Sesi pembicaraan di lapangan basket indoor kemarin menjadi terakhir kalinya Lian dan Narasi saling bercakap, karena hari-hari setelahnya, intensitas temu keduanya sangat berkurang.
Yang ada hanya ketika kedua netra mereka tak sengaja bertemu tatap di tengah ramainya suasana kantin, dilanjutkan dengan saling membalas senyuman singkat. Atau ketika Narasi yang mampir sekedar menonton jalannya latihan rutin Passus. Juga kegiatan-kegiatan OSIS yang masih dibawah pantauan Narasi.
Harusnya, keduanya dapat banyak kesempatan untuk bersua. Namun mereka sendiri lah yang menghindar dari sekedar menyapa.
Hingga tak terasa, Narasi— beserta siswa kelas 12 lainnya sudah akan melaksanakan ujian sekolah. Sayangnya, kali ini Narasi harus berada di ruangan yang super acak, hingga ia harus berpisah dengan teman-temannya yang lain.
"Gue bersyukur banget anjirrr bisa satu ruangan sama Renja. Mana deket pula, udah lah ini mah gua masuk top 10 hasil ujian terbaik kali," ujar Himka.
"Idihhh, jangan mau Ren, diemin aja jangan dicontekin." Kompor Lia.
"Eh Nar, emang lo sebangku sama siapa nanti?" Tanya Rhea.
"Mmm, dari kelas IPS 3 apa 2 ya, lupa. Namanya Randy,"
"Ohhh, IPS 2 itu mah, anak Garda temennya Mahes." Sahut Himka.
Narasi mengedikkan bahu, "Yaudah, nggak bakal kerja sama juga lagian."
Kelima sekawan itu pun lanjut mengobrol di sepanjang lorong. Mereka memang sedang di sekolah, guna mengurus beberapa hal. Hari sudah sore, namun ketika melewati ruangan-ruangan di sana, bisa dilihat keadaan masih cukup ramai, kebanyakan digunakan untuk beberapa ekstrakurikuler yang berlatih untuk lomba.
Seperti di lapangan belakang, yang dari kejauhan sudah terdengar seruan-seruan perintah baris-berbaris. Narasi memutuskan untuk mampir sebentar, sedangkan temannya yang lain juga memilih untuk melihat-lihat ruangan lain.
Ia kemudian menemukan barisan-barisan rapi yang bergerak penuh ketegasan itu. Narasi tiba-tiba jadi rindu dengan ekstrakurikuler favoritnya ini. Ia pun melangkah, mengambil duduk di antara ransel-ransel milik para anggota. Menunggu dan menonton hingga akhirnya mereka dipersilahkan untuk istirahat.
Narasi kemudian sempat menyalami sang pelatih Passus, kemudian menyapa para adik kelasnya yang begitu riang melihat kedatangannya.
"Kak Narasiii!!!"
"Aaa, kangen banget latihan sama Kak Narasi!!"
"Haha, aku juga kok, jadi kangen Passus nih abis liat kalian latihan," balas Narasi.
"Oh iya Kak, katanya Kak Narasi mau lanjut kuliah di luar negeri yaa?"
Yap, berita tersebut memang sudah beredar karena daftar siswa yang sudah melanjutkan ke perguruan tinggi negeri melalui beberapa seleksi nasional, juga siswa yang melanjutkan ke luar negeri sudah terpampang di mading. Maka dari itu, Narasi tidak bisa lagi merahasiakannya.
"Hehe, iyaa nih."
"Ya ampun, keren banget, mana masuknya ke Melbourne University huhu."
"Iya ih, mana jalur beasiswa! Sumpah Kak Narasi keren banget,"
Narasi dibuat tersipu dengan semua pujian yang terlontar tersebut, "Makasih semuanyaa."
"Kak Narasi semangat yaa! Semoga sukses di sana, jangan lupain kita-kita disini lohh."
"Jelas nggak akan lupa dong! Kalian nih temen-temen aku paling keren!"
Obrolan itu terus mengalir, tak terasa hari semakin sore namun Narasi masih belum mau beranjak. Ia sudah turut berdiri ketika beberapa adik kelas yang mengobrol dengannya itu harus masuk latihan lagi, sehingga ia kembali sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lalala Love You | NOMIN ✅
Fiksi Penggemar[END] Cuma ceritanya si Lian yang baru masuk SMA dan langsung kepincut sama kakak OSIS panitia MPLS, Narasi. . . "Ish. Anak kecil tau apa, sih?" "Tau cara mencintaimu dengan setulus hati, kak!" "Stop! Cringe abis deh." "Siap! Salah kak!" bxb , nomin...