melihat dia

44 6 0
                                    

yeji merasakan tubuhnya sangat ringan. dia rasanya bisa bergerak tanpa beban, benar-benar seperti berbadan kapas. yeji mulai mengayunkan tangannya dengan luwes, menggerakkan pinggulnya dengan lincah, bahkan yeji bisa menggerakan lehernya dengan mudah. badannya terasa sangat mudah digerakkan.

jujur saja, yeji sedikit bingung. yeji sadar dengan apa yang dia lakukan, tapi yeji tidak bisa mengontrol dirinya. basannya bergerak diluar kendali yeji. yeji bisa melihat semua temannya melihatnya dengan kagum, bahkan bertepuk tangan dan bersorak memanggil namanya dengan semangat. tapi yeji tidak bisa berbuat apa-apa selain diam dan menuruti badannya yang bergerak luwes diluar kendali.

setelah 2 menit berlalu, tarian yang dilakukan yeji pun selesai. musik yang sedari tadi berputar dikepala yeji pun berhenti. suara tepuk tangan sorak sorai dari murid-murid menyadarkan yeji, bahwa tubuhnya sudah bisa kembali digerakkan. yeji otomatis ambruk begitu bisa merasakan tubuhnya lagi.

"yeji!" panik orang-orang diekitar yeji.
karin dan heejin langsung bangun mendekat kearah yeji. bahkan jeno yang duduk ditengah bersama jaemin pun ikut maju kedepan untuk memastikan keadaan yeji.

wanita paruh baya itu tersenyum begitu pandangan matanya bertemu dengan tatapan bingung yeji.
"nggak papa, bangunlah" wanita itu mengisyaratkan yeji untuk bangun kembali.

dengan begitu, karina, heejin dan jeno langsung kembali ke tempat duduknya masing-masing.

"nggak papa. jangan takut, kamu punya saudara dan seorang ratu yang menjagamu. jangan takut" bisik wanita itu pada yeji sambil tersenyum.
yeji membelalakkan matanya kaget.

"jadi, itu tadi contoh tarian asli kami masyarakat bali. bagi yang sudah mau berpartisipasi saya ucapkan terima kasih. pertunjukkan seni selesai. sampai jumpa lagi" ucap wanita itu berpamitan. lalu pergi meninggalkan ruangan seni itu. yeji masih diam mematung, dia bingung sekali.

suasana kini kembali riuh, saat para murid mulai meluruskan kakinya. dan para penjaga museum seni mulai masuk kembali, untuk melepaskan selendang-selendang dari tubuh yeji dan kawan-kawan.

"ji, lo ngga papa?" tanya lia khawatir.
yeji hanya menggeleng. lalu seorang wanita muda mendekat, membantu yeji melepaskan selendang tari dari badannya.
"muka lo pucet banget" lia mengelap wajah yeji yang penuh keringat dingin.
" lo beneran ngga papa kan?" lia kembali memastikan.

"yeji!" panggil heejin yang sudah beres dengan selendangnya.
"lo ngga papa?" tanya heejin dengan wajah yang juga khawatir. yeji hanya menunduk. lalu heejin menatap lia yang juga bingung. lia menggeleng kecil seolah menjawab pertanyaan batin dari heejin.

"yeji biar sama gue dulu" jeno tiba-tiba menarik tangan yeji untuk menjauh dari lia dan heejin.
sebelum benar-benar pergi, yeji memberikan peluitnya pada heejin.

"eh buat apa?" tanya heejin bingung. tapi yeji tidak menjawab, dia diam lalu berlari kearah jeno. sepasang kekasih itu pergi menjauh dari kerumunan di museum ini.

"gimana ini li?" tanya heejin bingung.
"itu tandanya yeji nitipin tugasnya ke elo" jawab lia.
heejin melotot bingung.
"gue?" heejin menunjuk dirinya sendiri.
"iya, lo ngomandoin pergerakan kita" lia tersenyum mencoba meyakinkan heejin.

"kita istirahat dulu kali ya, abis itu kita jalan-jalan lagi" usul heejin setelah diam beberapa saat.
"ide bagus" lia tersenyum cerah menyetujui rencana heejin.

____________________________________

ternyata mengomando manusia sebanyak ini tidaklah mudah. heejin mau menyerah saja rasanya. sudahlah heejin tidak kenal, harus mengatur-ngatur pula, heejin jadi tidak enak sendiri pada murid-murid disini.

kini mereka semua sedang duduk menikmati makan siang disebuah resto yang jaraknya tidak jauh dari museum kesenian. mereka makan dengan lahap, mengingat kuliner bali sangatlah menggoda iman.

STUDY TOUR : 00L 01L (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang