25

31 3 0
                                    

Mataku terbuka. Yang kulihat pertama kali justru wajah cemas milik Divana.

"Rai, lo lihat gua?"

Tanganku di genggam erat. Apa Divana benar-benar mengkhawatirkanku?

Aku menarik napas panjang. "Div?"

Ku lihat di belakang Divana berdiri teman satu timku. Mereka juga nampak khawatir. Mereka bahkan tidak tahu aku punya penyakit jantung. Hanya kapten yang ku beritahu. Itupun cuma sepenggal.

Seseorang datang. Guru dan tim medis. Genggaman Divana mulai  kendor. Ku genggam lebih erat.

"Disini aja Div." Ucapku pelan.

Aku segera dibawa ke rumah sakit. Tangan Divana sama sekali tidak ku lepas. Hingga mau tidak mau aku harus melepaskan tangannya saat memasuki ruangan di salah satu rumah sakit.

Alat-alat yang tak kuketahui namanya di pasang segera. Apa aku akan berakhir sekarang? Aku bahkan belum bilang jika ada sedikit rasa di hatiku pada Divana.

Mataku kembali tertutup dimana pikiranku di penuhi kenangan tentang Divana. Pertama kali aku melihat Divana di jembatan. Dimana ku lihat wajahnya saat siuman setelah tenggelam. Melihat wajah lelahnya saat bertengkar dengan Papanya hanya karna aku.

Mataku terbuka. Kulihat wajah Kania yang perlahan mulai jelas. Tidak ada Divana. Ia pergi kemana?

"Kania,"Panggil ku pelan.

"Raiyan, kamu udah bangun?"

"Dengerin gua baik-baik."

Kania terlihat memfokuskan dirinya untuk mendengarkanku.

"Kalo gua nggak ada, bilang sama Divana. Kalo gua suka sama dia. Bawa dia kekamar gua. Dia bakal ngerti." Ku ambil nafas berat. "Dan satu hal lagi. Kasih mie yang ada di laci meja belajar gua buat Divana."

"Maksud kamu apaan sih Rai?"

"Bilang sama tetangga kita, ada orang buta namanya Black. Kasih mataku buat dia."

"Black?"

Aku mengangguk dengan susah payah. "Minta dia buat jaga Divana. Jangan buat Divana cari-cari dia lagi. Bisa kan Kania?"

Kania justru meneteskan air matanya.

"Bantu mereka nyatu Kania, gua mohon. Black adalah orang yang tepat buat Divana."

"Raiyan.. "

"Bilang sama Divana, jangan takut gelap ya. Dan bilang juga soal Black, kalo selama ini, Black lihat apa yang Divana lakuin. Bahkan saat buta pun, Black masih terus lihat Divana dengan telinganya."

Mungkin ini yang bisa kulakukan untuk mereka berdua. Agar cerita cinta Romeo dan Juliet diantara Black dan Divana bisa mereka atasi bersama.

Orang tua Black tidak setuju bukan? Black, kamu harus perjuangkan cintamu pada Pink mu. Biar aku yang jadi matamu. Menunjukkan celah untukmu dan Divana bersatu.

Aku akan mengatakan itu jika saja Black ada di sini.

:Divana

Di balik pintu aku hanya bisa meneteskan air mata mendengar Raiyan mengatakan hal itu. Terdengar lirih dan penuh perjuangan.

Black benar-benar tinggal di samping rumahku? Ia kehilangan penglihatannya? Apa karena hal itu Black menghilang? Apa yang ia takutkan jika aku tahu? Apa aku akan menjauhinya?

Dan kau Raiyan, apa yang kamu katakan jika kamu menyukaiku? Bukankah kamu pernah mengatakan hal itu? Dan itu kamu katakan hanya sebatas prank, lantas kenapa sekarang kamu sungguhan mengatakan itu di depan Kania? Dan kenapa pula kamu tidak jujur jika kamu tahu Black ada di samping rumah.

Mie InstanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang