5 : Kilas Balik 2009 (Kedua Kalinya)

6 1 0
                                    

Dia menunggu cewek yang seminggu lalu itu untuk menemuinya. Di waktu pulang sekolah ini, dia berharap bisa menemuinya.

Tapi kali ini dengan pakaian yang baik-baik dan akhlak yang sudah baik pula. Sampai-sampai membuat temannya kurang percaya jika dirinya berubah drastis. Namun yang di tunggu pun tak kunjung datang untuk beberapa saat.

"Nah, itu dia."

Dia berjalan mendekat saat ada cewek yang tengah berdiri. Sayangnya, dia menunduk dan tidak menunjukkan wajahnya.

"Panas juga, ya. Sampai sekarang." ucapnya agar membuat si cewek itu menoleh padanya. Perlahan, wajahnya mengangkat dan benar, dia menatapnya kini.

"Hai. Ini gue si preman."

"Oh, hai. Udah ganti tampilan aja."

"Hehe, biar nggak di kira preman lagi."

Cewek itu tersenyum padanya. Manis sekali katanya. Setidaknya, dia di pandang baik-baik akhirnya oleh cewek itu.

"Bentar, matamu agak bengkak, ya."

Mata si cewek itu lumayan bengkak. Membuatnya jadi salah fokus. Entah ada apa, cewek itu hanya diam dan tidak ingin mengucapkan sepatah kata pun.

"Angkotnya udah datang tuh."

Dia masuk lebih dulu sebelum di susul wanita yang kini duduk di kursi sebelah. Sedari tadi dia hanya menunduk dan tidak berniat berbicara.

"Lo oke?"

"Iya. Keren juga ya lo. Berubah penampilan."

"Iya kan. Abis lo bilang hari itu gue agak nyadar, emang aneh sih. Om gue aja sampe bilang mirip preman. Bego juga sih gue dengerin kata-kata teman gue."

"Teman?"

"Asal usul gue berpenampilan gitu kan karena teman. Jadi anak nakal gara-gara teman. Belakangan ini udah nggak bareng mereka lagi. Di jauhin gara-gara berubah."

"Bagus kok itu. Nggak usah di temenin."

"Iya. Sampai-sampai, gue di kira nyasar, lho. Di kiranya gue anak dari SMP lain."

Cewek itu tertawa mendengarnya. Dia juga ikut tertawa. Tapi sayang sekali dia harus melihat cewek itu pergi setelah memilih turun dari angkot, karena tujuannya telah sampai. Dia hanya bisa melambaikan tangan padanya.

Dan setelah itu, hingga kelulusan SMP tiba, dia benar-benar tidak bisa menemui cewek itu lagi. Anggap saja, pertemuan mereka di hari dia berubah itu adalah pertemuan terakhirnya.

Dan perbincangan mereka di angkot itupun, mungkin jadi perbincangan terakhirnya pula dengannya.

"Gapapa. Apa salahnya menunggunya."

"Siapa tau nanti ketemu lagi."

"Kalau Tuhan mengizinkan, mau ketemu dia lagi. Masih mau berterima kasih."

TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang