25. Pilketos

2.3K 347 6
                                    

Atas perkelahian kemarin, semua yang terlibat hanya diberi teguran keras, hukuman membersihkan toilet, dan diberi poin 50. Lian sendiri cukup lega, setidaknya dia tidak diskors.

Dan masalah tersebut pun tentu sampai di telinga Bara, membuat sang panglima jelas marah. Ia habis-habisan mencecar kawanan kelas 11 karena bertingkah seperti anak kecil, yang gampang menaruh dendam. Karena itu pula, Bara semakin menegaskan bahwa angkatan kelas 11 benar-benar tidak pantas bahkan untuk menjadi kandidat pemimpin Garda.

Lian sendiri tidak peduli. Disini ia tidak bersalah, hanya melindungi diri dalam perkelahian kemarin. Pihak lawan juga memberatkan diri sendiri, karena jelas-jelas menyerang Lian dengan keroyokan. Dan pada akhirnya, tensi di Garda jelas membeku. Kawanan kelas 11 beberapa tetap hadir di Warcel, namun memilih menyendiri. Tak ada canda seheboh biasanya juga.

Lalu sekarang, Lian sedang berada di UKS guna meminta sebuah plester, karena plester miliknya yang dipasang di pelipis tak sengaja basah ketika ia mencuci muka tadi.

Lian hanya sedang memasang plester tersebut sambil menatap cermin ketika seseorang mendekat ke sisinya. Ia bisa lihat, Narasi berdiri di sana dengan sebelah alis terangkat.

"Oh... Jadi ini, yang habis masuk BK kemarin?"

Lian baru hendak membalas dengan guyonan, hingga perkataan Narasi selanjutnya membuat rautnya kembali datar.

"Ini, yang kamu dapet dari Garda? Berantem sama kakak kelas sendiri, di area sekolah bahkan. Itu, yang kamu dapet? Bonus hukuman dan poin dari BK? Iya, Li?"

Pertanyaan Narasi itu mencoba menyudutkannya, yang melontar juga beraut tajam menatap Lian lewat cermin.

"Kak Narasi nggak ngerti,"

"Apanya yang nggak ngerti? Semuanya juga ngerti, itu perkelahian antara anak Garda. Itu, yang kamu maksud temen kamu itu?"

"Kak Narasi harusnya tau sebab terjadinya peristiwa sebelum menyimpulkan, bukannya di mapel Bahasa Indonesia ada?"

"Nggak usah bertele-tele —"

"Kakak, yang nggak usah asal ngomong."

Tandasan Lian yang dingin itu membuat Narasi membeku. Ia baru dengar nada bicara Lian yang sedingin itu, hingga membuatnya tertegun.

"Kak Narasi nggak ngerti— bahkan nggak mau tau penyebabnya. Nggak tau kalo aku disana kemarin juga bukan atas kesalahanku. Nggak tau kan, Kak, kalau aku kemarin yang diserang dan dikeroyok tiba-tiba?"

Narasi masih diam, hingga Lian lanjut bercerita.

"Aku yang dipukuli karena katanya, bakal jadi panglima Garda. Aku juga masih nggak ngerti sih, Kak, sebenernya. Gimana bisa, ya? Aku bahkan cuma jadi kandidat, belum resmi jadi panglima Garda."

Lian terkekeh di sela-selanya.

"Lucu. Padahal mereka tau sendiri, angkatan mereka dibanned dan nggak ada seorang pun dari angkatan mereka yang bisa jadi panglima Garda. Sedangkan aku, anak baru yang udah jadi kepercayaan Bang Bara, yang digadang-gadang bakal nerusin jadi panglimanya. Yang paling lucu tuh, si Hugo. Ngerasa paling oke dia, makanya ngamuk sama aku karena dia nggak dijadiin kandidat sama Bang Bara. Makanya main keroyok ke Lian kayak kemarin, aku dipukulin karena itu. Oke, bener itu masalah Garda. Tapi itu karena sikap kekanak-kanakan angkatan kelas 11 yang nggak jelas itu. Harusnya, Kak Narasi marahin mereka aja. Kenapa malah Lian?"

Lian kemudian berbalik menatap Narasi yang masih diam.

"Itu, penyebabnya. Sebelumnya belum tau, kan? Itu Lian kasih tau, biar Kak Narasi nggak asal ngomong tanpa tau penyebabnya. Ya?"

Lalala Love You | NOMIN ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang