Terhubungnya Dua Kasus

9K 795 40
                                    

Lembayung menemukan keanehan pada gelagat istrinya. Sedari ia pulang, Jenaka tidak terlihat seperti biasanya. Ketika Lembayung hendak memeluk Jenaka dan mencium keningnya seperti biasa, Jenaka menghindar, kemudian meninggalkan Lembayung dengan banyak tanda tanda di dalam kepalanya. 

Lembayung membuat salah lagi? Tidak ada. Lembayung tidak membuat Jenaka kesal. Saat ia pulang untuk makan siang sampai ia pamit kembali ke kantor setelahnya, mereka baik-baik saja.

"Jen." Lembayung mengejar langkah Jenaka yang ada di depannya.

"Apa?" Jenaka menyahut, melipat kedua tangan di dada.

"Aku bikin salah?" tanya Lembayung, bingung.

"Kamu pikir sendiri." Jenaka melengos.

Lembayung meletakkan kedua tangan di pinggang. Ia mencoba mengingat terakhir kali merekan berbicara, seingat Lembayung, ia tidak membuat kesal hari ini. Ia berusaha mengingatnya lagi. Dan benar, Lembayung tidak membuat salah apa-apa. Tapi kenapa Jenaka malah mendiamkannya?

"Aku nunggu kejujuran kamu." Jenaka menatap Lembayung, dingin. "Bisa-bisanya kamu sembunyiin ini dari aku, ya."

"Aku sembunyiin apa, Jen? Nggak ada yang aku sembunyiin dari kamu." Lembayung bersikeras. Aneh saja, tiba-tiba Jenaka menuduhnya menyembunyikan sesuatu dari perempuan itu. Lembayung berani bersumpah, tidak ada yang sedang ia sembunyikan dari istrinya.

"Soal Awan," gumam Jenaka. "Kenapa kamu bohong waktu Dimar datang ke sini waktu itu, sih? Pantes aja dia kelihatan kayak gelisah. Ternyata kamu nyuruh dia buat nggak bilang ke aku!"

Lembayung mengembuskan napas. Ia mulai memahami letak kesalahannya di mana. Lagi-lagi masalah Nasti. "Dimar udah kasih tahu kamu?" tanyanya.

"Jangan coba-coba salahin Dimar. Aku yang maksa dia buat cerita," ujar Jenaka mewanti suaminya. "Kamu tahu seberapa penting kasusnya Nasti buat aku, Lembayung! Aku mau tahu gimana perkembangannya! Dan aku baru tahu kalau Awan dituduh jadi pelakunya! Niat banget kamu sembunyiin ini dari aku? Biar apa, sih?"

"Jen..." Lembayung berusaha mendekati Jenaka, mencoba menjelaskan alasannya kenapa Lembayung menyembunyikan soal Awan yang kini tengah ditahan.

Lembayung bukannya mau menyembunyikan perkembangan atas kasus Nasti. Lembayung melakukan ini agar Jenaka tidak kembali larut dalam kesedihan atas kehilangan teman baiknya. Lembayung setuju untuk membantu Awan. Di belakang Jenaka, Lembayung sedang mengumpulkan bukti. Ia pikir, ia akan memberitahu setelah pelaku yang sebenarnya sudah tertangkap.

Memang benar, kedatangan Dimar pagi itu bukan untuk menemui Jenaka, melainkan Lembayung—yang diminta secara khusus mendampingi Awan yang kini tengah ditahan. Mulanya Lembayung tidak langsung menyetujui, ia perlu mempelajari dan mencaritahu tentang klien-nya. Jangan karena Dimar teman istrinya, Lembayung sembarangan membela orang. Kalau ternyata Awan berada di pihak bersalah, bagaimana?

Setelah ia mencaritahu dan bertemu langsung dengan Awan, mereka berbicara dan Lembayung menekan Awan untuk bicara sejujurnya. Dan alibi Awan diperkuat oleh seorang saksi yang menyatakan bahwa benar, malam itu Awan berada di apartemen temannya, kemudian kembali ke apartemen Awan sendiri dua jam setelahnya.

"Aku nggak bisa biarin pembunuh Nasti berkeliaran dengan bebas. Setelah dia menghilangkan nyawa orang, dia pikir bisa hidup tenang?" Jenaka menggerakkan bibirnya yang gemetaran. "Sekecil apa pun perkembangan kasus Nasti, aku perlu tahu. Aku mau lihat siapa yang udah bunuh Nasti. Aku mau apa alasan terbesar dia bunuh Nasti!"

"Tapi Awan punya alibi yang kuat," beritahu Lembayung.

"Aku tahu bukan Awan pelakunya," sahut Jenaka. "Kemungkinan orang yang bunuh Nasti, orang yang sama yang melecehkan Malaka."

Ayo, Kita Cerai! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang