16. Persami #2

2.6K 405 7
                                    

Hari kedua persami, kegiatan yang akan dilakukan seharian ini adalah pencarian jejak. Masing-masing regu diberi peta dan akan melalui jalur yang berbeda, serta perhentian yang berbeda pula.

Mereka melewati jalan-jalan setapak dan tentunya pemukiman warga. Di perjalanan pula mereka ditugaskan menggambar tempat yang diperintahkan, seperti regu Lian yang mendapat tugas menggambar pohon beringin di samping makam, sumur di ladang milik Pak Dambo, dan taman paling depan milik puskesmas desa.

"Gua kagak berani ngapa-ngapain anjrittt,"

Itu suara Hansel yang bergidik ngeri, regu Lian baru saja menyelesaikan tugas menggambar pohon beringin yang terletak di samping makam. Mereka bahkan terdiam dan tak ada yang berdua selama hampir 20 menit hingga gambar selesai dibuat, karena suasana makam yang entah mengapa sepi dan terlihat mencekam.

"Gua liat Sasha diem ya juga diem lah, dia bisa liat ituan anjirrr."

"Eh serius Sha?"

"Iya. Untung kalian nggak berisik tadi, soalnya gue aja takut..."

"Anjir anjir ini udah jauh kan? Sumpah gua mau cerita tadi pas gambar beringinnya tuh kan ada ayunan tuh ya, sumpah gatau kenapa gua tuh kayak didorong buat gambar orang lagi duduk di ayunannya gitu loh padahal kan gaada yang duduk, ya. Kayak gua ga mau gambar itu tapi kegambar sendiri gitu, SUMPAH! Makanya gua banyak ngehapus tadi!"

"Eh anjir gila lu ya, jangan gitu dong!"

"Serius anjirrr demi dah takut banget,"

"Anjrit siang bolong gini padahal,"

"Ya namanya yang kayak gitu tuh ada tiap saat sih, nggak cuma pas malem aja...."

"Udah udah ah, merinding juga gua. Ayok lanjut aja," ajak Lian.

Mereka kembali menyusuri jalan-jalan desa sambil terus memperhatikan isi peta.

"Eh, empang!"

Kemudian terdengar suara teriakan heboh dari Ariq yang tubuhnya dikunci oleh Hansel, lalu didorong-dorong hendak diceburkan ke empang.

"HAAAA WOY TOLONGIN HANSEL GILA!"

"HIYA HIYA HIYAAA! NYEBUR GA NYEBUR GA???"

"Eh lelenya banyak anyinggg, yok dah mancing."

"Eh iya bener juga, enak kan tuh dibakar."

"Lele emang bisa dipancing?"

"Gatau, bisa kali."

"Bisa kok, bisa dipancing emosinya."

Lian memijat keningnya pening, tak menyangka tugas sebagai ketua regu yang memimpin anak-anak liar ini sungguh melelahkan. Ia pun terpaksa menyeret mereka dan melanjutkan perjalanan yang masih jauh.

"Eh liat dah, jambu!"

"Anjaaaay banyak banget mana merah-merah, panjat Sel!"

"Kok gua? Itu noh si Ariq, juara satu dia kalo nyolong buah mah."

"Eh bener-bener lu pada ya, udah dibilangin kagak boleh nyuri-nyuri buah warga!" Peringat Lian.

"Ahelah pelit amat,"

Namun tak menyerah sampai sana, wajah Hansel berubah cerah ketika ada bapak-bapak yang baru keluar dari rumah di depan mereka.

"Eh, permisi bapak! Hehe, mau nanya ini pohon jambunya punya bapak, bukan? Boleh minta nggak pak?"

"Oooh kalian yang lagi kemah di lapangan situ, ya? Sok sok, ambil aja tuh mumpung lagi berbuah."

"ASIKKKKK!!"

Lalala Love You | NOMIN ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang