Keinginan Kamu Akan Dikabulkan

11.9K 1.1K 50
                                    

"Bu Jenaka."

Pukul sebelas malam lewat Jenaka baru pulang. Jenaka pulang dalam keadaan seluruh badannya basah kuyup. Gaun merah muda cantiknya telah basah, ada bekas noda kehitaman seperti bercak lumpur. 

Bi Sumi tidak bisa tidur sebelum Jenaka pulang ke rumah. Lembayung tidak turun lagi setelah lelaki itu kembali. Bi Sumi akhirnya memutuskan untuk menunggu Jenaka lebih dulu. Setelah Jenaka kembali, Bi Sumi baru akan pergi ke kamar. Tapi... Jenaka pulang dalam keadaan seperti itu, bukan cuma bajunya kotor dan basah, Jenaka menangis bak anak kecil.

"Bu Jenaka kenapa?" tanya Bi Sumi menghampiri majikannya. "Bajunya Bu Jenaka kotor semua. Bu Jenaka habis jatuh? Kok bisa basah begini?"

Jenaka tidak menjawab. Suara tangisnya semakin keras. Ia menyeka air mata menggunakan tangan kanannya yang masih menenteng tas kecil putihnya, terus menangis sampai sosok Lembayung berada di tengah-tengah anak tangga.

Sepasang mata cokelat Jenaka melihat keberadaan Lembayung. Jenaka sudah tidak berniat marah lagi. Saat di sana, Jenaka telah menyusun kata-kata yang akan ia umpatkan kepada Lembayung. Jenaka telah menghafalnya di luar kepala. Namun, melihat Lembayung menatapnya tanpa rasa bersalah, Jenaka menjadi enggan. Lembayung tidak akan mendengar semua ocehan Jenaka.

"Ayo, Bu, saya bantu Bu Jenaka ganti pakaian. Nanti kalau nggak segera ganti, Bu Jenaka bisa masuk angin." Bi Sumi dengan perhatian merangkul bahu Jenaka, berjalan ke arah anak tangga.

Jenaka terisak-isak. Jari-jari Jenaka terus bergerak mengusap air matanya. Lembayung berdiri pada anak tangga paling bawah. Ia menatap Jenaka, bertanya-tanya, kenapa Jenaka pulang dalam keadaan seperti itu. Apa yang dilakukan Jenaka selama acara reuni? Berenang di kubangan lumpur? Atau apa?

Ketika Jenaka dan Bi Sumi berpapasan dengan Lembayung pada anak tangga, Jenaka dengan sengaja mengabaikan Lembayung. Padahal Lembayung ingin bertanya kenapa Jenaka menangis. Namun Jenaka melewatinya begitu saja.

"Bawa aku ke kamar satunya ya, Bi. Aku mau tidur sendiri malam ini," kata Jenaka di iringi sisa air mata. Namun suaranya masih terdengar serak.

"Iya, Bu," sahut Bi Sumi.

Lembayung memutar badan, memanggil Jenaka hingga dua kali. Tapi Jenaka tidak berniat menoleh bahkan cuma sepintas. Jenaka ingin sendiri malam ini. Toh, dari dulu ia sudah biasa sendiri. Termasuk menghadapi penghinaan teman-temannya saat reuni.

***

"Bi Sumi."

Panggilan Lembayung menyadarkan Bi Sumi. Wanita itu baru saja selesai membantu Jenaka membersihkan badan dan mengganti pakaian yang bersih.

Di luar pintu, Lembayung sedari tadi menunggu, menyandarkan punggung ke dinding. Ia sengaja menunggu sampai Bi Sumi keluar.

"Iya, Pak, kenapa?" tanya Bi Sumi.

"Jenaka gimana, Bi?"

Bi Sumi mengerutkan dahi. "Gimana, maksudnya, Pak?"

Sesaat, Lembayung terdiam dan berpikir. Ia menatap pintu kamar lama Jenaka. Perempuan itu sungguhan berada di sana. Sepertinya kata-kata Jenaka bukan bohongan.

Jenaka kekanakan sekali. Tidak jelas masalahnya apa, pulang-pulang sambil menangis dengan pakaian kotor, setelah itu malah tidur di kamar lamanya. Bukan di kamar mereka. Maunya Jenaka apa? Lembayung sudah menuruti kemauan perempuan itu. Tapi Jenaka seolah senang sekali membuat Lembayung kesal.

"Maaf, Pak, kalau saya lancang." Bi Sumi memelankan suara. "Mungkin yang terjadi sama Bu Jenaka, ada hubungannya sama Pak Lembayung yang nggak kunjung jemput Bu Jenaka."

Ayo, Kita Cerai! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang