35. Tentang Keputusan

2.4K 338 9
                                    

Hari kembali Senin, yang tentunya merupakan hari upacara. Namun bedanya, hari ini mungkin akan menjadi hari paling penting Lian. Pasalnya, untuk pertama kali nantinya, ia akan menjadi pemimpin upacara.

Bukan lagi pemimpin apel atau pemimpin barisan yang sudah beberapa kali ia laksanakan, namun sekarang ia sudah akan memimpin upacara untuk seluruh warga SMA 27. Jelas terpancar kebanggaan tersendiri, apalagi untuk ajang pamer kepada Narasi.

Namun situasinya sekarang belum tepat, karena di tempatnya, Lian sangat grogi. Tangannya yang terbungkus sarung tangan itu sungguh berkeringat, yang coba ia halau sekuat tenaga. Penampilannya sendiri sudah persis seperti pemimpin upacara biasanya, dengan posisi tegap dan raut yang ditegaskan.

Hingga sampai saatnya Lian berjalan ke tengah lapangan ketika upacara dimulai. Hampir saja ia sempatkan mencuri lirik ke sekitar, tepatnya mencari barisan kelas Narasi, namun ia urungkan karena profesionalitasnya. Ciaelah.

Dan, seperti yang ia harapkan. Jalannya upacara berlangsung lancar, dan Lian tak melakukan kesalahan apa pun. Sempurna.

Rasanya ia ingin bersorak sesaat setelah ia kembali ke posisi awal petugas. Yang pertama menghampiri adalah Sakti, yang memang sengaja memberikan arahan padanya. Lalu sesaat kemudian, datanglah beberapa anggota Passus kelas 12 yang ikut bergabung.

"Weeey, sip sip semuanya! Kerja bagus hari ini, keren deh!"

"Iya bener, salah-salahnya cuma dikit dong, keren!"

Dan berbagai pujian lainnya. Lalu sebuah tepukan ringan hinggap di bahunya, membuat Lian menoleh dan seketika tersenyum cerah ketika menemukan Narasi lah pelakunya.

"Hey,"

"Kak! Hehe, haloo."

Tanpa kompromi, keduanya seolah terkoneksi untuk sama-sama menepi ke bawah pohon, meninggalkan yang lainnya yang masih berbincang ria.

"Good job hari ini, Li! Serius kamu keren banget tadi, haha."

"Hehe, makasih kak. Makasih juga, akhirnya kesampaian salah satu impian Lian."

"Apa tuh?"

"Jadiin Kak Narasi peserta dari upacara yang dipimpin Lian,"

Narasi terkekeh, "Emang iya gitu?"

"Iya, makanya makasih. Kalo bukan Kak Narasi, Lian nggak punya motivasi loh,"

"Yaaa iya deh, but still. Semua latihan kamu yang jalanin, jadi kamu keren banget, udah kerja keras sejauh ini sampe akhirnya jadi pemimpin upacara. Semoga sering-sering, ya."

"Sering nggak ya, sulit sih sebenernya soalnya anak Passus lain lebih oke dah, Kak."

"Nah itu, makanya itu kamu perlu latihan lagi biar bisa bersaing,"

"Oke deh. Lian bakal berusaha lebih lagi,"

"Sip! Keren, gitu dong!"

Keduanya pun tertawa setelah ber-tos ria.

"Yaudah, aku balik ke kelas ya, Li?"

"Oh, okay. Aku juga mau balik, Kak. Ini mau dianterin nggak?"

"Nggaaak, nggak usah, astaga. Nanti kamu muter jauh banget. Udah, nggak usah."

"Hehe, iyaaa. Bye bye Kak Nara, hati-hatiii."

Dan setelahnya, Lian pun turut melangkah menuju kelasnya sendiri. Ia kemudian bergabung bersama Ariq dan Hansel, serta teman lainnya yang sedang mengobrol santai. Belum ada guru, jadi semuanya masih beristirahat setelah upacaranya.

"Anjaaaay, siap pak pemimpin upacara!"

"Hormat kepada pemimpin upacara, grak!"

Sambutan itu datang ketika Lian hadir, jelas saja meledeknya.

Lalala Love You | NOMIN ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang