22. LDK (Lelah DiriKu)

2.4K 363 7
                                    

Latihan Dasar Kepemimpinan bagi para calon anggota OSIS tidak terdengar asing lagi bila dilaksanakan dengan penuh ketegangan.

Minggu pagi, Lian terbangun di atas tikar dengan sarung sebagai selimutnya. Ia tak memilih untuk tidur di tenda, karena keadaannya sungguh tidak nyaman. Apalagi dengan badan remuk karena seharian kemarin kegiatan berjalan tanpa henti, bahkan malamnya mereka masih dibangunkan paksa untuk jurit malam.

Lian bahkan yakin belum ada 2 jam ia tertidur, namun sekarang harus sudah bangun karena bunyi kentongan yang mengharuskan semuanya untuk bangun.

Ia menatap mengedar dengan mata sayup. LDK ini rasanya sama sekali tidak seru. Selain karena tanpa Ariq dan Hansel sehingga ia tak punya teman dekat, kegiatan yang ada juga tidak ramah sekali. Ia kadang menyesal mengapa iya-iya saja ketika dititah Narasi untuk mengikuti OSIS.

Baru hendak bangkit dari posisinya, sebuah tangan menjulurkan segelas minuman yang asapnya masih mengepul.

"Wedang jahe,"

Lian berusaha keras mengamati sosok itu karena matanya belum benar berfungsi, namun terlinganya jelas menangkap suara favoritnya itu.

Ia pun segera menerima cup plastik tersebut, namun belum sempat sekedar mengatakan terima kasih, Narasi berlalu meninggalkannya.

"Nggak jadi nyesel masuk OSIS." Monolognya lalu bergerak menyesap minuman hangat itu.

"Slurrrrppp, Ahh. Udah kek suaminya aja gua dibikinin wedang pagi-pagi, duhh."

Dijamin Lian seharian full senyum.

Selepas itu, hanya ada sedikit tes tertulis yang diberikan hingga jam menunjukkan pukul 9 pagi. Setelahnya, aba-aba penutupan kegiatan LDK terdengar.

Lian sudah lengkap dengan seragam Pramuka lengkap, bersiap mengikuti apel penutupan. Hingga langkahnya yang menuju ke tengah lapangan diinterupsi oleh Sakti, kakak kelas sekaligus pendamping pribadinya di Passus.

"Li, oit."

"Eh, Bang? Kesini juga?"

"Iya, suruh Narasi bantu-bantu beberes, emang dikira gua kuli banget."

"Ya badan lu badan kuli emang, Bang."

Keduanya tertawa. Lian yang sejatinya mudah akrab dengan siapa saja itu sudah begitu dekat dengan kakak tingkat yang dulu terlihat begitu seram di matanya.

"Eh Li, pimpin apel gih." Ujar Sakti menitah.

"Hah?"

"Iya, gih. Belom pernah, kan? Lu doang loh cowok kelas 10 yang belom nyoba mimpin apel atau upacara. Gih dah,"

Lian tak diberi waktu untuk melongo karena Sakti sudah menyeretnya ke lapangan bagian depan, beberapa panitia ada di sana. Sakti kemudian menghampiri Narasi yang juga tengah menatap keduanya bingung.

"Ey, Nar. Ni bocah biar pimpin apel ya?"

Narasi menatap bertanya ke arah Lian, yang di mata Lian justru terlihat begitu lucu.

"Mau?" Tanya Narasi padanya.

Lian mengangguk mantap, "Mau."

Yah, Lian itu motivasinya cuma satu. Bisa terlihat keren di mata Narasi.

Sakti menepuk-nepuk pundak Lian menyemangati, "Yo. Gua yakin lu bisa. Jangan gugup, asal suaranya keras tegas. Siap?"

"Siap!"

Hingga lah apel penutupan LDK OSIS itu dipimpin oleh Lian, dengan begitu lancar tanpa kesalahan berarti.

Begitu selesai membubarkan pasukan, ia kembali ke tempat, dimana berdekatan dengan Narasi berdiri. Belum sempat ia memulai pembicaraan seperti biasa, Narasi lebih dulu bersuara.

"Keren. Kamu keren."

Ujarnya kemudian berlalu karena panitia lain memanggilnya. Namun karena itu, sukses membuat Lian merah padam.

