14. Kandidat

3.1K 395 10
                                    

"Langkahnya lebih tegas lagi! Jangan ragu-ragu!"

"Pandangan lurus ke depan! Nggak usah lirik-lirik ke bawah! Ada uang jatuh emangnya?!"

"Tangannya yang lurus, jangan malas!"

"Berhenti, grak!"

Latihan rutin ekskul Passus sudah berjalan, sudah hadir pula pelatih yang bernama Pak Santoso, yang lebih sering dipanggil Pak San.

"Gini. Memang benar seluruh barisan harus kompak langkahnya, tapi tadi langkah kalian terburu-buru dan terlalu memperlihatkan kalau kalian saling mengejar satu sama lain. Jadi tolong jangan begitu, ya. Langkahnya biasa saja jangan cepat-cepat, tapi tetap sesuaikan kanan kiri."

"Baik pak!"

"Ya sudah kalau begitu, kalian istirahat dulu. Giliran paskibra latihan. Oh ya, ini anak-anak kelas 10 sudah didata siapa saja yang berminat ikut Paskibraka?"

"Sudah, pak." Jawaban datang dari Narasi.

"Nanti saya lihat ya. Sekarang yang paskibraka buat Agustusan saja dulu, ayo ayo!"

Beberapa anggota Passus dari kelas 11 dan 12 yang tergabung pun segera menempatkan diri. Lian bisa lihat ada pula Narasi disana, sebagai komando pasukan pembawa bendera. Ia jadi begitu anteng memandangi Narasi dengan kepala bertumpu.

"Eh, istirahatnya sampe 5 menit lagi aja ya. Abis itu latihan sama kakak," itu ujaran dari si ketua Passus, lalu diangguki semua yang ada di sana.

"Lu kagak ikut paskib, Li?" Tanya Jibran.

"Yeee, lu liat aja, gua hormat juga kurang lurus. Tapi lu ikut, kan?"

"Iya, asal daftar aja lah siapa tau,"

"Heleeeh lu mah jago anjir, mana tinggi lagi lu. Aman laaah,"

"Iya dah, semoga aja."

Lian sedari tadi berbincang dengan Jibran tanpa mengalihkan pandangannya dari anak-anak paskibraka yang sekarang sudah berada di bawah tiang bendera. Pandangnya setia mengamati Narasi yang begitu fokus dan serius, yang di matanya terlihat begitu menggemaskan, entah dari mananya.

"Lu perhatiin amat, bang. Kagak bakal ilang dah," ledekan itu dari Jibran yang ternyata menyadari gerak-gerik Lian.

"Heheh. Takut kabur anaknya,"

"Ya kabur kalo liat lu mah, kayak barongsai."

Lantas Lian meboyor kepala Jibran atas jawabannya barusan.

Priiiiiiiit.

Suara peluit tersebut membuat semuanya berdiri dan segera menata barisan. Dan latihan kembali dimulai dengan dipandu oleh senior Passus.

Lian sedikit merutuk ketika seorang kakak tingkat mengamati pergerakannya dengan tatapan tak suka.

"Kamu! Iya, kamu. Sini!"

Lian kebingungan ketika dirinya yang dipanggil. Sebenarnya tidak mengejutkan. Gerakannya pasti begitu berantakan tadi.

"Siap, grak!"

"Istirahat di tempat, grak!"

"Siap, grak!"

"Hormat, grak!"

"Tegak, grak!"

"Balik kanan, grak!"

"Hadap kiri, grak!"

"Dua langka ke kanan, jalan!"

Serangkaian perintah kemudian berhenti, lalu si kakak tingkat tadi berdiri tepat di depan Lian.

Lalala Love You | NOMIN ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang