43

17 1 0
                                    

:Divana

Ketukan pintu membuat kepalaku terangkat.

"Masuk."

Seseorang masuk dengan berkas di tangan.

"Hari ini ibu akan ada rapat jam sepuluh pagi dengan perusahaan WN,"kata bu Ririn.

"Perusahaan WN? milik pak Setyo?"

"Iya bu, perusahaan WN sekarang diambil alih oleh putranya yang bernama Black Winanda."

"Kita akan rapat dengan Black Winanda?" ulangku.

"Iya, ada yang salah dengan hal tersebut? apa perlu saya wakilkan?"

Black, sudah lama sekali aku tidak bertemu denganmu. Sejak kamu yang perbannya dibuka seusai operasi mata. Aku belum pernah bertemu dengan penggantiku sebagai Ana. Apa dia sudah menikah?

"Bu?"

"Kita pergi bersama."

Bu Ririn mengangguk.

Kami berangkat menuju tempat yang sudah di sepakati. Aku menatap luar jendela.

Aku sudah lulus SMA dan kini sedang kuliah di salah satu universitas di kota ini. Raiyan memilih untuk kembali ke asalnya tinggal bersama kedua orang tuanya. Sementara aku masih tinggal bersama Kania dan putranya Ki.

"Ibu lapar?"

"Setelah rapat kita bakal makan kan?"

"Iya bu."

"Semoga rapatnya nggak lama. Dan makanannya enak."

"Semoga seperti yang ibu harapkan."

Sampai di tempatnya, kami langung digiring menuju tempat rapat kami. Black belum datang. Apakah mungkin jika Black akan datang?

Saat akan duduk tiba-tiba dua orang datang. seseorang yang mengenakan pakaian formal. Laki-laki yang mengenakan jas hitam dan satu lagi kemeja yang dipadukan dengan rok selutut.

"Selamat pagi. Perkenalkan nama saya Black Winanda dari perusahaan WN." Tangannya terulur.

Aku meraih tangannya."Divana Arintika."

Kami saling melepaskan tangan.

Rapat dimulai. Beberapa kali aku sempat mencuri pandang pada Black. Tapi sepertinya ia benar-benar telah melupakanku.

Rapat terjadi begitu cepat. Black sama sekali tidak tersenyum di tengah-tengah rapat. Benar-benar fokus. Makanan di sajikan di meja kami setelah kami merapihkan beberapa dokumen dari meja.

"Silahkan dinikmati, saya ingat masih ada urusan. Saya permisi dulu." Aku berdiri.

"Katanya tadi ibu lapar. Ingin makan setelah rapat."

"Saya ingin makan mie instan."

"Ternyata kamu masih suka makan mie instan," ujar Black yang tersenyum memegang garpu.

"Lo udah bisa makan daging sekarang?"

Black masih tersenyum. "Kamu masih ingat saja jika aku tidak bisa makan daging kecuali ayam." Black menusuk sayur buncis dengan garpu. Memakannya dengan anggun.

Aku ingat saat Black bercerita mengenai ia yang pernah di culik saat umur tujuh tahun. Dan bukan hanya ia. Banyak anak juga ada di sana. Satu persatu anak menghilang. Lewat lubang berdiamer 3 cm Black melihat anak seumurannya dibunuh, dimasak dan dimakan. Sejak selamat dari penculikan itu Black tidak mau memakan daging apapun kecuali ayam.

"Aku masih tetap tidak bisa makan daging. Aku hanya makan selain dagingnya."

"Bapak tidak bisa makan daging, maafkan saya," kata orang di sampingnya.

Mie InstanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang