16 : Ratih Kembali

20 2 0
                                    

Pagi telah tiba. Anindita dan Binar bergegas menuju ke toko kue. Mengambil pesanan yang telah di pesannya. Dan setelahnya, Anindita singgah di warung seblak.

"Ratih udah berangkat, kan?"

"Udah. Mungkin tibanya malam nanti. Jadi, kuenya mau gue simpan di kulkas dulu. Biar krenyes krenyes coklatnya."

"Sakit gigi yang ada."

"Tapi enak lho, kalau dingin."

"Gue bilang sakit gigi nanti."

"Tapi-"

Anindita menatap tajam bola mata Binar.

"Gue bilang, giginya nanti SAKIT lagi."

Binar hanya nyengir dan meminta maaf. Kalau begini, dia jadi takut pada Anindita.

Dan kini Anindita ada di rumah Binar. Sengaja singgah daripada harus pulang lagi. Dinara pun akan datang.

Binar kini ada di sofa dan menonton TV. Menonton berita terkini tentang artis Indonesia.

"Oh ya, Bin. Lo nggak ke Bandung lagi nggak?"

"Kalau nggak di panggil ya nggak balik lah. Kenapa?"

"Nggak apa-apa. Insting gue juga cuma bilang lo di sini dulu."

"Wadaw, pake insting segala. Dukun lo?"

"Cuma pengen ngasih tau aja. Btw, seblaknya?"

"Seblak apaan?"

"Tadi. Yang lo beli. Gue mau juga."

Anindita tersenyum tanpa rasa bersalah. Di tunjukkannya kotak seblak yang telah kosong, habis di lahap Anindita.

"Anjir.."

"Siapa suruh sih, nggak bilang kalau mau juga."

"AH, LO MAH! NGGAK PEKAAN BANGET!"

Anindita tertawa lepas melihat Binar. Dan tak lama, ada yang ikut nimbrung bersama mereka berdua.

"Nah, datang juga lo, Din."

Dinara langsung masuk dan duduk di sofa. Di lihatnya Dinara yang sepertinya sedikit menampakkan wajah yang kurang bersahabat.

"Kenapa, Din? Ada masalah?" tanya Anindita, dan di balas dengan anggukan kepala.

"Ada kak! Masa mantan gue tadi. Gue nggak sengaja ketemu, dia ngajakin balikan. Kayak, anj*ng, dia yang mutusin kok minta balik sih."

Binar suka kalau topik seperti ini. Segera Binar mendekat untuk mendengarkan lebih jelas.

"Jadi jadi, lo tolak?"

"Ya iyalah. Ya kali gue mau sama buaya gituan. Keliatan banget dekatnya kalau ada maunya. Nggak dulu deh."

"Untung lo putus sih, Din."

Dinara mengangguk mendengar apa yang di katakan Anindita. Nyatanya, cinta tak selamanya indah.

Apalagi kalau dapat cowok yang baik di luar, jelek di dalam.

"Mending cari yang baru aja. Kayak si Adit."

Dinara menepuk pundak Binar kencang. Yang di pukul malah memukul paha Dinara.

"LO NGAPAIN MUKULIN GUE, HAH?!"

"SITU NGAPAIN BAHAS KAK ADIT! NGGAK NYAMBUNG TAU NGGAK!"

"YA, TAPI NGGAK USAH MUKULIN GUE SEGALA!"

"UDAH TAU GUE KALAU BADMOOD SUKA MUKULIN ORANG, MALAH BIKIN EMOSI!"

Anindita menonton mereka berdua bertengkar. Mau bagaimanapun juga dia lerai pun nantinya malah ikut terseret. Membuang energi saja.

"Hush! Diam lo berdua."

TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang