:Divana
Aku benci prank. Karena prank itu, mamaku menjadi korban.
Saat itu, mamaku sedang mengendarai mobil. Mamaku ditelfon temannya yang berpura-pura sakit. Mamaku mengemudi hingga hilang kendali. Di jembatan tempatku terjun bersama Raiyan, adalah tempat Kecelakaan mobil mamaku. Mobil menabrak sebuah truck. Lantas mobil oleng dan jatuh ke sungai.
Mamaku tidak bisa berenang. Juga tidak mengerti cara menyelamatkan diri. Sehingga ia ditemukan meninggal di dalam mobil yang penuh air.
Sebuah prank adalah lelucon yang kejam. Andai saja aku tidak sedang di UKS, mungkin aku akan berteriak lantang. Aku benci prank.
Setelah keadaanku membaik, Aku memutuskan untuk pergi ke kantin. Mengisi perutku. Mie lagi.
"Lo kok ada disini?"
Raiyan berdiri dengan makanan dan minuman di tangan. Ia duduk di depanku.
"Jangan makan itu."
Raiyan menarik mangkok mie ku. Memberikan piring syomainya.
"Mendingan lo makan itu."
Baiklah. Aku menurut kali ini. Perutku sepertinya harus di kondisikan.
"Hei." Sekrum ikutan duduk di samping Raiyan. Tangannya membawa yogurt di botol. "Kalian tau nggak kalo_"
"Woi. Si Athia_" Seru Beni yang baru datang. Ia duduk di sampingku.
"Kenapa nyebut nama gua?"
Kami menoleh. Athia berdiri tak jauh dari meja kami.
"Ye.. siapa yang nyebut nama lo. Kita lagi bahas Athala."
Ia berjalan ke meja kami. Dua orang mengikutinya dari belakang. Apa dia membuat geng?
"Kenapa sama Athala?"
"Kita emang lagi ngomongin lo kok. Athia murid pindahan dari sekolah sebelah. Banyak rumor soal lo yang pindah buat ngerebut Raiyan dari Divana." Jawab Sekrum cepat.
"Bilang aja lo nggak suka kalo gua ikut cheerleader."
Sekrum memalingkan wajah.
"Lo nggak rela gua jadi milik orang lain?" Tanya Raiyan senang.
"Gua bukannya nggak rela. Tapi gua ragu sama hubungan kalian. Nggak mungkin kalian punya hubungan spesial."
Syomai yang ada di depanku hanya diam saja. Kehadiran Athia membuatku tidak berselera makan.
"Athia Maharani. Umur enam belas Tahun. Pernah berpacaran sembilan belas kali. Dengan pacar pertama bernama Raiyan dan pacar terakhir bernama Hans." Gumamku.
Mata Athia membulat. Semua Tatapan tertuju padaku.
"Darimana lo tau?"
"Divana?" Tanya Sekrum tidak percaya.
Aku justru memakan syomaiku.
"Darimana lo tau hal?!" Athia malah menjambak rambutku.
"Kampret."aku membanting garpuku. Balas menjambaknya.
"A! Lepasin tangan lo!"
"Lo duluan kampret!" Teriakku.
Kami jadi tontonan seisi kantin. Teman-temanku mencoba menghentikan aksi kami. Yang lain malah menyoraki kami. Diantara temanku, hanya Beni yang justru mengambil handfone dan mengabadikan momen ini.
"Beni! Gua banting HP lo!" Teriakku marah.
Beni kalang kabut menghentikan video rekaman.
"Kalian berdua. Berhenti!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mie Instan
RandomMie instan itu penolong. Saat tanggal tua, Ia siap mengenyangkan perut. Saat lapar tiba-tiba dan makanan belum tersaji, ia juga siap dengan instannya waktu. Tapi Bukan hanya itu. Ada cerita dan memori indah yang pernah dilewati setiap orang Saat me...