Binar ada di belakang sekolah. Di waktu istirahat begini dia sering ada di sana ketika Anindita sibuk berkeliaran dengan Mahesa.
Tapi kini, dia akan mengajak semua kawan-kawannya itu untuk ikut ke belakang. Dan mereka akan suka, katanya.
"Teman-teman! Liat nih, tempat rahasia gue."
Di bukanya pintu besi berkarat itu. Dan terpampang jalan luas dengan sawah-sawah luas di sana. Belakang sekolah memang berdampingan dengan sawah.
"Astaga, Bin. Lo maen ke sawah? Dapat ular sawah, nggak?" tanya Anindita, membuat Binar cemberut.
"Nggak gitu, tau. Gue mana mau ke sawah. Takut ketemu ular sawah beneran!"
Adit dan Setya langsung keluar dari sekolah. Kalau begini, ada jalan alternatif untuk bolos dari sekolah.
"Mahesa! Sini! Gue nemu telur bebek!"
Mahesa langsung berlari menghampiri Adit dan Setya. Mereka masuk ke sawah itu.
"Lho, kak. Itu gapapa masuk ke sawahnya?"
"Tenang aja, Din. Itu sawah nggak ada yang jagain kok sekarang. Nanti siang baru ada."
Anindita muncul kembali setelah pergi ke kantin. Dengan membawa kantong plastik hitam besar.
"Lho, kak Anin. Plastik besar gini mau di apain?" tanya Dinara menunjuk ke arah plastik di tangan Anindita.
"Hehe, tuh trio sawah kan nemu telur bebek ya. Sayang-sayang kalau nggak di ambil."
"Wah, benar juga, Nin. Bentar gue teriakin mereka."
Binar lalu menuju ke arah sawah. Tapi hanya di pinggirnya. Dia tidak berani untuk masuk.
"ADIT! SETYA! MAHESA! KALAU KALIAN NEMUIN TELUR BEBEK, BAWA KE SINI YA! ANIN BAWA PLASTIK!"
"OKE!" jawab mereka bertiga serentak. Mereka mulai masuk ke sawah lebih jauh. Dinara dan Anindita hanya duduk di pinggir jalan menunggu mereka.
Dan Binar pergi entah kemana. Tapi sepertinya pergi ke sebuah bukit yang tak jauh dari sekolah, untuk mengambil buah.
"Kak, emang beneran ya, kalau jam segini suka ada ular sawah?"
"Nggak tau sih, Din. Gue jarang ke sawah. Dulu sih pernah waktu kecil. Tapi nggak pernah nemu."
"Takut gue kak. Tiba-tiba muncul ularnya. Besar lagi. Hih."
"Tenang, selagi ada mereka bertiga, pasti aman kitanya."
Mereka kembali menatap para pria yang membawa plastik pemberian Anindita. Mereka ambil dan meletakkan telurnya.
"WOI WOI WOI! KABUR KABUR KABUR!"
"EH GUE NGINJAK SESUATU!"
Adit sepertinya menginjak sesuatu yang lunak dan besar. Namun saat dia lihat ke bawah,
"AN- AN- AN- AN- AAAAANJ******NG ULAR SAWAH!"
Seketika Adit melompati ular sawah yang dia injak itu. Setya berlari ke arah lain. Namun kakinya terpeleset hingga masuk ke kolam lumpur.
"WOI! TOLONGIN GUE!"
"MAHESA! TOLONG!"
"ADIT!"
Mahesa dan Adit menuju ke tempat Setya. Bajunya sudah di penuhi lumpur kotor. Di tariknya tangan Setya.
"ULAR SAWAHNYA KE SINI!"
"ANJ*NG! GUE INJAK APA LAGI!"
"MAHESA! ULAR AIR!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Temu
Teen Fictionbxg Jaehyuk x Yuri [with local name] [End] Anindita tidak pernah menyadarinya. Dan itu membuatnya terlambat. © neozonesure