"Kacaaaau, Narasi Jingga Sastranala kacau bener. Pagi-pagi bikin hati gua berantakan aja anjeeeng,"






Sekarang ini Lian sudah berada di atas motor dengan dibonceng oleh Ariq. Lian yang meminta, karena Ayah Bundanya sedang berada di luar kota, sedangkan Hansel menolak mentah-mentah karena pemuda itu jelas masih belum bangkit dari kasurnya sekarang. Jadilah Ariq yang sukarela menjemput Lian kembali dari LDK.

Ralat, tidak jadi sukarela. Lian harusnya tau, mana ada teman-temannya yang tidak perhitungan. Karena sekarang ia sudah berada di kursi depan Alfa selepas membayar kopi kaleng, rokok dan keripik kentang serta permen yang diambil Ariq.

"Gua ke kemahan aja bawa duit ga seberapa, Riq, ini malah lu abisin ampe ludes." Ujar Lian merana sembari menatap nanar dompetnya.

"Halah bentar lagi lu juga minta transfer,"

Lian mendecak, lalu memilih untuk turut membuka kaleng kopi miliknya.

"LDK kejam, ye? Bukan kayak persami kemaren?"

"Beda lah, jelas. Remuk gua anying, mana pusing bet gua kurang tidur, soalnya ada jurit malem."

"Dih, serem. Kata gua ogah ikutan mah, ujungnya OSIS jadi babu sekolah,"

"Bener."

"Lah napa lu ikut dong?"

"Ya gara-gara ayang lah,"

Ariq mendecih lalu melempar bungkus permen yang sudah kosong ke arah Lian.

"Lu masih dijauhin ama ayang lu gak tuh? Disana ada doi juga kan?"

"Ada lah, galak dia pas LDK siang. Tapi tadi pagi, wetsss gila anyingg gua. Dikasih wedang jahe, persis pas gua abis bangun tidur."

"Anyinggg oke juga lu."

"Oke lah, seger dah gua pagi-pagi."

Ariq menyesap kembali kaleng kopinya hingga habis, lalu melemparnya ke tong sampah yang tak begitu jauh.

"Btw Li, kemaren ada kejadian di Warcel, waktu lu kagak ada."

"Apaan tuh?"

"Bang Bara, ngumumin kandidat panglima Garda."

"Hah? Yang bener? Anjir giliran gua kagak ada, malah ada yang penting."

"Hooh. Mana keknya perang dingin dah abis ini. Soalnya kandidat semuanya dari angkatan kita, kelas 10 semua. Kelas 11 kagak ada,"

"Waduh... Siapa aja btw yang disebut?"

"Elu, jelas. Nama pertama yang disebut. Yang lain ada Gavian sama Vero. Dan kata gua, semua orang juga tau kalo elu yang bakal jadi."

"Terus gimana yang kelas 11?"

"Marah. Sempet protes ke Bang Bara, dan alesan yang dikasih Bang Bara ya jelas. Angkatan mereka dibanned. Protes gitu doang sih, abis itu ya diem-dieman aja, jadinya tongkrongan anyep banget semalem."

"Ngeri,"

"Ngeri. Dan gua yakin abis ini bakal ada berantem berantem, terutama kayak elu yang jadi kandidat terkuat. Ati-ati aja, Li. Walau mungkin berantem biasa, tetep aja. Bonyok bikin kegantengan berkurang,"

Lian mendengarnya terkekeh kecil, lalu hening sesaat karena ia yang memantikkan rokok, menyesap dan melepaskan kepulan asap ke udara.

"Ribet dah. Kenapa gua mulu yang kena yak,"

Ariq terkekeh, "Kebanyakan acara ya lu? Passus, kandidat kapten basket, mau jadi panglima Garda, sekarang ketambahan jadi OSIS sama nyalon waketos. Buset Li, kegeprek kagak tuh badan lu?"

"Bukan lagi dah,"

Setelahnya hanya asap sisa nikotin yang mengelilingi, menghembuskan jiwa-jiwa lelah yang ingin rehat sejenak. Lian melamun menatap langit, dan mungkin ia butuh nasi goreng hambar milik Pak Mulyono dan melamun berjam-jam di sana.




Lalala Love You | NOMIN ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang