7. Siomay dan Impian

4.6K 525 19
                                    

Setelah MPLS berakhir, beberapa hari sudah para murid baru SMA 27 menjalani kewajibannya sebagai siswa kelas 10.

Selesainya MPLS tak pula selesainya semangat juang Lian mengejar Narasi.

Bahkan jarak membentang ia lalui, membuat Ariq dan Hansel mengelus dada melihatnya. Jarak antara gedung kelas 10 dan kelas 12 jelas sudah jauh, ditambah lagi antara gedung IPA dan IPS. Berkali-kali lipat jauhnya.

Namun tetap saja, setiap hari sejak ia bersekolah di sini, Lian menyempatkan diri untuk sekedar melewati kelas 12 IPA 2. Benar-benar hanya lewat, sedikit melirik dan mengintip hingga menemukan Narasi yang sudah akan turun menuju kantin, lalu kemudian berlalu.

Hari kesatu dan kedua, Lian masih ditemani oleh Ariq dan Hansel. Namun selanjutnya, jelas. Kedua temannya itu ogah kalau harus mengikuti tingkah bucin anak itu.

Padahal Narasi juga akan ke kantin nantinya, namun tetap saja Lian akan melakukan hal yang lebih sulit daripada hal yang mudah.

Sama halnya dengan hari ini, Ariq dan Hansel yang baru saja duduk membawa makanan yang mereka pesan lantas menoleh ketika pundak keduanya ditepuk bersamaan.

"Manaaa punya gua?" Tagih Lian. Ia seperti biasa baru selesai dari kegiatan rutinnya.

"Beloman jadi, sono tinggal ambil, bilang aja yang siomay jeruknya banyak gitu." Jawab Ariq.

Mengiyakan, lantas Lian menuju penjual siomay dan menunggui pesanannya. Baru sedang bersenandung pelan, ia dikagetkan dengan keberadaan Narasi yang tak jauh darinya.

Si cantik itu terlihat bingung bersama teman-temannya, kemudian melangkah yakin menuju stan siomay, membuat Lian kegirangan dalam diam.

Sekarang posisinya Lian tepat berada di sebelah Narasi, tentunya dengan ia yang memaksa menyingkirkan seseorang di sampingnya sebelum ini. Bahu keduanya menempel samar, namun sukses membuat Lian berdebar hingga pening.

Tawa gemas meluncur pelan darinya, melihat Narasi yang terlihat begitu kecil di sebelahnya. Karena memang si cantik itu lebih pendek, sekitar bawah telinganya.

"Siomay satu ya, Bu. Nggak pake tahu,"

Lian diam-diam mencatatnya dengan baik di kepala, bahkan sudah berniat membuat daftar khusus untuk informasi tentang Narasi. Ingatkan dia.

"Iya, den. Eh mas, ini ya siomay komplit yang jeruknya banyak."

Lian pun segera menerima piring berisi siomay yang diberikan padanya, walau diam-diam menggerutu dalam hati kenapa pesanannya sudah jadi. Membuat ia tak memiliki alasan lagi di sana dan tidak bisa dekat-dekat dengan Narasi.

Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, meringis canggung.

"Kak Narasi, duluan ya."

Narasi yang disebut menoleh gesit, ia terlihat baru sadar dengan kehadiran sosok adik kelas yang dikenal— bahkan masih diingat baik-baik sosoknya. Ia kemudian mengangguk walau entah kenapa, terlihat kaku.

"Oh, iya.."

Lian pun berjalan menjauh dari sana, lalu mempercepat langkah menuju mejanya dengan Ariq dan Hansel.

"Hoii, tebak siapa yang abis sebelahan wuakakak." Hebohnya.

Kedua sahabatnya tetap makan dengan tenang, malas menanggapi. "Siapa ya.... Au."

"Guaaa sama Kak Narasi!! Jiakhh cocok gak, cocok gak?"

"Cocok apanya?"

"Cocok bersanding di pelaminan nanti, eaaaakk."

Lian terheboh sendiri dengan perkataannya, sedangkan kedua temannya hanya saling menatap aneh dan melanjutkan makan tanpa mau repot-repot meladeni pemuda yang sedang dilanda asmara tersebut.

Lalala Love You | NOMIN ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang