggalkan orang yang bergaya seperti preman aneh itu. Daripada dia betul-betul di culik setelah mengatakan hal semacam tadi.

Tapi, remaja cowok itu malah termenung. Berpikirnya dia sejenak setelah mendengar cewek tadi mengomentari fashion-nya. Apa terlalu menakutkan dan aneh? Jijik juga?

"Lho lho, angkotnya! Bang! Gue ketinggalan!!!"

"BANG!!!!" teriaknya dari kejauhan. Tapi angkot itu sudah hilang dari pandangannya.

Gara-gara cewek tadi. Dia jadi berpikir terlalu lama. Tapi ada benarnya juga. Kalau di pikir-pikir, pakaiannya sedikit aneh. Mirip preman yang mau malakin orang di pos ronda.

Dan ini semua gara-gara temannya. Gara-gara dia di ajak buat berpakaian seperti orang keren, justru malah di kiranya preman.

"Tau gini mending gue jadi baik-baik."

"Cewek tadi sampai ketakutan. Kan kasian. Dia pasti risih."

"Oke, gue harus ubah penampilan dulu. Masa bodoh anak lain bahas model pakaian. Yang penting nggak mirip preman kata si cewek."

Karena tertinggal angkot, akhirnya berjalan kaki adalah jalan alternatifnya. Walau jaraknya begitu jauh, tapi dia sudah tertinggal angkot yang mungkin lewatnya akan memakan waktu yang lama.

Begitu tiba di rumah, cewek ini masuk ke kamarnya.

"Anin. Kamu kenapa?" tanya sang ibu padanya.

"Ini lho, Mah. Tadi aku nggak sengaja liat cowok. Pakaiannya aneh banget. Mirip preman gitu."

"Terus kamu gapapa? Nggak ada yang luka?"

"Nggak kok. Cuma aku bilangin dia kalau pakaiannya aneh."

"Ih, kamu tuh. Jangan sembarang ngomong, lho. Nanti kamu di tandai terus di culik gimana?"

"Tenang, Mah. Anin bisa mukul kok. Ajarannya Papa nih."

Dengan bangganya dia mengatakan itu pada ibunya. Tapi apa boleh buat. Setidaknya anaknya ini jago berantem. Betapa pentingnya di ajarkan untuk melawan orang jahat.

"Om, gayaku mirip preman kah?"

"Banget. Tapi keren."

"Tapi tadi ada cewek yang bilangnya ini model apaan. Jijik katanya. Nakutin juga." ucap cowok itu sambil menunjukkan model pakaiannya pada paman.

"Ya, memang nakutin sih. Lagian kamu pakai beginian di suruh siapa?"

"Teman."

"Nah, goblok. Kamu malah ngikut-ngikut. Pergaulan anak sini jelek juga. SMA nanti kamu ke Sukabumi aja."

"Lah, emang keluarga Om di Sukabumi ada?"

"Belajar mandiri. Om waktu seumuran kamu udah merantau ke Palembang buat sekolah."

Ya, berakhir pamannya ini bercerita kisah hidup yang menurutnya seperti adu nasib. Tapi, jika pamannya berkata demikian soal bajunya, berarti memang dia ini mengerikan.

Semua gara-gara temannya ini.

"Udah. Kamu mandi sana. Besok kamu jangan kayak preman gitu. Cukup Om yang jadi preman kampungan di Jogja."

"Pantes sih mama suruh pindah ke Bandung.." ucapnya pelan agar pamannya itu tidak mendengarnya. Punya paman mantan preman betulan memang begini. Tapi apa yang di katakan pamannya itu benar.

Dia goblok karena mau mengikuti ajakan temannya untuk berpakaian aneh seperti ini. Dan dia harus jadi anak baik-baik. Demi masa depan cerah terang benderang seperti sinar matahari di siang hari.

TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang