***"Keluarga Bu Jenaka?"
Langkah Lembayung dihalangi oleh seorang lelaki berjas putih. Ia menatap Jenaka berjalan sembari memeluk Dimar jauh di depannya. Lembayung melihat keduanya masuk ke dalam lift tanpa menunggu dirinya lebih dulu.
"Iya," jawab Lembayung, bingung.
"Kalau boleh tahu, Bapak siapanya Ibu Jenaka ya? Karena ada hal yang ingin saya sampaikan perihal kondisi kesehatan Bu Jenaka."
Lembayung menjawab tanpa ragu. "Saya, suaminya Jenaka."
Pagi itu, sekitar pukul lima—setelah menunggu jenazah Nasti, Lembayung mengajak Jenaka pulang untuk beristirahat. Mulanya Jenaka tidak mau, namun setelah dibujuk oleh Dimar, Jenaka bersedia untuk pulang. Saat itulah seorang Dokter menghampiri Lembayung.
Satu hari itu banyak kejadian yang Lembayung alami, lihat, dan mendengar—kondisi kesehatan Jenaka—dari Dokter yang mendatanginya.
Dokter melihat lift yang membawa Jenaka dan seorang lelaki—entah Kakak atau masih sanak saudara, tertutup. Menyisakan Lembayung di depannya, lantas mengajak lelaki itu ikut ke ruangannya.
"Bu Jenaka menolak untuk berobat. Padahal kondisinya sangat mengkhawatirkan. Saya harap, Bapak bisa membujuk Bu Jenaka. Paling tidak, Bu Jenaka mau minum obatnya."
Penjelasan Dokter membuat Lembayung kebingungan. Sejak kapan istrinya sakit? Kenapa Jenaka menyembunyikan ini darinya?
Waktu Jenaka tersisa tiga bulan lagi. Itu kata Dokter. Lembayung keluar dari ruangan lelaki itu dengan langkah lamban. Kepalanya memaksa menelaah apa saja yang dijelaskan Dokter padanya. Lembayung bukan orang bodoh yang harus mendapat penjelasan lebih dari dua kali. Karena sekali Dokter mengatakannya, Lembayung memahaminya. Hanya saja, Lembayung sulit menerimanya. Apa lagi Jenaka....
Lembayung berhasil membujuk Jenaka kembali ke ruangannya. Ia menemani Jenaka sampai perempuan itu tidur. Lembayung bahkan tidak pergi ke kantor hanya untuk menjaga istrinya. Seharian ia berada di sisi Jenaka, sampai tidak memerhatikan penampilannya yang selalu rapi.
Lengan kemejanya digulung hingga ke siku, rambut cokelat Lembayung mulai kusut. Lembayung menyentuh lengan Jenaka, sebelah tangannya lagi yang bebas menyangga setengah wajahnya sendiri. Lembayung mengusap kening Jenaka, lalu turun ke sisi wajah istrinya.
Dulu setiap kali Lembayung melihat Jenaka, ia hanya akan selalu merasa kesal, sedikit membenci Jenaka karena perjodohan itu. Walau sebelumnya mereka hidup masing-masing biarpun tinggal satu atap, Jenaka berhasil membuat kedua orang tua Lembayung menyayangi perempuan itu. Sehingga Melati mewanti-wanti Lembayung agar tidak pernah menyakiti Jenaka. Lembayung pikir, jika Jenaka terus menerus mengambil simpati kedua orang tuanya, Lembayung akan kesulitan menceraikan Jenaka suatu hari nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayo, Kita Cerai!
General FictionLembayung dan Jenaka telah menikah tiga tahun lamanya. Saling mencintai bukan alasan keduanya berakhir menikah dan menghabiskan waktu tiga tahunnya untuk berada dalam satu atap. Mereka, korban perjodohan oleh orang tua. Tiga tahun berselang, Lemba...