17 : Lama

16 2 0
                                    

Anindita tengah bersiap-siap. Ratih mengajaknya untuk shopping bersama Binar dan Dinara. Sengaja untuk persiapan saat pernikahannya nanti.

Dan setelah selesai, kini Dinara sudah ada di depan rumahnya. Ada Binar dan Ratih yang tengah mengobrol pula.

"Nggak telat kan gue?"

"Nggak kok, kak. Baru tiba juga."

Saat tiba di toko butik, Binar langsung melihat-lihat baju yang bagus untuk di kenakan.

"Ini nggak terlalu cepat kak, buat pesan?"

"Sengaja. Takut kelupaan nanti. Gue kan belum urus yang lain."

"Hm, benar juga sih."

Beda lagi dengan Anindita dan Binar yang sibuk bertanya-tanya soal baju dan harga. Dinara hanya ada bersama Ratih untuk melihat kedua wanita itu.

"Mau couplean nggak?"

"Terserah aja kak. Yang penting jadi beli."

Lalu, Binar menunjukkan sebuah baju kebaya pada Dinara.

"Ini aja, gimana?"

"Nah. Ini boleh juga."

Ratih mengambil kebaya itu untuk membayarnya. Dan beruntungnya, masih ada 3 pasang untuk baju itu. Sangat pas untuk mereka bertiga.

"Bentar ya, gue bayar dulu."

"Makasih Neng Ratih tercinta~"

Ratih hanya tersenyum lalu ke kasir untuk membayar.

"Ratih udah cantik, baik, murah senyum lagi. Beruntung banget yang jadi suaminya."

"Benar, Nin. Nggak kebayang seharmonis apa keluarga dia."

"Nggak sabar punya ponakan, kak."

Binar menatap Dinara dengan tatapan tajam. Anindita yang melihatnya ikut heran.

"Nggak santai amat lo natapnya, kak."

"Gue nungguin giliran lo nikah."

"Stop deh, ya kali."

"Random amat lo, Bin."

"Tau tuh, kak."

Ratih tiba-tiba ikut muncul di antara mereka bertiga. Tapi bukannya pulang, Binar meminta Dinara mengajaknya ke rumahnya.

"Sebelum lo siap-siap buat ngurusin pernikahan, hari ini full day buat kita girls time. Ntar kalau udah nikah bakal ngurus suami mulu."

"Idih, sa ae lo."

"Emang kenyataannya begitu, Ra. Beneran deh."

"Alay lo, Bin. Ayo cepetan, gue kebelet pipis."

Setelah masuk, Anindita ke kamar mandi untuk buang air. Dan Binar menyediakan makanan ringan di mejanya.

"Tapi kak, awal mula ketemu sama calonnya, gimana nih?"

"Teman kok itu. Kita juga saling suka dari lama. Makanya dia langsung ngajak nikah."

"Jadi penasaran sama calon lo, Ra. Sumpah."

"Haha, santai. Ntar kalian liat sendiri."

Anindita yang baru keluar dari kamar mandi tiba-tiba mendapat pesan dari Mahesa. Rasanya sudah lama sejak dia melihat Mahesa mengirimkan pesan.

Mahesa

Hai
Ada waktu senggang nggak?

Untuk sekarang nggak ada nih
Lagi bareng Ratih ma kawan-kawan

TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang