27

25 2 0
                                    

Ku tinggalkan angkringan setelah mie ku habis.

Satu minggu sudah Raiyan dan Black menghilang. Kemana mereka? Semoga aku tidak kehilangan salah satu dari mereka. Raiyan mungkin Menyebalkan Tapi dia punya sisi baiknya.

Seperti saat menemaniku saat mati lampu. Ya, walaupun dia harus membuat hidungku berdarah terlebih dahulu. Lalu Black, cinta pertamaku yang sampai saat ini masih ada di hatiku.

Dibangkuku, aku menoleh. Melihat kursi Raiyan yang kosong.

"Demi tujuh langit Div. Tenang aja. Mereka pasti baik-baik aja."

Aku beralih memandang temanku Sekrum. Ia baru tahu setelah aku memberitahunya tentang Black dan Raiyan.

Bel istirahat berdering. Sekrum menarikku.

"Ikut gua. Pasti Seru."

"Males gua."

Sekrum tetap saja menarikku.

"Hei." Beni menyapa di depan kelasku.

"Ayo ikut kita Ben. Pasti Seru."

Baiklah. Ku ikuti maumu Sekrum.

Sekrum membuatku kecewa dengan membawaku ke aula bersama anak tim cheerleader yang sedang berlatih.

"Ayo." Sekrum mengajakku.

"Enggak."

"Kaptem tim cheerleader mau lihat kemampuan lo."

"Udah sana." Beni malah ikut mendorongku untuk lebih dekat dengan anak cheerleader. Padahal tangan kanannya sibuk memegang gadget.

Aku diam dipandangin semua anak cheerleader.

"Yakin lo Sekrum?" Tanya salah satu dari mereka.

"Ya yakinlah kak. Kak Reni tau nggak sih kalo Divana pernah ngalahin Athia di pesta ulang tahunnya." Jelas Sekrum.

"Jadi dia orangnya? Coba lo dance."

"Ma_les." Jawabku.

Mereka saling pandang.

"Athia mungkin mau batle dance sama Divana." Sekrum berbicara.

"Ogah banget gua battle sama dia." Serunya cepat.

"Bilang aja kalo lo takut kalah lagi ya."

Aku memandang Sekrum. Sepertinya aku mulai tau apa yang ia inginkan.

"Athia nggak pernah takut ya."

"Buktinya lo nggak mau battle lagi sama orang yang ngalahin lo."

"gua bukannya nggak mau batle lagi. Tapi_"

"tapi takut kalah. Bilang aja pake malu-malu." Sekrum masih berbicara.  Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya.

"Gua nggak takut."Seru Athia tegas. "Oke kalo gitu. Kita battle sekarang."

Sekrum tersenyum. Hasutannya berhasil.

"Nggak." Jawabku.

"Lo takut sama gua?"

"Nggak juga."

"Terus kenapa lo nggak mau? Kalo takut bilang aja. Gua nggak masalah." Athia bersedekap. Sombongnya mulai kumat sebab Sekrum menyalakan apinya.

Aku tertawa pelan. "Lo mau aja di komporin sama Sekrum. Lo tau apa yang Sekrum pengen? Dia itu pengen gua masuk ke tim Cheerleader. Supaya lo bis_"

"Panggilan untuk siswi yang bernama Divana Arintika kelas sebelas Penjurusan IPA. Harap menuju sumber suara. Terima kasih. "

Speaker sekolah berbicara. Memotong kalimatku.

Mie InstanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang